Jova duduk pun mulai tidak tenang, ketika perutnya sudah mulai lapar, tetapi suaminya masih juga asik telponan. "Gila apa tuh orang kenapa telepon lama banget sih. Mana aku lapar lagi," umpat Jova pada Felix yang sedang cekikikan dari balik telepon genggamnya.
"Awas saja , kalau sampai aku mati karena kelaparan, sudah pasti aku akan jadi hantu untuk dia," imbuh Jova, setelah setengah jam dirinya menunggu Felix untuk makan, tetapi suaminya tidak juga masuk rumah.
"Ahirnya dia sadar juga kalau ada orang yang nungguin dia untuk makan," gerundel Jova, setelah melihat Felix menyudahi panggilan teleponnya, dan masuk juga ke rumah.
"Mas, duduk dulu, makan." Suara Jova yang langsung menyambar begitu Felix masuk ke dalam rumah, suaranya pun membuat Felix terkejut. Kedua mata laki-laki itu bahkan hampir keluar.
"Makan ya makan saja, ngapain nungguin gue, kan bisa loe makan sendiri."
Hisssttt... Jova meletakan jari telunjuknya di depan bibirnya dengan berdesis, agar Felix jangan berbicra seperti itu. "Ada Ibu dan Ayah, mereka akan sangat kecewa kalau tahu putrinya diperlakukan kurang mengenakan oleh suami barunya," seru Jova dengan nada bicara yang lirih.
Dengan kaki setengah dihentakan akhirnya Felix pun duduk di sebrang Jova, dan wanita yang baru menyandang setatus istri pun memberikan satu kotak nasi sudah lengkap dengan lauk pauknya. Kedua mata Felix melebar ketika melihat apa menu makanan yang di berikan oleh Jova.
"Apa ini? Kenapa makananya seperti ini." Felix mendorong menu makanan yang menurut dirinya aneh, dan tidak sesuai sereranya.
"Hanya ada itu, makanlah, di sini tidak ada makanan lagi. Kalau Anda tidak memakanya nanti Anda akan kelaparan," ujar Jova dengan mendorong makanan kembali ke hadapan Felix.
"Loe saja yang makan, gue nggak doyan makanan seperti itu. Gue mau mandi saja, di mana kamar mandinya." Felix beranjak dari duduknya.
"Sombong!!!" Sungut Jova, tentu dengan suara yang hanya dirinya yang bisa mendengarnya. Bahaya kalau laki-laki itu dengar umpatan Jova bisa-bisa Jova bernasib apes lagi.
"Ada di samping dapur." Jova berdiri dan menunjukan pintu kamar mandi.
Jova sendiri kembali melanjutkan makananya. "Tahu dia tidak mau makan, dari tadi aku tidak akan menunggu dirinya, dan biarkan aku makan sendiri," gerundel Jova, dengan mengunyah makananya dengan kasar. Tidak lupa juga Jova memakan jatah makanan Felix, salah siapa tidak mau makan, jadi ya di makan oleh Jova saja sekalian, begitu Felix masuk ke kamar mandi.
"Apaan, masa iya aku makan pakai makanan kayak gitu, tidak selera banget." Felix pun tidak mengumpat Jova, karena memberikan makanan yang tidak ia sukai. Meskipun Felix lapar, tetapi ia lebih baik menunggunya hingga dirinya besok pagi pergi dan membeli makanan di jalan.
*****
Ini adalah malam pertama, kata sebagian orang malam pertama adalah malam yang indah, bahkan malam akan terasa panjang dan tidak akan terlupakan kenangan manis terukir dimalam pertama. Namun, Jova justru merasakan kalau malam ini adalah malam yang horor.
Kamar sederhana yang dihias dengan sedikit rupa dengan perlengkapan khas pengantin baru. Taburan kelopak mawar dan juga ranjang yang di hias sedemikian rupa. Meskipun disulap dengan cantik tetap kamar sederhana tidak akan berubah menjadi kamar mewah ala sultan. Itu hanyalah simbol, bahkan pernikahan mereka pun hanya terlaksana, karena adanya keuntungan yang mereka janjikan.
