Pagi hari menyapa, seperti biasanya Jova akan bangun sebelum adzan subuh berkumandang, kebiasaan di kampung, di mana rumahnya bersebelahan dengan Musholah sehingga ia harus bangun sebelum subuh.
"Kata Bapak biar rezekinya tidak dipatok ayam." Jadi Jova harus dibiasakan bangun lebih pagi.
Dengan mata yang masih berat, dan mengantuk, Jova menyusur setiap tangga ulir satu persatu. Tangga yang cukup curam sehingga Jova harus hati-hati agar tidak terpeleset dan jatuh. Malam ini wanita itu tidur dengan cukup nyenyak meskipun semalam di landa rasa lapar, untung sisa roti saat dirinya menempuh perjalanan masih ada. Bener-bener suaminya itu tidaak memberi makan sama sekali, atau setidaknya air minum.
Untuk minum Jova mengendap-endap meminta pada Bi Suro dan untungnya lagi-lagi asisten rumah tangga suaminya itu baik, bahkan Jova dibungkuskan nasi beserta tahu dan sambal. Ah, jangan ditanya enak atau tidak, itu semua sudah lebih dari cukup untuk Jova.
Bahkan wanita itu berjanji setelah dirinya gajihan entah dari menulis online atau justru gajih sebagai pekerja di tempatnya yang di janjikan oleh Felix, Jova akan membelikan makanan untuk Bi Suro sebagai tanda terima kasih dia sudah membantunya menjadi tim penyelundup makanan dan minuman, meskipun tidak mewah-mewah banget, tetapi Jova sudah sangat bahagia, setidaknya uang makannya bisa lebih hemat sedik
Setelah membersihkan diri dan mencuci pakaian yang kemarin ia kenakan, kini Jova bersiap untuk menunggu Arzen, nama yang di sebut Felix sebagai asistenya dan juga hari ini ia akan kerja. Entah jadi Office Girl atau justru hanya menjadi pembersih toilet. Jova tidak memperdulikan pekerjaanya apa nantinya yang terpenting dia kerja dapat gajih untuk ia makan dan selebihnya ia bisa tetap membantu ayahnya untuk mengurangi beban keluarga.
Jova sebagai anak pertama tahu betul apa yang menjadi tugasnya, terlebih pekerjaan ayah dan ibunya yang serabutan membuat mereka hidup serba pas-pasan. Sebagai anak Jova tentu tidak mau membuat orang tuanya susah, ingin tetap membantu perekonomian mereka. Kata orang anak pertama bahunya harus kuat itulah yang Jova rasakan, bahunya harus kuat agar tidak menyerah. Masa depan adik dan keluarganya sebagian dipikul oleh dirinya. Jadi dia harus rajin, pantang mengeluh dan tentu doa-doa yang selalu ia langitkan setiap saat.
Setiap ada waktu yang luang Jova gunakan untuk merangkai kata demi kata menjadi sebait kalimat yang indah. Membuat sebuah narasi dan dialog dari setiap bab yang akan ia upload ke platform online, menjadi sebuah cerita fiksi, dalam novel yang sedang ia garap. Sebuah coretan digital, membuat sedikit harinya berwarna, berharap tentu dari hobby-hobby-nya Jova bisa mendulang rupiah, agar bisa membantu tambah-tambah pemasukan. Dirinya yang terlalu mencintai lembaran rupiah rela melakukan apa saja yang penting halal. Tidak perduli apa kata orang-orang tentang dirinya yang terpenting dia akan selalu berusaha agar keluarganya bangkit dari lembah nestapa, kemiskinan.
[Turun!!!]
Itu adalah pesan yang dikirimkan Felix. Jova sampai kaget ketika sedang asik mengetik kata demi kata tiba-tiba ada pesan masuk dari sang bos, suami dan musuhnya.
Ck... wanita itu pun berdecak cukup keras. "Ganggu orang sedang senang ajah," rutuk Jova dengan keras, ah rasanya bebas bisa mengumpat laki-laki itu tanpa ada yng mendengarnya, salah siapa dia tidur di bangunan sendiri kesempatan kan bisa ngoceh, maki dan menyumpahi suaminya sesuka hati.
Tidak menunggu lama ia pun turun sudah siap dengan pakaian kerjanya. Meskipun perutnya perih karena belum makan, tetapi Jova berusaha menahanya, terlebih uang yang ia bawa untuk bekal hidup tidak seberapa ia harus bisa mengaturnya hingga gajihan tiba. Sembari berharap tentunya Bi Suro menyelipkan satu bungkus nasi biarlah dengan tahu, atau tempe juga. Tidak ada salahnya berdoa kan, mungkin saja malah Tuhan berikan lebih, pagi ini dengan sepotong ayam mungkin.
"Pagi Bi, apa Tuan Felix sudah berangkat kerja?" tanya Jova yang berdiri di samping pintu, ia masih ingat betul kata-kata Felix. 'Jangan biarkan wanita ini berkeliaran di dalam rumahku, tanpa seizin dariku.' Itu sebabnya Jova hanya berdiri di samping pintu. Sebenarnya Jova bisa saja masuk ke dapur hanya sebentar, tetapi ia tidak mau membangunkan macan yang sedang tidur, iya kalau hanya Jova yang dihukum, kalau sampai Bi Suro yang kena juga, kasihan.
Bagaimana kalau berimbas buruk pada pekerjaan Bi Suro udah gitu, Bi Suro juga cari kerjaan sulit, dan bisa jadi Bi Suro nasibnya tidak jauh berbeda dengan Jova sebagai tulang punggung. Ia tidak mau kedatanganya membuat masalah, sehingga sebisa mungkin ia akan tetap mentaati peraturan dari Felix.
"Pagi juga Neng Jova, Tuan muda belum berangkat kerja, jam enam seperti ini biasanya Tuan masih olahraga, dan akan turun di jam setengah tujuh untuk sarapan," balas Bi Suro, sembari tersenyum ramah, menatap Jova.
Jova melebarkan matanya. "Oh Tuhan itu tandanya aku harus menunggu dia setengah jam." Lagi-lagi Jova rasanya ingin mengutuk Felix menjadi gantungan kunci.
Namun, Jova berusaha tetap tenang ia memilih duduk di pojokan sembari meraih ponselnya kembali, melanjutkan merangkai kalimat siapa tahu otaknya semakin lancar karena kesal dikerjai oleh Felix. Siapa yang mengira kalau dirinya masih santai di wilayah kekuasaanya sedangkan barusan dia mengirim pesan agar Jova turun.
Berharap ketika dirinya turun, Felix sedang menikmati sarapan, dan dengan basa-basi menawarinya menikmati sarapan bersama.
"Huh, nasib jadi perantau dadakan."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments