Jova menyeka air mata yang menetes di pipi mulusnya dengan punggung tangan. Nasi sudah menjadi bubur, enak tidak enak ia harus menelanya. Setidaknya Jova bangga dengan dirinya sendiri yaang bisa membebaskan hutang-hutang ayahnya, tidak hanya itu juragan Guntoro juga menjanjikan pengobatan untuk adiknya, Jini. Setidaknya ia tidak terlalu rugi dengan pernikahan ini.
"Neng, ayo bibi antar ke tempat istirahat Neng. Maaf yah Neng, bibi harus melakukan ini, itu semua karena permintaan Tuan Muda, dia itu galak dan kalau apa yang diminta tidak dilayani akan marah, jadi bibi harus melakukan semua yang di katakan Tuan Felix."
Bi Suro, nama asisten rumah tangga di rumah Felix pun mengantar Jova ke lantai paling atas, di mana ternyata di sana ada tempat untuk menjemur pakaian dan sebuah bangunan yang bagi Jova tidak terlalu buruk, justru Jova merasa nyaman di sana bahkan bagunanya terbuat pemanen bukan bilik seperti rumah mereka, dan luasnya pastinya lebih luas dari kamar Jova di kampung.
Jova sedikit merasa lega, kesedihanya menghilang ketika melihat bangunan yang Felix sebut gudang, dan di masing-masing pojokan ada beberapa tanaman besar mungkin sengaja diletakan untuk menambah keindahan dari depan sana.
"Tidak Bi, tempat ini nyaman untuk Jova, dan terima kasih sudah membantu membersihkan tempat ini." Jova tidak jadi sedih, ia kini menyunggingkan senyum tipisnya, tidak ada yang bahagia selain ia tetap bisa bekerja dan mendapatkan tempat yang nyaman. Sebuah kasur lantai yang tidak telalu lebar, tetapi cukup nyaman, satu lemari cabinet yang lebih dari cukup untuknya menyimpan pakaian-pakaianya yang hanya beberapa setel saja.
Kekuranganya hanya tidak ada kamar mandi sehingga kalau mau buang hajat dan bersih-bersih Jova harus turun ke bawah dan naik lagi ke atas untuk beristiraahat. Tetapi Jova cukup nyaman tinggal di tempati ini.
"Neng, kalau begitu bibi turun dulu yah, mau siapin makanan untuk Tuan Muda, dan kalau Neng butuh sesuatu bisa katakan pada bibi, mungkin bibi bisa membantunya."
"Baik, terima kasih Bi, nanti kalau Jova butuh bantuan dari Bibi, Jova akan katakan, terima kasih sudah memberikan tempat yang nyaman untuk Jova." Bi Suro pun membalas dengan anggukan kepala dan senyum yang tipis. Setelah itu wanita paruh baya itu kembali ke bawah untuk melanjutkan pekerjaanya.
Padahal Jova ingin membantu Bi Suro untuk beres-beres dan mungkin tenaganya akan di butuhnkan untuk sekedar membantu asisten rumah tangga itu tetapi Jova pun teringat kembali bahwa Felix melarang dirinya berkeliaran di wilayahnya. Yaitu rumah utama.
"Ah, setidaknya Bi Suro tidak terlalu buruk untuk dijadikan teman mengobrol, beliau ramah dan tidak sombong, sehingga aku tidak harus setres dengan suami yang seperti itu. Sedikit tidak waras, tetapi tidak sampai gila." Jova terkekeh, rasanya perasaanya lega ketika bisa mengumpat laki-laki itu tanpa didengarnya.
"Kemarin perjaka tua itu bilang kulit aku keling dan jelek, kalau aku cantik dan putih kira-kira apa dia akan naksir? Aku harus bisa menjaga tubuhku biar tuh perjaka tua nyesel." Jova kembali terkekeh, ketik membayangkan kalau suaminya tiba-tiba memohon agar dia jadi istri sungguhan dan melayaninya. Aneh memang dan rasanya terlalu lucu, tetapi tidak ada salahnya membayangkan hal seperti itu, setidaknya ada hiburan untuk dirinya sendiri dengan membayangkan hal-hal yang konyol.
Jova pun meletakan tas rangselnya, dan menyusun pakaian di lemari cabinet dan setelah itu merebahkan diri di kasur yang tentu lebih empuk dari kasur di rumah sebelumnya.
"Terima kasih Bi Suro sudah merapihkan tempat ini, sehingga cukup nyaman."
Justru Jova sebelumnya membayangkan kalau yang di sebut gudang oleh Felix itu tempat yang kumuh, dan hanya ada barang-barang bekas dan kotor, tetapi setelah Jova tahu gudang yang dimaksud seperti yang saat ini ia tempati justru Jova merasa bersyukur karena dia seperti memiliki hunian sendiri meskipun jauh dari kata mewah.
*******
Sedangkan Felix sendiri di dalam kamar yang mewah. Berbanding seratus delapan puluh derajat, dengan fasilitas di kamar Jova, tentu kamar Felix jauh-jauh lebih nyaman.
Brugggh... Felix membanting tubuhnya ke atas kasur yang empuk dengan tubuh memantul sempurna. Rasa lelah karena dirinya telah mengemudi hingga belasan jam membuat tubuhnya terasa kaku.
"Enak sekali tadi si Jojo bisa tidur dengan nyenyak di mobil sedangkan gue hanya jadi sopir," gerundel Felix, masih kesal dengan Jova yang tidur di dalam mobilnya, padahal sudah ia bawa mobil dengan cukup ugal-ugalan, mengerem mendadak agar Jova bangun, tetapi malah istri dakannya itu seperti keenakan tidur makin nyeyak.
"Lihat saja aku akan buat dia tidak betah kerja di temaptku nanti." Felix pun langsung merogoh saku celananya, dan menghubungi Arzen sang asisten pribadi.
[Orang yang aku katakan kemarin, besok akan mulai bekerja di tempat kita, pastikan dia dapat pekerjaan yang membuat dia menangis, dan meminta agar aku berbaik hati memberikan pekerjaan yang jauh dari ringan,] ucap Felix pada Arzen, asisten pribadinya.
[Baik Tuan, semua yang Anda inginkan aku akan melakukan tugasnya,] balas Arzen sebelum memutuskan sambungan teleponya. Sementara Felix langsung merentahkan tanganya di atas kasur yang empuk, dan menggerakkan tangan dan kakinya, menikmati kenyamanan kasur.
"Jojo-Jojo tidak semudah itu menjadi nyonyah Felix." Tawa renyah dari bibir seksi itu membuktikan bahwa Felik sangat bahagia dengan apa yang terjadi denganya. Setidaknya kehadiran Jova dalam hidupnya membuat bibir Felix bisa melengkung sempurna, setelah cukup lama ia tidak merasakan tawa setelah ibunya yang berpulang, dan Papahnya menikah lagi dengan janda kaya raya di kampung Jova tinggal.
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments