Dinikahi Anak Konglomerat
"Jova, bisa duduk sebentar!" Janu menatap putri sulungnya dengan tatapan yang serius.
Jovanka Livy Ardilla atau lebih sering disapa Jova, yang saat itu baru pulang bekerja pun tanpa bertanya langsung mengikuti apa kemauan sang ayah.
"Ada apa Yah, kok sepertinya serius sekali?" tanya Jova, dengan pandangan yang diarahkan bergantian dari ayah dan ibunya yang duduk di hadapannya.
"Pak Guntoro meminta kamu menikah dengan anaknya!" jelas Janu dengan suara lirih.
Jova pun hanya tersenyum sinis. Dia bahkan sudah tidak kaget pasalnya memang dari awal gadis itu sudah menduga tidak mungkin juragan Guntoro memberikan pinjaman uang pada keluarganya dalam jumlah yang banyak, tanpa syarat yang sulit. Lagi, bukan hanya keluarga mereka yang jadi korban perjodohan juragan Guntoro untuk anaknya.
Sebelumnya sudah ada beberapa keluarga yang menjadi korbanya, tetapi keluarga sebelumnya menolak perjodohan paksa tersebut dan lebih memilih mengembalikan uang-uang atas bantuan juragan Guntoro meskipun resikonya bunganya berkali-kali lipat, dan itu pun terjadi pada keluarga Jova ia harus mengembalikan uang yang di pinjam dalam jumlah yang berkali-kali lipat.
"Jova tidak mau Yah, apa Ayah tidak mendengar kabar yang berhembus kalau anaknya juragan Guntoro itu adalah orang yang tempremen, senang menyiksa bawahanya?" tanya Jova dengan tatapan yang masih bersikap tenang mencoba bernegosiasi dengan sang ayah. Jova tahu ayahnya adalah orang yang bijak, sehingga bisa diajak bernegosiasi.
"Ayah sudah dengar, tetapi kita bisa apa? Hutang-hutang Ayah sudah sangat banyak, dan cara satu-satunya untuk melunasi hutang itu adalah dengan cara menikahkan kamu."
"Lalu Ayah masih tega mengumpankan anaknya pada orang gila seperti keluarga mereka, bahkan juragan Guntoro saja sudah terkenal bengis, bagaimana dengaan anaknya? Ayah ingin aku menanggung hutang-hutang Ayah dengan nyawaku? Apa Ayah senang kalau lihat Jova menderita?" tanya Jova dengan suara yang parau dan berat. Sesak yang dia rasakan ketika sang ayahnya sendiri menjadikanya anak gadis penebus hutang. Menjual anak dengan berkedok pernikahan.
Plakkk... Janu menampar pipi putrinya dengan keras.
Jova yang baru kali ini ditampar oleh sang ayah pun tercengang, tanganya mengusap pipi yang terasa panas. Sekejap kemudian Jova merasakan kedua kelopak matanya menghangat, tanpa sadar dari sudut bola matanya menetes butiran bening dengan pelan, dan elegan.
"Kenapa Ayah sekarang berbeda, tega menampar anak sendiri, hanya karena Jova menolak untuk menikah dengan anak Pak Guntoro? Di mana Ayah yang penyayang dan sabar selama ini?" isak Jova, tanganya masih memegangi pipinya yang terasa panas dan memerah.
"Ayah melakukan ini karena terpaksa, hutang Ayahmu sudah terlalu banyak, dan Guntoro menginginkan kamu sebagai menantunya, dan hutang-hutang kita lunas, apa Ayah terlalu kejam?"
"Iyah, Ayah kejam. Ayah tega menjual kebahagiaan putrinya demi setumpuk rupiah," balas Jova dengan suara yang tak kalah meninggi.
"Ayahmu melakukan ini demi adikmu Jova. ayah terlilit hutang bukan untuk kesenangan ayah semata, tetapi adik kamu sakit. Kami membutuhkan banyak uang untuk pengobatanya, maka dari itu ayah terpaksa berhutang. Andai Tuhan tidak memberikan ujian dengan sakit adik kamu, ayah juga tidak mau berhutang. Orang tua mana yang tega membiarkan anaknya sakit. Andai posisi kamu dibalik berada di posisi adik kamu, ayah juga akan melakukan hal yang sama, berjuang untuk kesembuhan anak-anak ayah, meskipun berhutang."
Janu menghela nafasnya dalam, dan menghembuskan perlahan. Sementara Jova pun bergeming tak berani memberikan perlawanan lagi. Memang benar kondisi adiknya yang mengindap pernyakit gagal ginjal membutuhkan uang yang tidak sedikit, belum setiap satu minggu sekali harus melakukan dua kali cuci darah dan uang yang digunakan tidaklah sedikit. Jova pun sangat paham dengan kondisi itu.
