Menjelang siang hari yang sangat terik, didalam sebuah gedung bank yang sangat besar, Zevan tengah terduduk santai, seraya memegang berkas-berkas identitas serta kartu pelajarnya.
"Nomor 291!" himbau salah seorang teller Bank.
[Tuan! Giliran anda!]
"Ya! Aku sudah tahu!" batin Zevan. Ia lalu beranjak dari kursinya dan berjalan menuju kursi yang berhadapan dengan meja teller. "Saya nomor 291," ucap Zevan, dengan menyerahkan nomor antrian serta berkas-berkasnya kepada petugas teller.
"Baiklah. Silahkan duduk," seru petugas teller wanita yang terlihat sangat cantik dan menggoda itu.
Zevan dengan segera menduduki kursi, seraya menatap pada petugas teller yang tengah memeriksa berkas-berkasnya.
[Tuan, apa anda tertarik dengan wanita itu? Dia sangat cantik, dan cocok bila disandingkan dengan Tuan!]
Mendengar perkataan sistemnya, membuat Zevan sontak menggigit bibir bawah. "Sudah kubilang jangan macam-macam! Aku tak tertarik sedikitpun dengannya!" pikir Zevan. Ia berusaha untuk tetap tenang, meski wajah cantik petugas wanita itu benar-benar mencuri perhatiannya.
"Zevan Ardiansyah," ucap petugas teller seraya menatap pada kartu pelajar Zevan. "Apakah betul kamu ingin membuka rekening baru?' tanya sang wanita petugas teller tersebut.
"Ya! Apa ada masalah?" tanya kembali Zevan.
Petugas teller pun sontak tersenyum. "Tentu tidak. Tapi, apa kau membawa uang yang cukup untuk membayar biaya administrasi dan pembuatan kartunya?" tanya petugas teller, yang menatap penuh curiga pada Zevan.
Zevan terdiam seribu bahasa. "Gawat! Aku lupa kalau aku tidak membawa uang sepersenpun!" batinnya sambil menggertakan gigi.
[Jangan khawatir Tuan! Silahkan periksa saku celanamu!]
"Apa yang kau lakukan?" pikir Zevan, seraya merogoh saku celana jeans panjangnya. Ia pun sontak terkejut, saat mendapati beberapa lembar kertas, yang secara tiba-tiba telah berada dalam saku celananya. "Apa ini? Uang kah?" tanya Zevan dalam hatinya.
[Betul! Pergunakanlah uang itu Tuan!]
Zevan dengan segera mengeluarkan kertas tersebut, dan meletakkannya diatas meja petugas teller. "Apakah ini cukup?" tanya Zevan. Ia sempat tercengang untuk yang kedua kalinya, saat melihat banyaknya jumlah uang tersebut.
Wanita petugas teller itu turut tercengang, namun tetap menjaga sikap profesionalisme-nya. "Bocah, ini terlalu banyak," ucapnya seraya memungut dan menghitung jumlah uang misterius itu. "Semua totalnya satu juta rupiah. Biaya administrasi dan pembuatan kartunya lima puluh ribu. Apakah sisanya ingin kau tabung?" tanya petugas teller.
"S-s-satu juta rupiah?!! Itu bahkan cukup untuk biaya hidupku sebulan!" batin Zevan, yang masih terperangkap dalam lamunannya.
"Zevan?"
"T-t-tabung! Ya! Tabung semuanya!" Zevan sontak terkejut saat petugas teller menegurnya.
"Baiklah. Silahkan tunggu sebentar." Petugas teller lansung memeriksa dan mengurus segala keperluan data-data perbankan milik Zevan.
"Sistem! Kalau kau bisa menciptakan uang, kenapa aku harus pergi ke bank?!" protes Zevan dalam hatinya.
[Maaf Tuan! Aku berpendapat semua akan jadi lebih mudah, jika seluruh kekayaan Tuan disimpan dalam rekening tabungan. Itulah yang diterapkan oleh manusia-manusia di masa depan]
Mendengar penjelasan sistemnya yang sangat masuk akal, membuat Zevan menghela nafasnya secara perlahan. "Baiklah. Tapi, aku harap jangan terlalu banyak memanipulasi jumlah saldonya," pikir Zevan.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Setelah menunggu beberapa saat, Zevan akhirnya mendapatkan buku tabungan dan kartu ATM pribadinya. Ia lalu beranjak dari kursinya, dan bergegas keluar dari gedung bank.
"Baiklah. Setelah membuat rekening tabungan, yang harus kulakukan selanjutnya adalah ...."
[Membeli rumah!]
"Benar! Tapi, rumah seperti apa yang cocok untukku?" batin Zevan, yang masih berdiri didepan gerbang gedung bank.
[Tuan, alangkah baiknya jika anda menetap di apartemen mewah. Membeli sebuah rumah sangatlah rumit, dan justru akan membuat seseorang menjadi curiga dengan Tuan!]
Perhatian Zevan seketika tertuju pada sebuah gedung apartemen mewah, yang terletak berseberangan dengan gedung bank. "Sistem, sejak kapan kau bisa menebak segala isi dalam pikiranku?" batin Zevan, seraya melangkahkan kakinya, lalu menyeberang dan bergegas menuju lobby apartemen tersebut.
[Bagaimana mungkin aku tidak bisa tahu segala isi pikiran Tuanku, sedangkan aku ini adalah pusat pikiran Tuanku]
Saat tiba didepan pintu masuk lobby, seorang petugas keamanan tiba-tiba menghampiri Zevan. "Hei, bocah. Apa ada yang bisa ku bantu?" tanya sang petugas, setelah melihat Zevan celingak-celinguk didepan lobby.
"Aku ... ingin tinggal di apartemen ini. Bagaimana caranya?" jawab Zevan dengan penuh keluguan.
"Apa kau punya cukup uang? Menetap disini membutuhkan biaya yang tidak sedikit," tanya sang petugas keamanan, yang mulai menaruh curiga pada Zevan.
Zevan seketika merogoh saku tasnya, lalu mengeluarkan sebuah kartu ATM terbarunya. "Apakah bisa dibayar dengan kartu ini?" tanya kembali Zevan seraya menunjukkan kartu ATM-nya.
Melihat sebuah kartu ATM yang berada dalam genggaman Zevan, membuat sang petugas merasa yakin bila anak itu benar-benar memiliki uang. "Baiklah! Silahkan masuk kedalam lobby, dan datangi meja resepsionis. Bilang saja kau ingin menyewa sebuah ruangan," seru sang petugas sambil menunjuk pada meja resepsionis, yang terletak didalam ruang lobby.
"T-terima kasih pak!" Zevan segera berjalan memasuki pintu lobby dengan tergesa-gesa.
Terlihat dua orang gadis cantik yang tengah terduduk dibalik meja resepsionis. Mereka pun sontak berdiri seraya menanti kedatangan Zevan.
"Ada yang bisa kami bantu?" tanya salah seorang petugas resepsionis.
"Aku ingin menyewa sebuah ruangan," jawab Zevan, yang mengikuti saran perkataan dari sang petugas keamanan.
"Boleh saya lihat identitasnya?" pinta sang petugas resepsionis.
Zevan segera merogoh tasnya lalu mengeluarkan kartu pelajar dan meletakkannya diatas meja resepsionis. "Ini, identitasku satu-satunya," ucapnya seraya kembali menarik resleting tasnya.
"Oke." Petugas resepsionis yang sangat cantik itu, memungut kartu pelajar Zevan, dan membaca seluruh isi dalam kartunya. "Kamu masih sekolah?" tanya gadis petugas resepsionis tersebut.
"Ya! Apa ada masalah?" jawab Zevan sambil kembali melontarkan pertanyaannya.
"Apa sudah dapat izin dari orangtuamu?" Pertanyaan itu, sempat menyinggung perasaan Zevan.
"Orangtua kandungku sudah tiada. Dan orangtua angkatku, telah mengusirku dari rumah," jawab Zevan dengan penuh kepolosan.
Mendengar jawaban anak tersebut, membuat sang petugas resepsionis merasa iba. Gadis itu lalu menoleh ke arah rekan kerjanya, yang juga tengah berdiri dan menatap penuh iba kepada Zevan. "Rara, bagaimana?" tanya gadis resepsionis, kepada rekan kerja disebelahnya.
"Izinkan!" jawab rekannya seraya mengangguk.
Setelah mendapat persetujuan dari rekan kerjanya, gadis resepsionis tersebut lalu tersenyum dan kembali menoleh ke arah Zevan. "Baiklah. Tapi sebelum itu, apa kau punya uang?"
Zevan sontak meletakkan kartu ATM-nya ke atas meja resepsionis. "Aku ingin menyewa selama setahun, dan membayarnya dengan kartu ini. Apa bisa?" tanya Zevan, yang mulai tidak sabar.
"Tentu saja bisa! Tunggu sebentar, biar aku cek dulu saldonya," jawab gadis resepsionis. Ia lalu meraih kartu ATM milik Zevan, dan memindai jumlah saldonya pada mesin EDC.
[Saldo anda Rp. 581,766,900]
Mata sang gadis resepsionis pun sontak melotot, saat menatap pada layar mesin EDC. "B-b-banyak sekali!" ucapnya dengan terkejut
"Ada apa?!" Rekan kerjanya pun turut menoleh kearah layar mesin EDC. "L-l-lima ratus jutaaaaa?!!" ucap rekan gadis resepsionis tersebut dengan penuh kehebohan.
[Sistem! Penenang Pikiran: diaktifkan!]
Dua gadis itu seketika terdiam, dengan raut wajah yang tiba-tiba datar. "Tuan, kamar seperti apa yang anda inginkan?" tanya gadis resepsionis, dalam keadaan tenang.
"Hmm ... apakah kakak ada saran kamar yang bagus untuk pelajar?" tanya kembali Zevan.
"Apartemen kami menyediakan sebuah kamar tipe Luxury dengan tiga sekat ruangan didalamnya, dan terdapat fasilitas-fasilitas seperti perpustakaan, ruang sauna, serta gym yang diperuntukkan untuk pelanggan tipe Luxury," jawab sang petugas resepsionis panjang lebar.
"Baiklah! Aku pilih kamar itu," ucap Zevan, yang sudah semakin tidak sabaran dengan kamar barunya.
Rekan kerja gadis resepsionis berambut pendek, dan mengenakan kacamata yang menutupi wajah cantiknya itu, mengambil kunci kamar yang berada dalam laci meja resepsionis.
"Tuan, silahkan ikuti aku," ucap gadis berambut pendek tersebut.
"Tuan, ini kartu ATM-mu. Pembayaran sudah berhasil. Selamat menikmati apartemen yang sangat mewah ini," ucap gadis resepsionis berambut panjang, serta raut wajah cantiknya itu. Ia lalu membungkuk dihadapan Zevan.
Zevan dengan segera meraih kartu ATM-nya, dan menyusul kepergian gadis resepsionis, yang akan menuntunnya menuju kamar pribadinya. "Sistem, kau tidak berbuat macam-macam kan?" tanya Zevan dengan penuh kecurigaan dalam hatinya.
[Tenang saja Tuan! Anda tak perlu khawatir]
Gadis resepsionis menuntun Zevan menuju sebuah lift. "Tuan, jika anda lapar, kami akan memberikan layanan makanan mewah setiap pagi, siang, sore dan malam. Dan jika anda ingin berenang, anda boleh menggunakan kolam berenang yang berada dibelakang gedung apartemen," ucap sang gadis dengan tersenyum, seraya menekan tombol lift.
"Baiklah. Aku mengerti," ucap Zevan, dengan penuh ketenangan.
