(Slurb!)
Aulia berhasil membuat Zevan jatuh tersungkur, setelah gadis itu menancapkan sebilah pisau tajam ke perutnya. Ia sempat terkejut ketakutan, saat menyaksikan Zevan meregang nyawa, dan mendapati perutnya bersimbah darah.
Namun, gadis suruhan Alexa itu tetap melarikan diri dari tempat tersebut, dan segera melaporkan keberhasilannya dalam membunuh Zevan, pada Alexa.
"Alexa! Aku telah membunuhnya," ucap Aulia pada Alexa, dalam panggilan ponselnya, selagi kedua kakinya melangkah tergesa-gesa menuruni anak tangga apartemen, karena lift masih berada di lantai dasar.
"Bagus! Fotokan jasadnya, lalu kirim padaku!" pinta Alexa dalam panggilan ponselnya.
Aulia sempat mendecih, namun tetap melangkahkan kakinya. "Tidak sempat! Tunggu saja berita kematiannya esok!" tolaknya dengan penuh rasa ketakutan yang semakin meracuni pikirannya.
Setelah mendapati Aulia melarikan diri, Zevan dengan segera bangkit dan menutup pintu kamarnya rapat-rapat. "Segampang itu dirinya membunuh seseorang?! Apa akal sehatnya sudah hilang?!" keluh Zevan seraya menarik pisau yang tertancap diperutnya.
[Tuan, Aulia melakukan itu atas perintah seseorang]
Zevan sempat termenung, namun segera membersihkan lantai kamar, yang telah digenangi oleh darahnya sendiri. "Alexa kah?" duga Zevan dalam hatinya.
[Bingo! Benar Tuan! Alexa telah mendesak Aulia untuk membunuh Tuan!]
Zevan sontak meremas kuat-kuat kain lap yang digunakannya, untuk menyeka darah, karena tak menyangka bila Alexa adalah dalang, dari rencana pembunuhan yang ditujukan padanya. "Sialan! ... Sistem! Cepat usut tuntas! Mengapa Alexa sangat berambisi untuk membunuhku!" perintah Zevan sambil menatap penuh kesal pada kain lap tersebut.
[Baik Tuan! Mohon tunggu sebentar! Aku akan masuk kedalam ruang pikiran dua gadis itu]
"Jika sudah menyangkut nyawa, maka aku akan menyatakan perang, dengan gadis kejam itu!" pikir Zevan, dengan nafas yang semakin menggebu-gebu dalam dadanya.
[Tuan! Aku kembali! Tidak ditemukan alasan kuat mengapa Alexa sangat berambisi membunuh Tuan! Tapi, aku bisa menyimpulkan bila gadis itu sedang merasa depresi karena telah diputuskan oleh pacarnya, dan melampiaskan kekesalannya pada Tuan!]
Mendengar laporan panjang lebar dari sistemnya, membuat Zevan sontak tertawa terbahak-bahak. "Orang elit kalau sudah merasa kesal, pasti melampiaskannya pada orang-orang yang dianggapnya rendah!" sindir Zevan dengan nada tinggi, dan menebalnya urat diwajahnya itu, semakin menguatkan rasa muaknya terhadap Alexa.
[Tuan, aku punya usul!]
Zevan sontak mengerjapkan matanya. "Apa itu sistem?" tanya Zevan dalam hatinya, seraya menarik nafasnya dalam-dalam, lalu mengeluarkan secara perlahan.
[Bagaimana jika Tuan melanjutkan sandiwara pembunuhan ini, dan membuat Alexa merasa yakin bila Tuan telah terbunuh]
"Hmm ...." Zevan membuang kain lap bekas darahnya ke dalam tempat sampah, lalu berjalan menuju ranjangnya, dan terduduk pada sisi ranjang tersebut. "Jadi maksudmu, aku harus tetap berpura-pura mati?" tanya Zevan dengan pandangan yang benar-benar menatap serius ke arah depan.
[Tidak! Tuan tidak harus berpura-pura mati. Akan ada sesuatu yang menggantikan Tuan]
[Sistem! Mengunci target: Tuan Zevan Ardiansyah, diaktifkan]
[Sistem, penggandaan tubuh, diaktifkan!]
Zevan pun sontak terkejut, saat menoleh kearah samping dan mendapati seseorang yang sangat persis dengannya, terduduk disampingnya. "K-kereen! Apakah ini yang dinamakan kloning?" tanya Zevan, yang terpana dengan sosok kloningan dirinya sendiri.
[Tentu saja Tuan!]
Zevan lalu berjongkok didepan kloningannya, dan menatap penuh takjub dengan bentuk tubuh, serta bentuh wajah yang sangat-sangat mirip sekali dengan dirinya itu. "Hebaaat! Tidak ada yang meleset sedikitpun! Ini adalah sebuah mahakarya, yang hanya bisa kusaksikan dalam film-film fiksi ilmiah!" puji Zevan dalam hatinya, seraya menyentuh setiap lekukan, pada tubuh kloningannya.
{Tuan, anda terlalu berlebihan}
[Tuan, dengan begini anda tak perlu repot-repot melakukan sandiwaranya. Cukup menjadi aktor dibalik layar dan tunjukkan pada gadis kejam itu, bahwa Tuanku tidak akan mudah dikalahkan!]
"Benar! Aku harus menyusun segala rencana, agar Alexa tidak dapat bertindak semena-mena!" ucap Zevan dalam hatinya, sambil berdiri dan bersedekap tangan, dihadapan kloningannya.
(Tuk, tuk, tuk!)
"Siapa?!" Zevan sontak menolehkan wajahnya ke arah pintu kamar.
"Permisii! Makan siang sudah datang!" ucap salah seorang gadis pelayan apartemen, yang tengah menggantikan ketidakhadiran Aulia.
