...-----o0o-----...
Arya dan Winda asik dengan laptop nya masing-masing. seperti pada janji sebelumnya, mereka nongki di kafe sembari mengerjakan tugas kuliah nya. Arya merasa ada yang memperhatikan nya sedari tadi, ia langsung memandangi sekitar nya. Dan yak! benar feeling Arya. Nafi kekasih Winda itu terus memperhatikan mereka berdua, terlebih lagi pada Arya.
"Merinding gue bangsat,takutnya dia udah kaga normal terus suka sama yang berbatang" Arya dengan pikiran negarif nya, "Ihhh" Arya refleks bergidik dan membuat Winda kebingungan.
"Lo kenapa njer?" tanya Winda dengan wajah bingung nya, Arya cengengesan dan menggaruk tengkuk nya yang tak terasa gatal. "Eh Win, pacar lo kerja disini?" perbasa basi an di mulai.
"Baru tau lo?"
"Hooh baru tau"
"Dia kerja disini udah lama"
"Ohh yasudah" kata Arya acuh, ia benar-benar tidak mempedulikan hal itu, sebenarnya ia membuka suara supaya tidak bosan saja. "Kalo tau dia kerja disini, gue gak mau ke kafe ini anjir. emang kaga jelas si Winda" lagi dan lagi arya membatin. Seperti nya Arya memang suka membatin kemungkinan sampai tekanan batin hahahha...
Arya selalu mencuri kesempatan untuk dekat dengan Winda, tak hanya itu. Tentu saja seorang Arya juga curi-curi pandang pada Winda. Walaupun ia sudah tobat jadi cowo brengsek, namun sifat buaya nya itu masih saja lengket. Tapi kalau di pikir-pikir siapa yang tidak mau memandangi wanita cantik seperti Winda?
Nafi yang memantau mereka merasa darah yang ada dalam tubuhnya mulai mendidih. Setelah merasa geram dengan perlakuan Arya yang di nilai Nafi berbeda, dari tindakan maupun tatapan nya membuat amarah Nafi bergejolak. Nafi langsung menghampiri meja yang mereka tempati.
"Loh kenapa sayang?" tanya Winda yang bingung mengapa kekasihnya menghampiri. Nafi hanya menatap Winda seperkian detik lalu ia mengabaikan nya, dan.. "Arya" panggil Nafi dengan tatapan dingin, dengan santai Arya menyahut "Kenapa bro?"
"Lo gak ada niatan mau ngerebut Winda kan?" satu pertanyaan dari Nafi yang cukup membuat Winda kaget, sedangkan Arya melengkungkan bibirnya memberi senyuman yang entah apa itu artinya. Arya seperti sedang meledek Nafi karena pertanyaan yang Arya dapat benar-benar kekanak-kanakan. Walaupun Arya menyukai Winda dan ia tau Winda mempunyai pacar tentu saja ia tidak akan merebut Winda dari pacar nya. Namun, Arya benar-benar tidak bisa menjaga jarak dengan Winda karena perasaan suka nya.
"Ishh, apasihh?!" Winda buka suara, namun Nafi .. "Diam Winda!" ada tekanan pada ucapan Nafi, ia benar-benar tidak memerlukan jawaban dari Winda, tatapan nya pun masih tertuju pada Arya yang tak berkutik. Winda tetaplah Winda, ia juga termasuk golongan manusia berkepala batu alias keras kepala.
"Kamu kenapa sih?" tidak ada jawaban dari Nafi sebab ia masih menunggu klarifikasi langsung dari mulut Arya. "Raditya Nafi !!" Winda meninggikan suara nya, ia sudah memanggil Nafi dengan nama lengkap nya. Mau tak mau Nafi menoleh ke arah sang pacar. "Aku sama Arya cuma teman. Apa maksud pertanyaan mu seperti itu? lagian mana mungkin aku sama dia, aku sudah punya kamu Fi.. aku sama Arya juga beda agama" jelas Winda.
