C H A O T I C - 05 : Khawatir

...-----o0o-----...

Pagi hari, tepat nya pukul 08.30 WITA di kampus yang sudah cukup ramai sibuk dengan aktivitas nya masing-masing, staff kampus yang mulai melakukan kerjaan nya, dosen yang mulai berdatangan untuk mengajar, mahasiswa/i yang sudah siap di kelas bahkan juga masih ada sebagian nangkring di kafetaria.

Arya baru saja datang ke kampus, hari ini mereka kelas jam 09.00 masih ada setengah jam untuk bersantai maupun melakukan hal lain. Baru saja Arya ingin melangkahkan kaki nya ke dalam kelas, ia melihat sudah banyak teman-teman nya yang datang termasuk Dika, Juna dan Yulia. Mata nya masih berkeliaran mencari seseorang yang belum ia temui sedari tadi, orang yang ia temani nongkrong tadi malam, siapa lagi kalau bukan Winda.

"Lo nyari apaan dah?" tanya Dika yang bingung melihat sohib nya berdiam diri di depan kelas, tak hanya Dika, semua orang yang ada di kelas menyoroti Arya. 

"Winda mana dah? biasa nya tu anak pagi banget dah nyampe kampus"

"Gak tau nih Dika, mereka kan tetanggaan" kata Yulia yang juga mencari-cari keberadaan Winda, mata Arya memandangani Juna yang tak lain adalah sahabat Winda sejak SMA. Juna hanya mengangkat bahu nya yang artinya ia tidak tahu menahu dimana Winda.

"Masa dia gak ambil mata kuliah ini?" Arya berusaha mengingat-ingat

"Mana mungkin, orang kemaren IP nya masih cum laude. Jadi bisa ngambil full" sahut Yulia yang benar-benar tau masalah perkuliahan Winda, karna kebetulan dosen pembimbing mereka berdua sama, yaitu pak izhar. Otomatis mereka selalu konsul ke dosen yang sama, bahkan mereka juga selalu janjian untuk konsul.

"Iya yak, ini juga mata kuliah wajib. Woy Dika jawab!" kali ini Arya memandangi Dika yang sangat santai sambil memainkan gadget nya. Dika mendongakkan kepala nya..

"Winda sakit, tadi ibu nya bilang ke gue" jawab Dika. Membuat Juna dan Yulia mengangguk, namun tidak dengan Arya. Dia mengkhawatirkan Winda, karna baru saja tadi malam mereka ketemu. Winda terlihat baik-baik saja tadi malam "Makanya izin gak bisa ikut kelas hari ini" sambung Dika.

"Nanti selesai kelas mau jenguk Wiwin gak?" tanya Yulia, yang langsung disetujui mereka semua. Terlebih lagi Arya yang sangat mengkhawatirkan Winda. Selama kelas Arya benar-benar tidak fokus, pikiran nya terus saja memikirkan keadaan Winda. Ia berkali-kali di tegur karna kelihatan tidak fokus dan tidak menjawab saat di panggil.

Setelah kelas itu selesai, Arya bergegas membereskan meja nya dan menggendong tas nya yang berwarna hitam itu. Teman-teman nya bingung kenapa Arya se terburu-buru itu. 

"WOY YA TUNGGU"

"TUNGGUIN ANJIR"

Teriak teman-teman nya yang di abaikan Arya, mau tak mau mereka sedikit berlari menyusul Arya.

          Di kediaman Winda, dengan pekarangan yang penuh tanaman terasa sangat sejuk. Rumah yang sederhana namun sangat nyaman, tempat yang menaungi Winda dan ibu nya. Winda anak tunggal, tentu saja sangat di sayang oleh ibu nya. Teman-teman nya yang datang menjenguk Winda sudah di perbolehkan masuk oleh ibu Winda.

"Kalian ngapain sih rame-rame kesini? gue gak lagi bagi-bagi bansos" ucap Winda yang kaget karna teman-teman nya datang.

"Omg sayangkuu Wiwin, muka lo pucat banget. Lo yakin gak perlu ke rumah sakit?" tanya Yulia yang duduk di bibir kasur sembari memegang jidad Winda, memastikan Winda tidak demam tinggi.

"Tenang.. gue oke kok. Buktinya masih bisa ngomong sama kalian, gue cuma gak enak badan mungkin karna masuk angin"

"Serius Win? Lo itu sering banget bilang 'Gapapa Jun gue cuman gak enak badan' tapi lo malah pingsan" Juna sudah sangat hapal dengan kebiasaan Winda. "Eh iya! Lo ada pingsan gak tadi?" sambung Juna.

Winda langsung menggelengkan kepala nya "Bohong, tadi ibu lo bilang lo pingsan di dalam kamar mandi" celetuk Dika membuat Winda berdecak kesal.

"Ish ibu.. gak bisa diam banget sih" kesal Winda. Bukan karna ia malu gara-gara pingsan di kamar mandi, tapi ia takut kalau teman-teman nya akan lebih mengkhawatirkan nya. Sedikit kegeeran. Tapi, ia memang sudah sangat hafal dengan sifat teman-teman nya.

"Busetdah lo konser banget kah di kamar mandi sampe pingsan begitu?" ucap Juna yang langsung kena geplak Yulia. 

"Jujur aja gapapa Win, kita malah khawatir kalo lo bilang gapapa terus" Yulia sayang dengan sahabat nya itu, makanya ia sering menasehati Winda. Mungkin salah satu representasi kasih sayang Yulia itu lewat 'nasehat' ya. Kalau ia tidak menasihati mu, ada kemungkinan kamu tidak di sayang Yulia. Hehe. Tak hanya itu, Yulia juga masih saja terus berterimakasih pada Winda karena telah mencomblangkan nya dengan Juna.

"Iya lo keras kepala banget, kalo ada apa-apa itu bilang jangan selalu jawab gapapa, gimana mau tau coba?" Juna ikut menyambung nasehat Yulia.

"Gue takut ngerepotin kalian" jawab Winda setelah mendapat banyak nasehat dari sahabat-sahabat nya itu.

"Yeuu.. udah biasa kita di repotin lo Win" celetuk Dika membuat Winda cemberut. "Tuhkann" ucap Winda, mungkin karena tak enak badan makanya terbawa perasaan, padahal Dika hanya bercanda tapi Winda salah tanggap.

"Ishh kok lo telen omongan Dika? udah tau orang nya rada miring" Yulia memeluk Winda dan mengelus-elus punggung nya.

"Wah gak sopan pacar lo Jun" senggol Dika pada Juna, yang di jawab Juna dengan singkat, jelas nan padat "Bacot"

"Ah sama aja nih berdua" Dika memutar malas bola mata nya, tiba-tiba ia menoleh ke arah Arya yang sedari tadi diam membisu "Pak Arya? sariawan kah kok diem?" tanya Dika.

"Banyak omong lo" sungut Arya membuat Dika berucap "Astaghfirullah, salah apa gue" padahal Dika berniat mencairkan suasana, jujur dia berani bilang kalau dirinya 'cengeng' makanya dia selalu menghindari suasana mengharukan.

Arya menatap Winda dengan tatapan penuh khawatir, Winda diam tak berkutik. Ia melihat Arya menarik kursi belajar nya dan mendekat kan pada kasur Winda. "Sakit apa?" tanya Arya, setelah banyak diam menyimak pembicaraan teman-teman nya, kini ia lah yang bersuara.

"Sakit hati" Winda terkekeh, ia berusaha mencair kan suasana. Karena ia rasa ekspresi Arya benar-benar serius, tak biasa nya ia seperti ini.

"omg really? siapa yang nyakitin lo?! kasih tauuu cepatt, biar Juna sama Dika yang maju" celetuk Yulia ikut mencairkan suasana, di sambut anggukan dari Juna.

"Di bawa-bawa lagi gue, tadi aja salah terus" Dika menggerutu sendirian, karena ia tau kalau menaikkan suara nya pasti bakalan kena protes lagi.

 Lagi-lagi Winda terkekeh melihat teman-teman nya, ia kembali serius setelah melihat Arya "Gue gak sakit hati, gue cuma kecapekan asam lambung gue kambuh" jelas Winda.

"Lo gak makan lagi?" tanya Arya sembari merapikan rambut Winda.