Namun, ketenangan itu seketika buyar saat berada didalam lift. Sang gadis resepsionis mencoba mendekatkan dirinya pada Zevan, yang membuat anak itu menjadi ketar-ketir. "Sistem! Aku tegaskan sekali lagi! Jangan berbuat yang macam-macam dengan kakak ini!" tegas Zevan dalam hatinya.
[Tenang saja Tuan! Anda tak perlu khawatir!]
Setelah pintu lift terbuka di lantai 42, Zevan segera keluar mendahului gadis resepsionis itu. "Hadehhh ... apa kakak itu tak sadar, kalau dirinya terlalu dekat?" batin Zevan, dengan detak jantung yang berdegup sangat kencang.
"Tuan, sebelah sini." Sang gadis resepsionis mengambil jalur kanan dan berjalan menyusuri lorong lantai 42. Ia lalu berhenti tepat didepan pintu kamar 1442. "Tuan, ini kamarmu," ucapnya sambil membuka pintu kamar.
Namun, Zevan tetap menunggu diluar kamar, yang membuat gadis itu kembali keluar dari kamar, dan sontak menarik tangan Zevan, lalu membawanya masuk kedalam kamar.
"Tuan, jangan sungkan-sungkan," ucapnya sambil mengunci pintu kamar rapat-rapat.
Zevan yang mulai curiga dengan sikap gadis itu pun segera menjauh. Ia lalu berdiri dan bersandar disudut ruangan, seraya memperhatikan gerak-gerik sang gadis. "Sudah kan? Aku sudah dikamar! Kau boleh keluar!" seru Zevan dengan penuh rasa was-was.
Gadis itu tak mengindahkan seruan Zevan. Ia tiba-tiba menanggalkan seluruh kancing seragam kerjanya satu persatu, yang membuat Zevan menjadi tercengang bukan kepalang.
"T-t-tunggu dulu! Apa yang ingin kau lakukan?!" tanya Zevan seraya memalingkan wajahnya ke arah lain.
"Tuan, nampaknya kau sangat kelelahan. Izinkan aku menyegarkan tubuh dan pikiranmu," ucap sang gadis, yang telah menanggalkan seluruh pakaian bagian atasnya, hingga buah dadanya yang sangat mulus itu, tersingkap lebar.
"Jangan! Aku masih dibawah umur! Lakukan hal itu dengan laki-laki seusiamu!" tolak Zevan, yang tak berani menoleh sedikitpun ke arah sang gadis resepsionis.
Setelah melucuti rok dan cel*na d*lamnya, gadis itu mulai berjalan mendekati Zevan. "Tuan, anggap saja aku seumuran denganmu." Ia lalu menarik tangan Zevan, dan mendorongnya hingga terpental menuju sebuah ranjang mewah.
Sang gadis resepsionis dengan segera memeluk tubuh Zevan, dan mencoba menanggalkan celana jeans anak tersebut.
"Tidak tidak tidak! Ini tidak benar! Sistem!! Cepat buat kakak ini kembali normal!" sorak Zevan seraya menahan resleting celananya, yang tengah berusaha diturunkan oleh sang gadis.
[Baiklah, Tuan! Sistem! Peningkatan nafsu birahi menjadi maksimal: diaktifkan!]
Nahas, sistem malah mengkhianatinya. Zevan seketika termenung sejenak, dan membiarkan sang gadis resepsionis melucuti celananya.
Nafsu birahi yang tak pernah muncul itu, seketika memuncak dalam diri Zevan. Ia akhirnya membalikkan tubuh sang gadis, dan mulai melepaskan keperjakaannya dengan gadis cantik tersebut.
[Tuan, maafkan aku. Tapi cara ini sangat tepat, untuk membuatmu menjadi lebih dewasa]
[Mungkin! :p]
...****TBC*******...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 93 Episodes
Comments
Mas aditya
agak laen
2025-01-12
0
🇳🇴🇻🇪🇱 🇮🇩
tutorialnya untuk menjadi dewasa yaitu Ng*we 🗿
2024-11-14
0
Sak. Lim
iya la jgn munafik sok suci
2024-03-27
0