Ahhh... Brakkkk... Jova merasakan tubuhnya melang, dan membentur benda yang cukup keras. Seketika pandangan matanya menggelap, dan terdapat banyak bintang-bintang.
'Oh ya Tuhan apakah aku sudah mati?' batin Jova, dia tahu kalau saat ini terjatuh, tetapi tubuhnya tidak merasakan sakit yang berati.
"Wey Jojo bangun, kaki gue patah gara-gara loe tindih." Suara yang sangat Jova kenal berada dekat sekali denganya.
"Masa iya di alam berbeda ada suara horor itu." Wanita yang baru saja jatuh dari ketinggian pun masih belum sadar dengan apa yang dia dengar. Pikiranya hanya satu yaitu, ajal dan kematian.
"Jova, bangun. Tuan Felix cidera." Sontak saja Jova langsung membuka matanya, dan....
Oh ya Tuhan ternyata dia terjatuh di atas tubuh suaminya, dan kaki bos besar itu tertindih kayu. Jova buru-buru bangun. Dengan wajah yang memerah, dia pikir tadi dia sudah meninggal, tetapi justru Felix yang terluka. Wanita itu hanya berdiri di belakang memegangi jantungnya yang hampir loncat dari tempatnya. Pantas tadi dia merasa seperti empuk ternyata tubuh suaminya.
Seketika gudang menjadi ramai dan Jova justru seperti orang yang terkena gegar kepala, diam dan masih belum mengerti kenapa bisa Felix yang dia tindih, sedangkan jelas-jelas dia jatuh tidak ada laki-laki itu. Namun kenapa bisa tubuhnya jatuh di atas tubuh suaminya.
"Teka-teki yang membingungkan."
"Jo, apa kamu tidak ikut ke rumah sakit? Tuan Felix di bawa ke rumah sakit," ucap Tiwi mengagetkan Jova yang masih melamun. Dengan setengah kaget Jova membalasnya dengan gelengan kepala.
"Tidak aku baik-baik saja," balas Jova dengan yakin, hanya tanganya sedikit nyeri, mungkin terkilir saat jatuh, Jova pun tidak begitu paham dengan insiden yang menimpanya. Semuanya begitu cepat seperti kilat.
"Buka itu, tadi Supervisor kita bilang kamu harus tanggung jawab atas kejadian ini."
Kedua mata Jova langsung melebar dengan sempurna. "Kenapa jadi aku yang tanggung jawab, sedangkan aku kan di perintah, dan menjalankan perintah Bos? Nasib orang benar saja bisa salah kaalau udah menyangkut si kaaya dan si miskin."
Namun, Jova berusaha tetap tenang dan tidak terprofokasi oleh teman-temanya yang justru terlihat sekali kalau mereka itu seperti sedang menyudutkan Jova. Mereka secara tidak langsung menyalahkan Jova atas kejadian ini. Sedangkan sudah sangat jelas dan sangat bisa di pertanggung jawabkan, bahwa ia naik ke atas papan untuk mengambil kardus itu juga atas perintah pengawas mereka.
Wanita itu justru diam-diam kembali ke dalam gudang. Menyusun kembali kardus, papan dan barang-barang yang berserakan meninggalkan kerumunan itu.
"Cemong, kamu mungkin tidak tahu apa yang terjadi sama mommy di sini, tetapi aku hanya ingin meminta doa dari kamu, agar aku tidak tersandung dengan masalah, aku tahu setelah ini bakal banyak masalah yang akan menyudutkan aku." Jova bergumam dalam batinnya, dan punggung tanganya kembali menyeka butir air mata yang hendak menerobos keluar dari celah kelopak matanya. Dia tidak sama sekali mengerti atas apa yang terjadi dengan dirinya yang dia tebak saat ini Felix ada di balik kejadian ini.
Meskipun ia berusaha yakin bahwa ini musibah, tetapi rasanya seperti terlalu terlihat sabotasenya. Di mana Felix yang tadinya tidak ada bisa-bisanya tiba-tiba ada di bawahnya. Lagi pula kalau sudah tahu dirinya mau jatuh kenapa tidak menghindar? Mau menangkap? Ah tidak mungkin sedangkan Felix sendiri sangat membenci dirinya. Itu yang sejak tadi mengganggu pikiranya.
Doa Jova hanya satu saat ini, dia tidak di pecat kalau pun dia akan mendapatkan konsekuensinya terserah yang terpenting Jova tidak di pecat, selain sudah nyaman kerja di supermarket ini dia juga sudah nyaman dengan teman, dan tempat tinggalnya.
Di mana lagi dia bisa bekerja dapat uang besar dan tempat tinggal gratis.
'Ya Tuhan, semoga suami hamba sedang baik-baik saja, sehingga tidak berbuat neko-neko," gumam Jova sembari merapihkan apa yang telah ia buat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments