Demi menutup mulut asisten Arzen, akhirnya Jova pun memberikan nomor teleponnya pada laki-laki itu. Dengan catatan hanya sebagai alat berkomunikasi biasa saja. Arzen pun berjanji ia akan menghubungi Jova apabila ada yang mendadak saja. Jova sih berharap kalau memang apa yang dikatakan oleh Arzen benar, setidaknya nanti kalau Jova membutuhkan bantuan Arzen bisa membantunya.
Setelah melakukan perjalanan yang tidak terlalu lama, cukup dekat jarak rumah suaminya dengan tempat kerja Jova nanti, perjalanan kurang lebih hanya memakan waktu lima belas menit atau mungkin dua puluh menit, dan tepatnya supermarket itu terletak di depan komplek yang di tempati oleh Felix.
Lagi, Jova pun bisa bernafas lega, setidaknya kalau dia tidak kepepet bisa menghemat uang transportasinya dengan cara berjalan kaki, selain lebih hemat juga bisa dimanfaatkan untuk olahraga, membakar kalori, dan membentuk masa otot agar dia jadi wanita yang lebih kuat dari segi fisik juga, tidak perlu GYM untuk menaikan masa otot, cukup jalan kaki setiap hari pulang dan pergi kerja, hemat kan.
Ini memang pengalaman pertama Jova menginjakan kaki di Jakarta, pertama melihat gedung tinggi dan transportasi yang banyak macam, kepadatan jalan yang jauh berbeda dengan kampung Jova. Kota yang terkenal dengan simbol bunga wijaya kusuma, menjadi tempat kelahiran Jova, sekaligus menghabiskan masa kecil, sekolah, hingga remaja, dan di saat beranjak dewasa ia harus dipaksa merantau mengikuti suami dadakanya, dan sesuai namanya suami dadakan semua serba dadakan sampai dewasa yang dadakan, seperti dikarbit semua seba instant.
Meskispun ini adalah kali pertama Jova menginjakan kaki di Jakarta, tetapi sebisa mungkin Jova tetap bersikap tenang dan tidak norak, setidaknya tidak membuat malu pada yang membawa dirinya bekerja yaitu Felix dan pastinya yang berkomunikasi langsung nanti yaitu asisten Arzen. Meskipun dari kampung Jova tidak ingin menujukan sifat kampunganya, pengalaman kerja sebagai buruh pabrik, jaga toko, jaga pengisian galon, jaga counter pengisian pulsa, dan terakhir bekerja di sebuah toko online terbesar di kotanya dengan menjadi tukang bungkus barang yang akan di kirim.
Jova rasa pengalaman itu bisa membuat di bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan barunya.
"Jo..." Jova yang hendak turun dari mobil pun dengan malas membalikan badan dan menatap pada Arzen dengan mata yang menyipit.
"Apa lagi," ucap Jova dengan suara yang sedikit di tahan, dan gigi beradu.
"Bi Suro nitip ini, katanya kasihan takut kamu belum sarapan." Satu buah kotak makan ada di hadapan Jova, dengan mata berbinar Jova pun langsung menarik bibirnya, dan wajah yang seketika berubah.
"Ah, akhirnya aku bisa sarapan juga," pekik Jova, tanganya langsung menyambar kotak nasi yang Arzen berikan, laki-laki itu pun terkekeh melihat reaksi Jova yang berubah seketika. Ada rasa iba untuk istri dari bosnya itu, apalagi perlakuakn Felix yang cukup keterlaluan. Dari yang bi Suro katakan kalau Jova itu tidak memiliki banyak tabungan sehingga bi Suro berinisiatif untuk memberikan jatah makanan meskipun tidak setiap saat, tetapi mungkin bisa membantu Jova.
Benar saja Jova terlihat sangat bahagia padahal yang bi Suro berikan bukan bekal yang mewah, hanya nasi dan sayur sisa, dari sang majikan, tetapi Jova sudah terlihat sangat bersyukur.
"Jo, kalau kamu nanti butuh sesuatu bisa hubungi aku, jangan sungkan nanti aku bakal bantu," ucap Arzen, sebelum dirinya turun dan mereka harus bersikap seperti orang yang tidak terlalu akrab.