"Gue makan kok"

"Iya lo makan, tapi pas udah sakit. iyakan?"

Pertanyaan dari Arya benar faktanya, ini adalah salah atu kebiasaan buruk Winda. Sepertinya Winda memang harus di awasi untuk makan, tidak bisa hanya di ingatkan ia akan melupakan nya setelah itu. "Emm jangan galak-galak dong, ibu gue aja gak marah"

"Tau nih Arya, orang sakit itu harus di perlakukan dengan lemah lembut" Bela Yulia

"Emang nya gue ngapain? Gue kan gak mukul Winda" Arya tak mau kalah, ia juga membela diri nya.

"Tapi nada bicara lo kayak orang marah, pertanyaan lo mengintrogasi dan tatapan lo menyelidik!" Winda cemberut, ia sangat tidak suka jika Arya seperti itu.

"Gue kesel tau Win, kek berasa gagal jadi temen lo kalo lo sakit begini.. kita udah sering ngingetin lo buat makan, jangan sampai lupa. Tapi lo nya bandel" Arya mengusap wajahnya, ia benar-benar bingung dengan sahabat nya yang satu ini.

Winda menundukkan wajahnya "Maaf.."

"Lo cuma bisa bilang maaf kalo udah kejadian kek gini"

"Udah Ya, lo bawel banget dah" Dika membela Winda, "Tumben lo belain gue?" tanya Winda.

"Kita udah lama tetanggaan, lo udah kayak adik gue sendiri. Jadi ya.. gue bakal belain lo selagi lo gak salah" jelas Dika sambil mengelus kepala Winda.

"Yasudah maaf.. lo udah makan Win?" tanya Arya

Winda mengangguk, "Minum obat?" tanya Arya lagi.

"Belum" sahut Winda, "Minum obat dulu" Arya mengambil obat nya dan mengasihkan nya ke tangan Winda. Sedangkan tiga teman nya di belakang sedang berbisik-bisik. Setelah Arya selesai membantu Winda meminum obatnya, ia membalikkan badan nya menghadap ketiga teman nya.

"Gue denger apa yang kalian bicarakan" perkataan Arya membuat tiga teman nya itu kaget, "Apaan deh?" Yulia berpura-pura tidak tahu apa yang mereka bicarakan.

"Kalian sendiri bilang kita ini sahabat sudah seperti saudara kan? Apa nya yang jatuh cinta" Arya mengintrogasi tiga teman nya, sedangkan Winda memblushing sendirian. 

"Tau nih kalian ngaco banget, udahlah mending kalian pulang.. gue mau tidur" Winda mengalihkan pembicaraan, ia merasa wajah nya sudah sangat memanas, berkali-kali ia memegangi jidad nya, siapa tau karna ia demam ternyata tidak. Kalian semua pasti tau lah Winda kenapa hahaha...

"Astaghfirullah di usir" ucap Yulia sambil mengelus dada nya, berlagak sabar.

"Yaudah gapapa, banyak-banyak istirahat Win biar bisa kuliah lagi, kasian tugas rindu sama lo" Juna tertawa setelah melihat ekspresi kesal nya Winda.

"Udah sana kalian pulang" Arya ikut mengusir mereka, Winda bingung "Lah, lo?"

"Gue nanti, mau memastikan lo benar-benar tidur.. tenang aja, gue nunggu di ruang tamu kok" jelas Arya, Winda mengabaikan Arya ia memilih mencari posisi tiduran yang nyaman.

"Yasudah gue pulang juga, kalo ada apa-apa tinggal panggil ae kesebelah yak" kata Dika yang dibalas anggukan oleh Arya.

"Gue sama Juna pulang dulu yak" pamit Yulia. 

Yulia, Juna dan Dika pulang kerumah nya masing-masing. Sedangkan Arya duduk di sofa ruang tamu kediaman Winda sambil mengobrol santai dengan ibu nya Winda. Winda sudah tertidur di kamar nya, mungkin karna memang merasa kecapekan dan efek obat nya juga.

To be continue...

Follow instagram @urascarlett_

Jangan lupa like dan komen nya

See you next chapter ^^

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!