Jova memakluminya hutang-hutang yang ayahnya lakukan untuk keperluan pengobatan adiknya, Jini. Bahkan Jini sudah beberapa kali menyerah, karena dirinya juga mungkin sangat sadar dan menganggap bahwa kehadiran di keluarganya hanya menjadi beban untuk keluarganya.
Namun, pengorbanan Janu tidak bisa diremehkan dia rela berhutang agar pengobatan Jini bisa terus berlanjut.
"Tapi apa tidak ada cara lain Yah, Jova juga selama ini bekerja, dan Jova juga sedang berusaha menulis novel diaplikasi novel online, yang mungkin hasilnya nanti bisa digunakan untuk membantu pengobatan Jini dan mencicil hutang-hutang kita," usul Jova, kali ini nada bicaranya tidak setegang tadi. Jova sadar tidak seharusnya ia berkata dengan suara tinggi, apalagi yang jadi lawan bicaranya adalah ayah kandungnya sendiri.
"Kerja? Berapa gajih kamu sebagai pekerja toko online? Dua juta. Untuk ongkos dan makan sudah satu juta, kamu hanya kasih sama Ibu kamu satu juta, dan untuk cuci darah adik kamu satu kali biyayanya lima ratus ribu sebulan delapan kali cuci darah kamu kalikan sendiri, untuk membeli obat, vitamin, belum apabila adik kamu harus transfusi darah sedang darah adik kamu golongan darahnya sulit dan langka, sekali beli darah satu katong satu juta kadang sekali transfusi darah bisa habis empat kantong. Uang dari mana Jova? Penulis novel? Dapat apa kamu, selama ini nulis, hanya buang-buang waktu."
Entah sudah berapa kali Janu menjabarkan biaya pengobatan Jini yang tidaklah murah, oleh sebab itu Janu terlilit hutang pada tuan Guntoro seorang konglomerat di kotanya, dan sarat untuk melunasi hutang dia menjodohkan Jova dengan putranya yang di gadang-gadang seorang pengusaha kaya raya di kota besar.
Namun, kabar yang berhembus anaknya itu sangat kejam dan sesuka hatinya memperlakukan karyawan ataupun pembantu atau malah istrinya, itulah sebabnya diusianya yang menginjak tiga puluh lima tahun dia tidak kunjung menikah, sedangkan laki-laki sebayanya sudah memiliki anak usia SMP.
Kali ini Jova yang sesak dengan ucapan ayahnya yang hampir seratus persen benar, dirinya sebagai pegawai di toko online gajih hanya dua juta dan sebagai penulis novel pun ia tidak seberuntung yang lainya. Jova masih baru dan belum sama sekali merasakan gajihan hingga ia bisa menujukan pada sang ayah hasilnya. Ia tujuan menulis memang sekedar hobby tetapi tidak memungkiri ia juga mengharapkan gaji.
"Tapi kalau nanti Jova menikah sama anak orang kaya itu, dan di kota dianiyaya seperti kisah di novel-novel gimana Yah?"
Bahkan Jova belum menikah dengan anak orang kaya itu dia sudah membayangkan kisahnya sedramatis novel mafia yang disiksa dan hanya di jadikan budak s*k setelah itu di campakan begitu saja tanpa nafkah yang layak. Efek ia yang terlalu sering membaca novel dengan kisah yang cukup sadis.
"Kamu punya Tuhan, berdoalah dan berprasangkalah yang baik-baik maka Allah akan berikan yang baik pula."
"Udah Yah, jangan paksa Jova untuk menikah dengan anak orang kaya itu. Ibu juga takut kalau dia akan sengsara nantinya. Biar ibu ikuti saran dokter saja untuk jual ginjal ibu yang sebelah, kan ibu sehat tidak merokok, tinggal cari yang beli maka hutang-hutang kita lunas."
Deg!!!
Jantung Jova seolah berhenti, kala mendengar penutura ibunya.
...****************...
Salam kenal dari Othor, semoga kalian suka dengan kisah ini. Sara dan kritikan silakan tinggalkan di kolom komentar yah.
Jangan lupa ikut kisah novel baru other dan beri dukungan yah.
Yuk kenal sama othur kemarin sore follow
Ig :Onasih_Abilcake
fb : Ci Osyih Onasih Aenta
Happy Reading....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments
Nurbismi Mimi
lg mampir
2023-05-13
1
Erina Situmeang
mampir
2023-02-25
1
Bidadarinya Sajum Esbelfik
aqu mampir,
2023-02-22
1