Bab 10. Serahkan Semuanya Pada Sistem!

Zevan terus menunduk seraya termenung, selagi melangkahkan kakinya menuju gedung apartemen, yang hanya berjarak sekitar dua kilometer dari gedung sekolah.

[Tuan, apa yang membuatmu gelisah?]

"Tidak ada. Aku hanya sedikit lapar saja," batin Zevan. Pandangannya seketika tertuju pada seorang anak kecil, yang tengah berjalan bersama kedua orangtuanya, sambil menggenggam erat masing-masing kedua tangan mereka.

"Mamaaa! Aku ingin beli mainan baru!" pinta sang anak kepada sang bunda, seraya berjalan membelakangi Zevan.

"Baik baiiikk. Tapi berjanjilah pada mama dan papa, untuk selalu giat belajar," ucap sang bunda, yang tengah membungkuk sambil menatap penuh senyuman pada buah hatinya tersebut.

Sang ayah seketika meraih ketiak sang anak, lalu menggendongnya dengan penuh kasih sayang, yang membuat Zevan sempat menghentikan langkahnya, setelah menyaksikan hal itu.

[Tuan! Ada apa?!]

Tanpa suatu alasan yang jelas, Zevan sontak menitikkan air matanya. Ia terus menatap pada sosok keluarga bahagia, yang semakin menjauh dari pandangannya itu.

[Sistem! Penenang pik—]

"Aku tidak apa-apa, sistem." Zevan memotong perkataan sistem, sambil mengusap kedua matanya. Ia lalu menunjukkan sebuah senyuman, yang benar-benar terpancar jelas diwajahnya.

"Aku hanya merasa bangga saja, dengan anak kecil itu," batin Zevan, dan mulai melangkahkan kakinya dengan perlahan, melewati sederetan pertokoan yang berjejeran sepanjang jalan.

[Tuan, aku benar-benar mengerti perasaan anda. Jangan khawatir! Setelah adanya kehadiranku, Tuan tidak akan pernah merasakan kesepian lagi]

Mendengar ucapan sistemnya, membuat Zevan seketika teringat akan orangtua kandungnya. "Sistem, apa artinya orangtua menurutmu?" tanya Zevan dalam hatinya, seiring dengan rasa lapar yang semakin menjalar diperutnya.

[Orangtua menurutku adalah dua insan yang saling bersatu padu, dalam merawat dan membesarkan buah hati mereka]

"Begitu kah?" batin Zevan dengan menunduk, dan mempercepat langkah kakinya menuju gerbang apartemen, yang mulai nampak dekat dari pandangannya.

[Tuan, orangtua anda masih hidup]

Zevan sontak terkejut. Langkah kakinya pun terhenti, setelah mendengar perkataan sistemnya. "Apa kau sengaja mengatakan hal itu, agar membuatku terhibur?" tanya Zevan dalam hatinya, seraya berdiri dan mematung tepat di depan pintu masuk lobby apartemen.

[Tidak Tuan! Aku mengatakan yang sebenarnya!]

Anak itu sontak mengepalkan kedua tangannya dengan erat, seakan tak percaya dengan pengakuan sistemnya. Ia lalu kembali melangkahkan kakinya, memasuki pintu lobby apartemen. "Jangan berkata yang tidak-tidak. Yang ku yakini saat ini, orangtuaku telah tiada," tampik Zevan, yang berusaha untuk tidak terpengaruh, oleh ucapan sistemnya.

[Tuan, berdasarkan data-data yang kuperoleh dari anda, dan setelah sebelumnya menerawang riwayat hidup anda sejak lahir, aku memastikan bila kedua orangtua Tuan masih hidup]

"Lalu kenapa mereka tega membuangku di panti asuhan?!! Apakah mereka tidak senang dengan kelahiranku?!!" ucap Zevan dengan nada keras dan lantang, hingga mampu menarik perhatian seluruh pengunjung apartemen.

Rara yang tengah berdiri dibalik meja resepsionis pun turut terkejut, dengan tindakan Zevan. Ia lalu mendapati anak itu sontak berlari menuju pintu lift, seraya menampakkan raut wajah penuh kesedihan.

"Zeevaaan!" himbau Rara dengan bersorak ke arah anak tersebut. "Na, aku tinggal dulu yah!" ucap Rara pada rekan kerja yang berdiri disampingnya.

Rara berusaha menyusul kepergian Zevan, yang telah memasuki pintu lift. "Zevan, tunggu!" Ia lalu berlari menuju lift, dan sontak menekan sebuah tombol, yang membuat pintu lift tersebut kembali membuka.

Rara mendapati Zevan terduduk seraya menunduk, dan memeluk erat kedua lututnya disudut lift. Matanya menatap sayu, seiring dengan raut kesedihan, yang nampak jelas diwajahnya.

"Zevan, apa yang terjadi denganmu?" tanya Rara sambil bertekuk lutut dihadapan Zevan. Ia betul-betul merasakan kesedihan, yang tengah dialami anak tersebut.

Namun, yang didapatinya hanyalah keheningan. Zevan enggan membuka mulutnya dan tetap mematung, seakan menolak untuk mengungkapkan apa sedang dirasakannya kini.

Setelah pintu lift terbuka, Zevan sontak bangkit dan bergegas keluar dari pintu lift, hingga membuat Rara semakin heran dengan sikap anak tersebut.

Rara pun turut keluar dari lift, lalu membuntuti Zevan, yang tengah berjalan menuju kamarnya. "Dengarkan aku!" ucapnya sambil berusaha meraih pundak Zevan.

