Dengan malas Felix kembali masuk ke rumah calon mertuanya, Jova pun mengekor di belakang calon suaminya, dengan perasaan yang masih dongkol, kesal dan ingin mengumpatnya.
Pasalnya baru hitungan menit mereka bertemu Felix sudah menghinanya, mengganti namanya, ucapan demi ucapan yang sadis, membuat Jova banyak-banyak harus bersabar. Mungkin kalau hati ini buatan manusia sudah langsung konslet dan terbakar, karena profokasi dari Felix.
Seperti sebelumnya mereka duduk di tempat semula. Jova pun duduk dengan perasaan yang tidak menentu. Pasrah dan berserah hanya itu yang bisa Jova lakukan saat ini. Posisinya sudah tidak bisa mundur, hanya bisa melangitkan doa, agar Tuhan senantiasa memberikan pertolongan, dan kekuatan fisik dan hati untuk menghadapi calon suaminya yang pastinya akan sangat menyebalkan di setiap hari-harinya.
Kuping Jova masih mendengar setiap obrolan dari juragan Guntoro dan juga ayahnya. Namun, tidak sedikit pun Jova tertarik dengan isi obrolan yang membahas tentang pernikahan mereka.
"Jadi bagaimana, kira-kira pernikahan kalian akan dilangsungkan kapan? Semua keputusan ada di tangan kalian."
Juragan Guntoro memang yang sejak tadi lebih banyak berbicara, sementara kedua orang tuan Jova hanya sesekali menjawab dan tertawa dengan paksa.
"Besok!" Suara tegas, berhasil membuat Jova langsung mengangkat wajahnya. Baru berberapa menit yang lalu calon suaminya berkata tidak mau buru-buru menikah denganya, tetapi justru apa yang Felix katakan sebaliknya, sehingga Jova merasa dipermainkan.
"Kenapa mesti besok?" Jova yang merasa dipermainkan pun angkat bicara. Kedua matanya awas memindai gerak gerik calon suaminya yang nampak tenang, berbeda dengan dirinya yang gelisah.
Felix memberikan senyum manisnya. "Jujur aku tertarik dengan kamu. Baru kali ini aku ketemu gadis yang masuk kriteria aku meskipun hanya memenuhi dua poin,(Tegas dan tidak neko-neko) , tetapi kamu tidak terlalu buruk. Nikahkan aku dengan Jova secepatnya."
Laki-laki itu melirik Jova dengan ekor matanya. Seolah ingin tahu bagaimana reaksi Jova ketika mendengar jawaban dari calon suaminya.
"Ck... Biawak cap parit sudah mulai beraksi!!"
Bisa dilihat oleh Jova, juragan Guntoro langsung tersenyum puas, sembentara ayahnya pun tersenyum dengan jawaban Felix. Mungkin mereka benar-benar meyakini bahwa apa yang dikatakan oleh Felix adalah sebuah kebenaran. Padahal Tentu yang Felix katakan adalah kebohongan.
Laki-laki itu mau menikahi Jova hanya karena ada timbal balik yang ia dapatkan dari pernikahan ini. Yaitu tumpukan rupiah yang pastinya tidak sedikit.
"Pak Janu, bagaiaman apa Bapak siap besok diadakan acara pernikahan?" Juragan Guntoro langsung merundingkan apa yang dikatakan oleh Felix.
Jova bisa melihat kalau Felix sedang tertawa puasa. "Ah kenapa aku bisa-bisanya bertemu dengan laki-laki seperti itu ya Tuhan, belum satu hari aku bertemu dia, tetapi kesabaran aku harus langsung minta di upgrade."
Janu sendiri nampak melirik pada istrinya Lasmi. "Sepertinya kalau besok terlalu cepat Pak Guntoro, gimana kalau lusa saja?"
Kini Juragan Guntoro yang sedang berpikir dengan keras. "Gimana Fel, apa kamu tidak apa-apa kalau pernikahanya di lakukan lusa?"
Jova sendiri hanya bisa menunduk lagi dan lagi pasrah, dengan apa yang akan menjadi keputusan kedua orang tuanya dan juga calon besannya. Toh, cepat atau lambat akan tetap menikah, dan cepat atau lambat juga ia akan pergi dari kampung ini.
Kedua mata Felix pun mengamati Jova yang masih terus menunduk. "Tidak apa-apa lusa juga, yang penting jangan terlalu lama selain karena saya yang harus kembali bekerja ke Jakarta. Saya juga tidak mau ada yang menikung Jova."
Sontak saja mata Jova kembali melebar. "Bisa banget nih laki-laki berbohongnya," gumam Jova mengutuk laki-laki yang berparas tampan, tapi sangat menyebalkan, dan pandai berbohong.
Jova akui Felix memang tampan, tubuh yang tinggi atletis dan juga suara yang serak dan seksi membuat dia pasti banyak di kejar-kejar wanita, tetapi yang membuat heran Jova, masa ada cowok tampan dan cenderung sempurna dari fisik, kaya raya, tetapi malah tidak menikah juga hingga usia tiga puluh delapan tahun, pasti ya karena sifatnya yang sangat menyebalkan sehingga perempuan tidak ada yang mau dengan dirinya.
Makan hati, ini yang Jova rasakan padahal mereka baru bertemu, dan pertemuan mereka belum sampai satu hari pula. Meskipun apa yang dikatakan Felix adalah sebuah kebohongan, nyatanya Jova tidak bisa menentang atau menolaknya.
Saat ini yang paling penting adalah mengikuti permainan calon suaminya itu, karena Jova tahu kalau laki-laki bernama Felix itu sangat sulit untuk ditebak kemauannya. Buktinya saat ini di luar rumah ketika berbicara dua pasang mata Felix berucap tidak ingin buru-buru menikah, tetapi belum satu jam, ucapanya berbeda lagi ketika berbicara dengan anggota keluarga. Felix justru mengatkan sebaliknya.
Mereka pun terus membahas pernikahan Jova, sesekali Felix juga memberi masukan dalam pernikahan yang akan dilangsungkan lusa. Berbeda dengan Felix dan keluarganya. Jova hanya diam saja pasrah dengan keadaanya. Tidak hanya itu Lasmi pun tidak banyak berucap, sama halnya dengan Jova ia hanya bisa menyerahkan semuanya pada suami dan calon besannya.
Sebagai wanita yang melahirkan Jova, dalam lubuk Lasmi yang paling dalam ia juga merasakan takut yang amat luar biasa ketika Jova dan Felix menikah, dan Jova hanya akan mendapatkan perlakuan yang kasar. Ibu mana yang mau melihat anaknya disakiti oleh orang lain, apalagi itu adalah orang yang mengandang setatus suami. Yang mana suami seharus melindungi puterinya.
"Ya Tuhan, aku pasrahkan hidup ini pada Engkau, hamba tahu Engkau memilihkan jalan yang terbaik untuk hamba. Semoga ini adalah pertolongan yang Engkau kirim untuk keluarga hamba."
Jova mengembangkan senyuman terbaiknya untuk mengantarkan calon suaminya pulang.
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments
Jawer~Hayam
jangan bangga fekik, tunggu km akan bucin...
2023-01-23
2
Tiko Jushooa
si jova dipnggil jojo sama calon suaminya, dasar bkl2 jadi pasangan kocak ini mah...
2023-01-21
4