...-----o0o-----...
Winda benar-benar terdiam setelah membaca pesan dari kekasih nya yang memanggil dengan sebutan "Lin". Ia menyudahi berbalas pesan itu sejak sang kekasih mengaku salah ketik. Winda membiarkan kekasihnya memberi beribu alasan, namun tetap saja Winda terus kepikiran. Entah lah kenapa Winda bisa sesabar ini, padahal sudah bisa di pastikan dari banyak nya alasan yang di beri Nafi kalau ia benar selingkuh seperti dugaan Dika. Mungkin sifat sabar dari ibu nya Winda menurun pada nya, walaupun di campakkan bapak nya Winda, ibu nya tetap sabar bahkan tidak ada rasa benci pada bapak nya Winda.
Winda kembali memikirkan pesan yang dikirimkan pacar nya itu, apa yang sebenarnya terjadi pada pacarnya? Apa yang ia maksud dengan "Jenguk" dan "Berantem" itu, padahal kenyataan nya akhir-akhir ini mereka tidak bertemu. Sesekali Winda menoleh ke arah Dika yang sibuk dengan gadget nya, ia kembali melihat memar pada sudut bibir Dika, "Berantem yang di maksud Nafi.. apa mungkin ia berantem sama Dika?" Winda menggelengkan kepala nya, guna menepis segala pikiran buruk nya.
Setelah selesai berkirim pesan dengan sang pacar, ia langsung mengirim pesan pada Koko Dio mengajak untuk bertemu. Beruntung sekali Winda, Dio mempunyai waktu luang hari ini. Dika yang masih di sebelah Winda bingung karena Winda tidak menjawab pertanyaan nya, sekali lagi ia mengajak Winda bicara.
"Win pulang gak?" tanya Dika sambil menyentil pelan jidad Winda. Ia mengaduh dan tersadar dari lamunan nya.
"Duhh! Lo pulang duluan aja Dik,gue mau ketemu teman gue dulu" Dika melemparkan tatapan menyelidik pada Winda. Winda hanya melengkungkan bibir nya, tersenyum sebisa mungkin supaya Dika tidak khawatir dan memaksa nya pulang.
"Yasudah.. kalo ada apa-apa langsung hubungi gue, dan juga lo kesini gak pake motor nanti kalo kemaleman telpon gue aja atau minta antar sama teman lo itu" pesan Dika pada Winda yang langsung di sahut dengan anggukan yang menandakan ia paham.
Dika pergi meninggalkan Winda, ia menatap punggung Dika yang semakin menghilang. "Kenapa Nafi tidak sebaik Dika ya? Kenapa juga Nafi tidak seperhatian Arya? Tidak sekhawatir Yulia dan sehumble Juna.. Sikap Nafi yang ada di mereka hanya ada di awal kita menjalin hubungan saja, tapi bodohnya aku masih menyayangi sosok Nafi yang bisa di bilang brengsek.." Winda benar-benar kacau sekarang, ia berusaha menghilangkan pikiran negatif nya bahwa sang pacar sedang berselingkuh.
25 menit berlalu, Dio datang menghampiri Winda yang duduk termenung. "Hei.." sapa Dio. Winda menoleh ke asal suara, senyum Winda membuat Dio juga tersenyum. "Ada apa Ce?" Dio terkekeh melihat Winda yang kelihatan sangat gelisah. Lelaki keturunan tionghoa berbadan tinggi, kulit putih dan mata yang sipit itu duduk di samping Winda. Dia memang lebih tua dari Winda namun ia tetap menghargai orang yang lebih muda dari nya.
"Ko apa kabar?" tanya Winda.
"Kamu tidak lihat saya baik-baik saja" lagi-lagi Dio terkekeh. Winda menggaruk tengkuk nya yang tidak gatal. "Kamu mau menanyakan tentang Nafi bukan?" Winda spontan menoleh ke arah Dio. "Saya tau Ce.. saya tau apa yang membuat kamu gelisah akhir-akhir ini, siapa lagi kalau bukan Nafi" Winda terbungkam.
Setelah hening sesaat, akhirnya Winda kembali berbicara "Apa ada cewe yang bernama Lin di tempat kerja Koko?" tukas Winda. Dio diam menghela nafas.
"Janji untuk tidak menangis?"
"Memang nya ada apa?! Ceritakan saja semua nya Ko.." Winda menaikkan nada suara nya, "Walaupun aku menangis tidak apa-apa Ko.. anggap saja itu pelampiasan ku, aku yakin setelah nya pasti terasa tenang.." sambung Winda.
