C H A O T I C - 08 : Isak Tangis

...-----o0o-----...

Setelah banyak permintaan Winda malam itu, mulai dari makan-makan, berbelanja bahkan keliling kota, Arya mengantar Winda dengan berbagai macam bujukan. Arya juga tak punya waktu lagi untuk mampir ke rumah Winda, karna sudah sangat larut malam. Setelah mengantarkan Winda ia langsung putar balik dan pulang kerumah nya.

Winda tidak langsung melangkahkan kaki nya masuk ke dalam rumah, ia memilih duduk di kursi pekarangan rumah nya. Ia mengangkat kedua kaki dan memeluk nya, menyembunyikan wajahnya.

Dika tengah bersantai di depan rumah nya, dengan vape dan gadget nya. Dika yang memang bertetangga dengan Winda, bahkan rumah nya berjarak sangat dekat, ia juga sempat melihat mobil Arya saat mengantar Winda pulang. Samar-samar Dika mendengar suara tangisan, Dika sedikit kaget dengan apa yang ia dengar.

"Oasu! Tolong lah, gue lagi bervape ria masa setan mau join? Suara nya deket lagi anjrit"

Awalnya Dika mencoba mengabaikan suara itu, namun lama kelamaan suara nya benar-benar membuat Dika risih. Ia beranjak dari kursi dan mencari asal suara, mata nya tertuju pada teras rumah Winda. Samar-samar ia melihat seonggok orang disana, bahkan ia sampai mengerdipkan mata nya berkali-kali untuk memastikan kebenaran yang ia lihat. Ia menghampiri orang yang ia lihat di teras itu..

"Hah? Winda?!" Dika langsung menghampiri Winda, saat ia sadar bahwa yang sedang menangis itu sahabat yang ia sudah anggap adiknya sendiri.

"Winda, lo kenapa?" Dika sangat khawatir, di hadapan nya sekarang Winda, sahabat nya, adiknya sedang menangis sendirian di halaman rumah nya. Winda mendongakkan kepala nya, ia menatap Dika.

"Dik.. gue kurang apaa??.. hiks"

Dika merasakan hati nya berdenyut, terasa seperti tersayat pisau. Ia sakit hati melihat orang yang dekat dengan nya dari kecil menangis di hadapan nya seperti ini. Walaupun ia belum tau apa yang membuat Winda menangis malam-malam begini..

Dika menarik tangan Winda, membawanya kedekapan. Dika mengelus kepala Winda dengan lembut, ia berusaha menenangkan Winda. "Win, masuk kerumah dulu.. angin malam gak baik buat lo"

Dika membuka kan pintu rumah Winda yang ternyata tidak di kunci, mungkin ibu Winda masih menunggu Winda pulang. Mereka berdua duduk di sofa ruang tamu.

"Win lo kenapa?"

"Gue gapapa, Dika.."

"Lo udah nangis begini lo masih bisa bilang gapapa?! Lo nangis di hadapan gue Win, lo ga bisa bohong!"

"Yulia ngeliat Nafi jalan sama cewe"

Dika mengepal tangan nya. Berusaha mengontrol emosi nya, "Hah?! Bajingan!" Namun tidak bisa mengontrol apa yang ia katakan.

"Dik, lo gak bakal nyari dia kan? Jangan cari dia.. sampe dia sendiri yang datang dan jelasin semua nya ke gue"

"Tapi Win—"

"Udah Dik.. biar gue nanti yang tanya sama dia"

"Gue— Argh!" Dika mengusap wajahnya gusar, ia benar-benar tidak mengerti dengan Nafi. "Gue gak suka lo di giniin Win"

"Udah, gue lumayan tenang sekarang. Lo pulang gih, gue mau istirahat. Ntar lo juga di cariin ibu anak nya tiba-tiba ngilang"

"Tapi lo beneran gapapa?"

Winda mengangguk.

"Yaudah gue pulang ya.. lo langsung istirahat pasti capek seharian, selamat juga lo menangin dance competition nya lagi" Dika beranjak dari sofa, sebelum pergi dari rumah Winda ia mengelus kepala Winda, dan menyeka sisa-sisa air mata yang membasahi wajah Winda.

"Makasih Dika.." Dika melambaikan tangan nya. Ia keluar dari rumah Winda dan menutup pintu nya. Dika masih menahan emosi nya, ia langsung merogoh saku celana nya dan mengambil gadget nya. Ia terlihat sedang menghubungi seseorang yang ia kenal dan merencanakan sesuatu untuk melampiaskan emosi nya.

