C H A O T I C - 13 : First Kiss

...-----o0o-----...

Masih di hari yang sama, hari dimana menjadi suatu kebahagiaan untuk Nafi dan pasangan nya. Dan masih di meja yang sama, Winda sudah menyantap habis makanan nya. Ia terdiam di tengah-tengah keramaian. Entah itu suara dari para tamu yang berbincang atau bahkan suara nyanyian dan musik dengan sound system yang besar. Diam nya kali ini membawa nya teringat pada percakapan pagi tadi yang cukup membebani pikiran nya. "Kenapa ibu melihat yang ada di Arya juga ada pada Dika?"

"Dik, gue mau nanya deh"

"Mau nanya apa?"

"Kalo ada yang bilang ke gue, yang ada di Arya itu juga ada di orang lain. Maksud nya gimana ya?"

"Tunggu, gue masih belum paham. Yang ada di Arya juga ada di orang lain? Sifat atau dalam hal apa?"

Winda kelihatan berpikir, karna sebenarnya ia pun tak mengerti maksud perkataan sang ibu. "Ya mungkin ke sifat.. perhatian nya, baik hati nya, pokoknya hal sempurna yang ada di Arya"

"Ok gue paham. Yaa, semua orang pasti punya sifat seperti itu Win. Tapi yang ngetreat lo layak nya ratu cuma Arya. Ada orang selain Arya?"

"Eumm.. gak ada"

"See? Bahkan kalo lo bilang gue sama seperti Arya, itu salah. Gue ngelakuin ini semua buat lo karna emang lo udah kek adek gue. Gue gak bakalan bosen bilang kalo lo itu adek gue"

Winda mengangguk memberi simbol bahwa ia mengerti apa yang dikatakan Dika.

"Maaf kalo ini lancang, bapak lo pernah ngetreat lo layaknya ratu?"

Winda menggeleng "Lo sudah tau jawaban nya Dik" ia menundukkan kepala nya. "Bapak gak pernah tanggung jawab, bahkan ia pergi dengan leluasa nya waktu ibu ngelahirin gue. Gue belum pernah sedikit pun ngerasain kasih sayang seorang bapak"

Salah satu hal yang Winda suka dari Dika adalah.. ia selalu menjadi pendengar yang baik, tak pernah sedikit pun memotong pembicaraan Winda jika ia sedang bercerita, curhat atau apapun. Dika, orang yang sangat bisa menghargai perasaan orang-orang di sekitar nya.

"Makanya gue ketemu lo, ketemu Nafi, ketemu Juna bahkan ketemu Arya. Gue ngerasa pengen banget manja sama kalian, karna gue cuma pengen ngerasain rasanya kasih sayang dari laki-laki yang gue anggap ini sebagai ganti kasih sayang dari bapak"

"Iya Win gue paham, bahkan lo manggil bapak gue bukan om, tapi malah ikut manggil bapak. Gue gak mempermasalahkan sih, malah gue langsung anggap lo adek gue"

"Hahaha gak tau malu ya gue.."

"Apanyaa, itu lucuu kok"

"Makasih yah Dik.."

"Buat apa?"

"Semua nya.. dari kecil sampai sekarang lo masih nemenin gue"

"Santai aja kali Win"

"Udah yuk.. kita kasih hadiah ke pengantin, terus salaman cuss pulangg"

"Letsgoo"

Dika menuntun Winda ke pelaminan itu (lah kek mereka yang mau kawin wkwk) Nafi terdiam melihat kecantikan Winda yang kini ada di hadapan nya. Untuk terakhir kali nya Nafi memuji kecantikan Winda, dan jabat tangan ini akan menjadi jabat tangan terakhir mereka.

Winda berdiri di samping mempelai wanita sedangkan Dika di samping Nafi, beberapa kali Nafi sempat melirik Winda sebelum suara photografer membuyarkan nya. "1.. 2.. 3.." cahaya blizth memberi tahu bahwa mereka sudah di foto, photografer itu mengacungkan jari jempol nya sebagai simbol selesai.

Mungkin, setelah foto barusan di cetak. Nafi akan menjadikan foto itu sebagai foto yang akan ia lihat berkali-kali.

"Terimakasih sudah datang" ucap Nafi, Dika menepuk pundak Nafi.

"Santai bro, selamat ya semoga bahagia.." Dika tersenyum setelah memberi Nafi selamat, entah apa arti dari senyuman nya itu.

"Iyap! Semoga kalian bahagia dan cepet-cepet di beri momongan" tukas Winda yang lagi-lagi menjabat tangan Linea.

"Aamiin" sahut Dika.

"Makasih banyak" Linea dengan senyum tipis nya. Ia tau kalau suami nya itu belum move on dari Winda. Bahkan untuk membalas jabatan tangan Winda, ia sangat malas namun terpaksa karna Nafi terus memandangi nya.