[Tuan! Ayo beraksi!]
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Setelah mendapati pintu kamar terbuka dengan sendirinya, sang gadis pelayan pun mencoba menengok dari balik pintu, dan sontak menjerit saat melihat apa yang ada dalam kamar tersebut.
"Tolooongg!!" Suara teriakan itu, mampu didengar oleh petugas keamanan, yang tengah berjalan disepanjang koridor lantai 42.
Sang petugas dengan segera menghampiri sumber suara teriakan itu. "Hei, ada apa?!" tanya sang petugas, saat menyaksikan seorang gadis pelayan, tengah berdiri didepan kamar.
Gadis itu tak mampu menjawab pertanyaan sang petugas, karena merasa terkejut dan ketakutan atas apa yang tengah dilihatnya dengan mata kepalanya sendiri, yang membuat petugas keamanan menghampirinya.
"Gawat!" ucap sang petugas, saat menapakkan kakinya tepat disamping sang gadis pelayan, dan turut menyaksikan apa yang telah dilihat oleh gadis tersebut. "Lapor Alpha! Ada mayat yang tergeletak didalam kamar 1442! Diulang! Lapor Alpha! Cepat kirim anggota ke lantai 42, kamar 1442! Ada mayat yang tergeletak dan bersimbah darah!"
Beberapa orang petugas lalu datang, dan segera memasuki kamar tersebut. "Cepat panggil pihak kepolisian dan mobil ambulan! Yang lainnya, buat garis kuning didepan pintu kamar!" perintah salah seorang ketua dari petugas keamanan tersebut.
"Baik!" Terdapat enam orang anggota, dengan satu orang yang bertugas sebagai kepala keamanan. Dua orang mencoba menghubungi pihak kepolisian dan pihak rumah sakit, sementara dua orang anggota lainnya bergegas menuju lantai dasar, untuk mengambil garis kuning, pertanda bila tindak kriminal telah terjadi di kamar tersebut.
Beberapa saat kemudian, pihak kepolisian serta pihak ambulan rumah sakit pun datang, dan segera beranjak menuju lantai 42. Dua orang anggota identifikasi korban pihak kepolisian, segera memasukan jasad korban tewas itu kedalam kantung mayat.
Setelah memastikan jasad korban telah dibawa menuju rumah sakit, beberapa pihak kepolisian pun segera melakukan penyelidikan dalam kamar tersebut, dan beberapa anggota kepolisian lainnya, membawa beberapa saksi menuju kantor polisi, untuk segera dimintai keterangan atas kasus pembunuhan itu.
Seluruh pengunjung serta penghuni pun gegar, dengan kasus pembunuhan yang terjadi dalam apartemen mereka. Pihak pengelola apartemen, termasuk rekan kerja Rara, turut memberikan kesaksian tentang identitas korban, dan apa saja yang dilakukannya diapartemen tersebut, sebelum kematian.
Pihak kepolisian akhirnya mendapatkan identitas korban, bocah pelajar berusia enam belas tahun yang bernama Zevan Ardiansyah, telah masuk kedalam daftar korban tunggal, dari laporan kasus pembunuhan yang disusun oleh mereka.
Sementara, Tubuh Zevan yang masih hidup, tengah berjalan menuju pintu masuk gedung penjualan properti.
[Wah Tuan ... malah jadi panjang urusannya]
"Tidak apa-apa! Yang terpenting, setelah besok kabar berita mengenai kematianku tersebar luas di media, kau harus mengembalikan fakta-fakta yang ada, tentang diriku!" seru Zevan dalam hatinya, yang merasa sedikit kesal saat mengetahui rencana sistemnya, ternyata diluar dugaan.
[Itu urusan gampang, Tuanku!]
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
"Selamat datang, ada yang bisa saya bantu?" sambut salah seorang gadis sales properti, saat mendapati Zevan memasuki pintu gedung.
Zevan pun segera melangkahkan kakinya, menuju gadis sales yang tengah berdiri dari balik meja resepsionis tersebut. "Aku ingin membeli apartemen. Apa ada rekomendasi?" tanya Zevan, sambil terduduk diatas kursi pengunjung, yang menghadap meja resepsionis.
"Baiklah. Sebelum itu, boleh saya tau nama anda?" tanya sang gadis sales berambut hitam panjang, yang menjuntai hingga punggungnya itu. Paras wajahnya begitu cantik, bak aktris Korea Selatan.
"Vanze. Namaku Vanze," jawab Zevan dengan spontan, serta raut wajah yang menatap penuh keseriusan pada gadis itu.
"Vanze? Nama yang unik. Saya Kimmy, agen sales properti." Kimmy pun tersenyum seraya menjulurkan tangannya, dengan maksud ingin berjabat tangan dengan Zevan. Senyuman yang manis itu, semakin menambah aura kecantikannya.
[Ding! Aku merasa bila jodoh Tuan sudah ada didepan mata!]
"Heh! Jangan mengada-ada! Belum tentu dia mau menerimaku apa adanya," tegur Zevan, dan mulai menjabat tangan gadis tersebut. Ia merasakan kelembutan yang tiada tara, saat bersentuhan tangan dengan Kimmy.
[Hehehe. Tenang saja Tuan! Aku bisa saja membolak-balikan perasaan gadis itu]
Zevan pun tak menyadari, bila dirinya telah terpukau dengan kecantikan yang terpampang jelas di wajah Kimmy, dan belum jua melepaskan tangan gadis itu, dari jabatan tangannya.
...****TBC****...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 93 Episodes
Comments
GilangRamadhan
betul tem
2023-02-26
2
GilangRamadhan
lebay Lo alexa
2023-02-26
0
Jimmy Avolution
Ayo...
2023-01-31
0