Taman yang lumayan banyak pengunjung nya di kota itu. 0KM Taman Siring, Kalimantan Selatan. Dika dan Winda duduk di salah satu kursi yang ada di taman itu, menatap ke arah sungai yang ada di hadapan mereka. Suasana sore disana terasa sangat tenang, angin sepoi-sepoi ikut mendukung suasana nya sebagai penyejuk.

"Dika, lo tau gak sebutan lain dari 0KM Taman Siring?"

"Pantai jodoh?"

"Benar!"

"Iyadong.. kota ini tempat kelahiran gue, dari kecil juga tinggal di kota ini"

"Iyadeh iya.. anw, disini pertama kali gue ketemu Nafi dan waktu itu gue benar-benar terpanah sama pesona nya"

"Gila lo hahah"

"Gue seriuss Dika.."

"Iyaa sok dilanjutin"

"Gue langsung cerita sama teman gue, kata temen gue kalo kalian ketemu nya di pantai jodoh ini kemungkinan akan berjodoh"

"Hahaha itu mah kata orang jaman dulu Win, lo percaya?"

"Tapi gue sama Nafi pacaran, bukan nya berjodoh?"

"Hmm menurut gue sih jodoh itu kalo lo udah jadi pasangan sehidup semati"

"Ah gitu.." Dika mengangguk mengiyakan Winda, ia mengelus kepala Winda. Winda juga tiba-tiba salah fokus pada memar di sudut bibir Dika.

"Dik, lo kenapa?" Winda menangkup wajah Dika, ia menyipitkan mata nya memastikan kalau yang ia lihat benar.

"Tadi malam kesandung terus jatuh, muka gue kejedot jadi nya memar gini" Winda melemparkan tatapan menyelidik pada Dika, ia sedikit tidak percaya.

Dika tak ingin kalau Winda mengetahui kejadian tadi malam. Ini merupakan kesalahan nya yang melaporkan pasal Winda menangisi Nafi tadi malam pada Arya. Nafi benar-benar habis tadi malam di tangan Arya kalau Dika terlambat datang dan tidak melerai mereka. Dika berhasil melerai walaupun ia juga kena batu nya.

Baru saja Winda ingin melanjutkan introgasi nya, namun lebih dulu Dika mengalihkan pembicaraan.

"Gimana lo sama Arya?"

"Kenapa nanya tentang Arya?"

"Kalian akhir-akhir ini deket banget, udah kayak orang pacaran. Jangan-jangan lo suka ya sama Arya, hayoo ngakuu.." goda Dika

"Apaan sihh?! Enggaklah.. kan kita emang udah deket dari awal perkuliahan"

"Masa sih? Gue ngerasa lo makin nempel sama Arya, dulu aja masih nyari gue sama Jun. Sekarang malah sering nyari Arya, cieee"

"Dika.. gue punya Nafi yaa"

"Palingan bentar lagi putus Win" seolah olah tahu dengan takdir hidup orang lain Dika mengatakan nya dengan santai.

"Dik?! Kok lo jahat banget sih bicara kek gitu?!"

"Bercanda..."

"Gue kasih alasan nih ya, gue dulu nyari Jun terus karna emang udah temenan dari SMA, tapi sekarang karna dia udah pacaran sama Yulia, gak mungkin dong gue nyari pacar orang.. walaupun Yulia juga memaklumi karna gue lebih dulu kenal Jun"

"Terus lo kenapa gak cari gue, malah cari Arya?"

"Loh? Sebelum jalan-jalan kesini gue nyari lo kan?"

"Suka-suka lo deh Win, gue minta lo jujur aja.. lo suka Arya kan?"

Hening sesaat. Tidak ada jawaban dari Winda, terasa tenang hingga akhirnya Dika melanjutkan omongan nya.

"Lo bahkan sesenang itu waktu jalan bareng keluarga Arya. Gue ini udah kenal lo dari kecil Win.. kita tetanggaan udah lama"

"Eum.. gimana bilang nya ya Dik.. Gue..."

"Ngerasa nyaman sama Arya? Tapi lo masih punya Nafi.. bener yang gue bilang Win?"

"Iya Dik.. Gu-gue gak berniat nyaman sama lebih dari satu orang. Ngerti gak Dik apa yang gue bilang?"

"Gue ngerti, lo sayang sama Nafi tapi lo nyaman sama Arya, iyakan?"

"Iya Dik.. tapi gue mohon lo diem, simpan rahasia ini.. cukup lo aja yang tau"

"Iya gue pintar jaga rahasia, gue bakal bantuin lo cari jalan keluar nya, pasti sekarang perasaan lo kacau banget"

"Bangettt !! Gue jahat gak sih Dik? Apa gue jauhin Arya mulai sekarang?"

To be continue...

Follow instagram @urascarlett_

Jangan lupa like dan komen nya

See you next chapter ^^

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!