"Kalo begitu kami pulang yaa" ucap Winda, yang langsung di sahut dengan pengantin itu Hati hati, seperti pada umumnya. Lagi-lagi Dika menuntun Winda, dan netra Nafi tak terlepas dari tangan mereka yang bergandengan.

Sesampainya di depan gedung, Dika berbalik melihat ke arah Winda, ia sedikit merapikan anak-anak rambut Winda. "Lo gapapa Win?"

"Loh emang nya gue kenapa?"

"Siapa tau hati mungil lo tersayat"

"Yaelah lebay banget, gue udah punya Arya ngapain masih ngarepin Nafi"

"Ya mau gimana pun lo sama dia pacaran bertahun-tahun, siapa tau masih susah move on"

"Kalo kenangan ya pasti masih membekas, tapi kalo rasa sayang sudah sepenuhnya buat Arya" Perkataan Winda barusan berhasil membuat Dika memutar bola mata nya jengah.

Lelaki tinggi menghampiri Winda, dengan kostum basket nya yang hanya di lapisi hoodie hitam. Ia datang mengelus kepala Winda.

"Bisa ajaa Win"

"Wuidih pawang nya datang" ucap Dika

"Gue kesini pake baju basket berasa salah kostum anjir"

"Emang lo kaga pulang Ya?" tanya Dika yang melihat penampilan sohib nya itu dari kepala sampai kaki.

"Pulang kok, cuma ngambil mobil doang gak ganti baju, takut lama kalian nunggu nya"

Dika mengangguk, Arya melihat ke arah pacar nya yang diam memperhatikan nya. "Kenapa cantik?" Winda langsung menggeleng, mungkin Winda terpanah karna kegantengan Arya.

"Tuan putri.. lain kali dress nya pilih yang lebih tertutup ya" Arya langsung merangkul pacar nya itu.

"Iyaa maaf.." Winda mengerucutkan bibir nya, Arya menunduk dan mengecup singkat bibir Winda. Alhasil, wajah bak putri kerajaan itu memerah, rasa nya ia merasa lunglai karna ciuman itu, first kiss nya.

"OWWWW MAYY GATT" Dika melihat langsung di hadapan nya, Arya menoleh sekilas ke arah Dika dan ia pun hanya terkekeh, lagi untuk kedua kali nya Arya kembali mengecup bibir merah muda Winda dan langsung membawa pacar nya untuk masuk ke mobil, tak lupa ia bukakan dulu pintu mobil nya.

Dika mematung, ia mungkin sudah biasa melihat orang berciuman, tapi di hadapan nya ini sohib dan adik kecil nya. Tak berselang lama Arya menegurnya, "Lo mau diem disitu apa ikut pulang?"

"Ikut lah! Lo gak bukain gue pintu juga"

"Gila lo, manja kali. Buka sendiri"

"Yeuu pilih kasih"

Dika membuka pintu mobil dan duduk di jok belakang. Arya menancap gas nya dan mengantarkan mereka pulang kerumah masing-masing. Tak lupa Arya mampir dulu kerumah sang pacar, sedangkan Dika langsung berdiam diri dirumah nya.

Di kediaman Winda, tak ada ibu nya dirumah. Hanya ada Winda dan Arya, Winda sudah mengganti baju nya, karna Arya yang terus-terusan bawel mengomentari dress milik Winda.

"Gimana tadi mereka?"

"Resepsi pernikahan pada umumnya"

"Iya gue tau sayang, maksud gue Nafi nya"

"Kenapa Nafi?"

"Ekspresi nya pas lo datang sama Dika"

"Biasa aja sih, dia kan cowo brengsek pasti sudah move on kok, lagian Linea itu tak kalah cantik"

"Winda tetap paling cantik" Arya terkekeh "Win mau kiss lagi"

"Gue tonjok lo ye" Arya semakin tertawa melihat wajah kesal pacar nya "Yang itu tadi first kiss gue.." ucap nya pelan namun masih terdengar Arya.

"Serius Win? Lo sama Nafi gak pernah?" Arya membelalak kan bola mata nya, ia benar-benar kaget kalau ciuman tadi adalah yang pertama kali untuk Winda.

"Enggak, Nafi gak mau nyentuh gue lebih dari pegangan tangan, pelukan dan yang masih dalam batas wajar"

"Ohh begitu.. tapi gapapa gue jadi first kiss lo, yakan? Nagih gak Win?" Arya mengunyel-unyel pipi Winda.

"Aryaaa! Ishhh" Winda memukul lengan Arya, dengan cepat Arya menarik tangan Winda dan mendekapnya.

"Love youu" ucap Arya sambil mengelus kepala pacar nya itu, Winda tersenyum.

"Love you more pak Arya" bukan nya marah karna di panggil bapak, Arya malah tertawa.

To be continue...

Follow instagram @urascarlett_

Jangan lupa like dan komen nya manteman

See you next chaptee ^^

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!