Arzen pun tidak melepaskan tanggung jawabnya sendiri Arzen benar-benar bertanggung jawab, laki-laki itu mengantar Jova hingga wanita itu sudah dipastikan bertemu dengan kepala personalia, setelah semuanya pasti ditangani, baru Arzen meninggalkan Jova, tentu setelah menitipkan Jova pada kepala personalia yang akan interview Jova.
Setidaknya menjadi istri dari bos ada gunanya. Berkat bantuan Arzen yang tidak lepas dari peran Felix, Jova pun tidak ada sayarat ribet untuk melamar pekerjaan. Hanya ditanya, nama, umur, hubungan dengan Arzen. Sesuai yang Arzen katakan sebelumnya Jova mengaku kalau dia hanyalah sodara dari kampung Arzen, tanpa menyebut nama Felix. Yah, sudah jelas bahwa pernikahanya akan dirahasiakan.
Setelah interview secara singkat Jova pun di terima kerja. Memang The Power Orang Dalam. Kekuatanya melebihi segalanya. Meskipun Jova hanya bekerja sebagai penunggu gundang. Dengan kata lain dia akan mendata barang masuk, keluar, dan setok barang. Bukan-bukan dia bukan admin, tapi dia hanya tukang angkut barang. Wanita itu akan mengambil barang yang sudah di tata rapih untuk keluar dan memasukan barang masuk yang datang seperti itu terus hingga tenaganya terkuras habis untuk memindahkan dari satu barang ke barang selanjutnya.
Cape? Jangan ditanya, bahkan dia mungkin kalau kerja satu tahun bisa jadi gatot (gadis berotot) karena mengangkat beban yang cukup berat terus menerus.
Jova sih sudah tahu ini pasti kerjaan Felix yang meminta dirinya ditempatkan di tempat pekerjaan yang berat agar Jova menyerah, tetapi kalau tebakanya Jova benar, Felix salah. Jova tidak akan menyerah meskipun pekerjaan yang diberikanya berat sekali pun.
Hari pertama yang sangat melelahkan sudah berahir. Demi gajih tiga juta Jova harus masuk setiap hari, dari pukul tujuh hingga pukul tiga sore dan di sift dua dia akan masuk dari pukul dua sore hingga pukul sepuluh malam. Itulah jam kerja Jova di bagi dalam dua sift.
Dengan bertanya-tanya pada pedagang kaki lima akhirnya Jova sampai juga ke rumah suaminya. Rumah dengan desain paling bagus di sekitarnya, tetapi sayang rumah bagus itu bagai neraka untuk Jova.
Tengah malam pun Jova hampir tidak bisa tidur karena badanya yang tidak biasa mengakat beban berat pun terasa sakit semua.
"Oh ya Tuhan ternyata pura-pura kuat itu sangat melelahkan."
Air mata Jova kembali jatuh, ia seperti sekor burung yang tersesat di tempat baru tanpa ada siapa pun yang perduli. Lelahnya lagi-lagi hanya ia tuangkan lewat tulisan-tulisan digitalnya. Hiburanya hanya menyapa pebacanya yang selalu menunggu kisah lanjutan dari cerita fiksi yang ia tulis.
Dengan membaca komentar dari para pembaca membuat rasa lelah Jova sedikit hilang. Apalagi kadang mereka memberikan dukungan yang bagi Jova sangat berarti. Meskipun berjarak jauh bahkan tidak saling mengenal tetap mampu memberikan kekuatan untuk Jova.
Andai ditanya kenapa ia mau menulis cerita sedangkan dia belum mendapatkan lembaran rupiah? Bahagia, bahagia ketika ada yang bisa apresiasi karya-karya yang dia tulis, sepele memang, tetapi rasa bahagia itu bahkan bisa membuat Jova bersemangat lagi untuk berkarya dan membuktikan bahwa ia bisa lebih baik dengan terus memperbaiki kekuranganya.
#Semangat terus Jova ditunggu karya-karya nya, selalu percaya bahwa akan ada hasil dari yang kamu lakukan....
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments
Bidadarinya Sajum Esbelfik
apakah kisah ini curhatan author nya😁😁😁canda loh Thor💪💪
2023-02-22
1