Jantung Jova berdetak lebih kencang, darah mengalir dengan cepat ke otaknya, dan mengakibatkan tubuhnya menghangat, perutnya langsung terasa mules. Uji nyali akan segera di mulai, ketika pintu kamar yang sudah reod di buka.
Sosok tampan, dan rupawan masuk ke kamar Jova, dengan setengah menundukkan kepala, itu karena Felix yang memiliki tubuh tinggi dan pintu kamar Jova yang hampir menyentuh kepalanya.
"Kenapa loe liat gue seperti setan," sungut Felix, ketika melihat Jova. Ah, padahal Jova tidak sengaja melihatnya dia hanya kaget dan bingung mau berbuat apa, dasar Felix saja terlalu baper.
"Kenapa kamu tidur di sini?" tanya Jova, sedetik kemudian dia membekap mulutnya, dan menepuk lembut, ketika wanita itu sadar kalau dirinya melemparkan pertanyaan yang salah.
"Heh Jojo, loe lupa, amnesia atau ngusir? Lupa pagi tadi gue nikahin loe. Terus gue harus tidur di mana?" Felix menatap Jova yang sedang menunduk karena ia sadar salah.
"Anda bisa tidur di ranjang itu, nanti saya akan tidur di kamar adik saya, dan pagi-pagi saya akan balik lagi ke kamar ini," balas Jova dengan menunjuk ranjang, padahal tanpa di tanya seharusnya Felix tahu dalam kamar 4X4 meter itu hanya ada satu ranjang.
"Ah, bagus, gue nggak mau tidur satu ranjang sama loe, dan besok juga kita akan pergi dari rumah ini. Kita akan langsung pulang ke Jakarta, enggak betah gue di kampung ini!" Felix langsung merebahkan tubuhnya di atas pembaringan.
Tanpa banyak berprotes Jova pun hanya membalas dengan anggukan, setelahnya ia langsung menyelinap masuk ke kamar Jini, setelah memastikan tidak ada orang yang akan mencurigainya untuk tidur di kamar adiknya itu.
"Ah... lega." Jova dengan kaki berjinjit melangkahkan kaki ke ranjang tempat Jini tidur, dan merebahkan tubuhnya dengan perlahan agar sang adik tidak bangun.
"Mbak, kenapa tidur di sini?" Suara dari Jini yang serak berhasil mengagetkan Jova, yang baru saja akan memejamkan matanya.
"Eh, kamu bangun Dek. Maaf yah mbak jadi ganggu istirahat kamu. Mbak hanya ingin tidur sama kamu sebelum besok mbak harus ikut Mas Felix ke Jakarta." Jova menatap adiknya dengan dalam, pasti akan sangat kangen Jova rasakan terlebih Jini selama ini sudah sangat dekat dengan dirinya.
"Maafkan Jini yah Mbak, karena Jini Mbak Jova jadi menanggung semua seperti ini. Jini cuma takut Mba Jova di sana nanti sengsara, apalagi Mas Felix, Jini lihat seperti orang jahat." Kini gantian Jini yang menatap Jova mencari kebahagiaan di kedua mata Jova, tetapi Jini juga melihat kakanya yang tidak bahagia dalam pernikahanya.
"Hust... jangan bilang gitu suami mbak tidak seperti yang kamu kira kok." Jova memeluk adiknya dan meminta sang adik percaya pada dirinya bahwa mbaknya bisa jaga diri.
Entah berapa puluh kali Jova meyakinkan Jini bahwa diinya baik-baik saja. Bahwa Jova itu sangat baik dan tidak ada masalah apapun terutama dengan Felix. Jova tidak mau membuat beban pada Jini, dan akibatnya dia malah kefikiran dan akan jatuh sakit yang lebih parah lagi.
Malam ini pun Jova dan Jini tidur bersama, dan Felix istirahat di kamar Jova seorang diri. Malam pertamaa yang seharusnya menjadi malam yang indah nyatanya tidak berlaku untuk pasangan baru Jova dan Felix.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments
Pao_pao
biarin sj jo dia kelaparan, salah siapa ga mau makan.
2023-01-24
2