Dio mengangguk. "Lin pegawai saya di kafe, nama nya Linea.. orang tua Nafi menjodohkan ia dengan Linea" Winda langsung mengalihkan padangan kemana saja asal tak memandang Dio, ia tak mampu menahan air mata nya. Ia merasa hati nya teriris bahkan sesak.
"Ce.. bukankah kita sudah sepakat? Kamu tidak boleh menangis.." Dio mengetahui nya, namun ia kembali menceritakan dan menjelaskan semua nya setelah tidak mendapat jawaban dari Winda. "Maka nya Nafi perlahan menjauhi mu, membuat diri nya seolah-olah cowo bajingan supaya kamu memutusi nya. Tapi, saya tidak menyangka kamu malah menahan rasa sakit dan mempertahankan hubungan nya, yang membuat Nafi semakin merasa bersa---"
"Ko.. cukup sampai disitu" Winda memotong ucapan Dio, Winda langsung menyuruh Dio untuk pulang dan membiarkan diri nya menyendiri. Dio awalnya kekeuh untuk mengantarkan Winda pulang, namun Winda juga bersikeras menolak tawaran Dio. Dio pulang tanpa berani memaksa Winda lagi, sebenarnya ia mengkhawatirkan Winda disana.
Malam itu menjadi malam yang menyakitkan bagi Winda. Ia menangis di bawah sinar rembulan yang redup, menyendiri di taman di temani suara jangkrik dan desiran angin malam. Memeluk kaki nya adalah kebiasaan Winda jika sedang bersedih, depresi bahkan menangis.
Seseorang masih memperhatikan Winda yang menyendiri di bangku taman itu. Di gelap nya langit malam yang hanya di terangi cahaya rembulan, bahkan tidak ada bintang di langit malam ini. Ia menghampiri Winda dan berdiri di depan Winda, mengulurkan tangan nya "Mari pulang".
Winda mendongakkan kepala nya "Dika?", Dika hanya tersenyum tipis. "Bukan nya lo sudah pulang?" tanya Winda.
"Gue gak pulang Win, gue khawatir sama lo jadi gue ngikutin lo" jawab Dika. Winda diam menatap Dika, ia mengangguk dan meraih tangan Dika.
"Lain kali jangan sok kuat begini.." Dika menyeka air mata Winda "Gue bisa-bisa dimarahin Arya kalau dia sampai tau" lanjutnya.
"Kenapa Arya?" Winda bingung.
"Karna sekarang Arya lah yang menyayangi lo sepenuh nya, gue sebagai teman lama lo juga bantuin jaga lo buat Arya" jelas Dika.
"Lo bukan teman gue, lo abang gue" Dika kembali melengkungkan bibirnya, menampilkan senyum yang tulus. Ia mengelus kepala Winda, "Dik.. lo gak lupa kan, gue sama Arya beda agama"
Dika terdiam, ia benar-benar lupa akan perihal itu. "Iya Win.. gue tau" Dika kelihatan berpikir, "Lo jalanin aja dulu, bagaimana nanti nya serahkan pada Allah" Dika melanjutkan ucapan nya. Ia berbalik dan berjongkok di depan Winda. "Naik, gue gendong sampe parkiran". Winda terkekeh, ia naik ke punggung Dika dan Dika benar-benar menggendong nya sampai parkiran lalu mendudukkan nya di atas motor "Otw pulangg.." kata Dika membuat Winda tertawa.
"Dari sekian banyak nya wanita yang menangis, entah kenapa Winda tetap cantik kala ia bersedih, namun itu adalah hal yang tak ku ingin kan.. jikalau ada kesempatan maka akan ku ubah perasaan Winda yang sekacau kacau nya itu menjadi sangat amat bahagia.." Batin Dika.
Sesampainya dirumah, Winda langsung beristirahat di kamar nya. Begitu juga dengan Dika yang langsung pulang kerumahnya. Winda masih tidak menyangka Nafi berbuat seperti itu, ia bahkan mengira keluarga Nafi sudah sangat percaya pada nya, mereka sangat akrab dan saling mempercayai tapi takdir sudah berkata lain. Keluarga nya lebih memilih Linea, padahal sudah bertahun-tahun Winda dan Nafi berpacaran ternyata ia hanya menjaga jodoh orang. Winda meraih gadget nya di atas nakas, mencari kontak Nafi dan mengirimkan pesan pada nya.
...Boyfie 🖤...
^^^Me^^^
^^^Terimakasih, cukup sampai disini.^^^
^^^Kita putus saja^^^
^^^*Re**ad* ^^^
To be continue...
Follow instagram @urascarlett_
Jangan lupa like dan komen nya
See you next chapter ^^
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 29 Episodes
Comments