Nafi terdiam begitu pun dengan Arya yang sedari tadi menatap Winda yang menjelaskan dan meyakinkan Nafi yang status nya memang kekasih Winda. Nafi tidak bisa membantah penjelasan Winda, apa yang pacar nya jelaskan itu benar. "Ah di perjelas.. bawa-bawa agama. Senyaman itu kah gue sama Winda sampai melupakan hal ini" fix Arya memang suka membatin. Dirinya mengusap wajahnya gusar setelah mendengar perkataan Winda.
"Nah bener tu bro, gak mungkin. Kalian yang sudah seiman mana mungkin gue rebut Winda buat ikut menghadap Tuhan Yesus, emang lo mau Win? hahahha.." sahut Arya ikut meyakinkan dan membenarkan omongan Winda. Arya berusaha sesantai itu, padahal sebenarnya ia sangat tertohok dengan perkataan Winda.
"Dihh enggak, Terimakasih Ya" Winda dengan cepat menggelengkan kepala nya, membuat Arya tertawa terbahak-bahak. "Kali ini gue percaya sama lo Ya" Nafi memicingkan mata nya pada Arya. Arya hanya mengangkat bahu nya seolah meremehkan perkataan Nafi "Tapi sekali saja lo nyakitin Winda gue gak tinggal diam bro" ucap Arya pelan, Nafi menyadari itu namun berusaha mengacuhkan nya.
"Aku balik kerja dulu ya sayangg" kata Nafi pada Winda, tak lupa ia mengelus kepala kekasih nya itu. Winda mengangguk "Cemungutss ayangg"
"Hoeeekk bucin" ucap Arya setelah Nafi pergi dari hadapan mereka berdua, "Sirik aja jomblo" celetuk Winda.
Banjarmasin, Kalimantan Selatan
11.00 WITA
Taman kampus yang menjadi tempat kesukaan Winda, banyak nya gazebo yang bisa membuat nya bersantai, disana juga banyak pohon yang membuat teduh dan sejuk. Pekarangan taman kampus itu pun juga sangat terawat, terlihat sangat bersih tidak ada sampah berserakan.
"Ngapain lo liatin gue begitu?"
"Gue baru sadar Win, lo mirip mantan gue"
"Arya anjrit, kok gue di mirip-miripin!! eh tapi kok bisa?"
"Mana gue tau, oplas gih lo ntar gue keinget mantan gue"
"Ah ketauan lo.. pasti gagal move on sama mantan lo, yakaannn??" goda Winda sambil mentoel-toel lengan Arya.
"Gak lah, siapa bilang??"
"Gue barusan Ya"
Arya berdecak malas, ia selalu kalah debat dengan gadis yang tepat berada di samping nya itu, yang tak lain ada lah Winda. "Win, lo ngapa ngebuntutin gue terus sih?"
"Arya gila! sadar bego, lo yang ngikutin gue mulu. Padahal gue mau nyantai mumpung pak syafii gak masuk"
"Daripada lo sendirian terus lo malah kesurupan setan jurik gimana? kan gak lucu.."
"Gak lucu Arya.."
Arya memang mempunyai selera humor yang rendah, ia selalu saja tertawa bahkan sampai terbahak-bahak. Padahal terkadang pembahasan nya tidak mengandung hal yang lucu. "Hahaha.. mending liat gue main basket, daripada disini sendirian" ajak Arya pada Winda.
"Ogah, bosen, tidak tertarik, gak berdamage"
"Puas lo ngatain gue, menghina hobi gue lo Win"
"Alhamdulillah puas Ya" Winda terkekeh melihat wajah Arya yang terlihat kusut. Arya lagi-lagi kalah telak, ia tak tau harus melawan omongan Winda bagaimana. "Dahlah gue mau main basket. Kalo lo gabut samperin aja ke lapangan"
"Heem, dah sana lo pergi" usir Winda, karena ia menginginkan waktu untuk sendiri atau me time. Winda tidak pernah mempermasalahkan diriya jika sendirian, tidak sedikit pun protes kenapa dirinya selalu sendirian. Karena memang dirinya tak suka keramaian.
To be continue...
Follow instagram @urascarlett_
Jangan lupa like dan komen nya
See you next chapter ^^
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 29 Episodes
Comments