Zevan akhirnya berhenti tepat di depan pintu kamarnya. "Kak, siapa namamu?" tanya Zevan, seraya sedikit menelengkan wajahnya ke arah Rara.

"Rara. Jangan panggil aku selain nama itu," jawab Rara, yang tengah menggenggam erat sebelah pundak Zevan dari belakang.

Zevan segera membuka pintunya. Ia berusaha melepaskan pundaknya dari genggaman Rara, dan masuk kedalam kamar dengan terburu-buru, lalu menutup kembali pintu kamar rapat-rapat.

"Sistem, bukankah kau pernah bilang telah menghapus ingatannya? Kenapa dia terus menerus mengejarku?" batin Zevan, seraya terduduk menunduk, dan bersandar pada pintu kamarnya.

"Zeevan! Buka pintunya! Aku belum selesai bicara!" tegas Rara dari depan pintu kamar Zevan, sambil mengetuk-ngetukan pintunya.

[Tuan, jika aku boleh berkata, konfigurasi sistemku tak mempan pada Rara]

Zevan tetap termenung, dan mencoba untuk tak menghiraukan seruan Rara. "Jadi maksudmu, Rara masih mengingat jelas kejadian malam itu?" tanya Zevan dalam hatinya.

[Betul, Tuan. Sepertinya Rara benar-benar mencintai Tuan, hingga membuatku sulit untuk menghilangkan ingatan dan perasaan, yang dimilikinya untuk Tuan]

"Zeevaaan! Jangan bersikap seperti anak kecil! Kau sudah dewasa!" omel Rara, yang mulai merasa gusar dengan sikap Zevan.

"Coba lakukan lagi! Atau, buat Rara tenang untuk sementara!" perintah Zevan dalam hatinya.

[Baik, Tuan!]

[Sistem, menenangkan pikiran target: Rara Safitri, diaktifkan!]

Namun, keanehan pun terjadi. Rara seperti tidak merasakan adanya sesuatu, yang mulai merasuki tubuh dan pikirannya.

"Zeevaaan ... jangan membuatku khawatir seperti ini ...." Rara akhirnya merengek, karena tak sanggup lagi menahan sikap kekanak-kanakan Zevan.

[Tuan, aku punya kesimpulan. Bagaimana jika Tuan menikah dengan Rara? Gadis itu benar-benar sangat tulus mencintai Tuan]

"Jangan mengada-ada!" Zevan seketika bangkit dan membuka pintu kamarnya. "Aku masih sekolah!" pikirnya seraya menatap tajam ke arah wajah Rara.

"Rara, kalau kamu mau menikah denganku, tunggu dua tahun lagi. Aku masih fokus sekolah," ucap Zevan dengan penuh kepolosan dan kepercayaan diri.

"Ha?" Rara sontak bersedekap tangan sambil memalingkan wajahnya ke arah lain. "Yang mau menikah denganmu siapa?" tampiknya, dengan kedua pipi yang mulai memerah.

[Tuan, aku mendeteksi kebohongan!]

[•••••Data Teman•••••]

[Nama: Rara Safitri]

[Umur: 20 Tahun]

[Pekerjaan: Resepsionis]

[Kesehatan: 82%]

[Keuangan: Baik]

[Tinggi badan: 178 cm]

[Berat badan: 55 kg]

[Kemampuan: komunikasi yang baik]

[Tingkat IQ: 101]

[Tingkat Sekolah: SMK]

[Nama Instansi Sekolah: SMK Bumi Pertiwi (Alumni)]

[Informasi: Diketahui hidup sebatang kara. Orangtuanya meninggal dalam kecelakaan tragis, 10 tahun silam. Memiliki perasaan pada Zevan Ardiansyah]

[Tuan, bagaimana pendapatmu?]

Belum sempat Zevan menjawab pertanyaan sistemnya, seorang pria paruh baya dengan setelan jas mewahnya, datang menghampiri mereka.

"Rara, kenapa kau ada disini? Kembalilah bekerja!" tegur pria tersebut.

Rara pun terkejut setelah melihat kehadirannya. "Maaf, Tuan!" ucapnya seraya membungkukkan badan, lalu bergegas pergi menuju pintu lift.

Pria tersebut kemudian menoleh ke wajah Zevan. "Kamu, anak angkat Rudi bukan?" tanya pria itu, sambil berdiri dan melipat tangannya dibelakang punggung.

Zevan mengernyitkan dahinya, seakan mencoba mengingat siapa orang yang tengah berbicara dengannya itu. "Sistem, aku seperti mengenalnya. Apa kau bisa membantuku?" pinta Zevan dalam hatinya.

[Baik, Tuan!]

[Sistem! Memindai data!]

[Nama: Herman Leonardo]

[Umur: 48 tahun]

[Pekerjaan: Direktur]

[Kesehatan: 78%]

[Keuangan: sangat baik]

[Kemam—]

"Cukup, sistem!" Zevan menghentikan pemindaian sistemnya. "Aku sudah tahu siapa orang ini, rupanya kakak kandung dari ayah angkatku," batinnya, yang masih berdiri didepan pintu kamar.

"Paman Herman, apa kabarmu?" tanya Zevan sambil menundukkan wajahnya dihadapan Herman Leonardo, paman angkatnya.

Herman pun sontak tertawa terbahak-bahak, setelah melihat apa yang dilakukan Zevan terhadapnya. "Ku kira kau sudah mati, Zevan. Rupanya masih hidup, dan berani menginjakkan kakimu di apartemenku ini," hinanya, dengan senyuman yang sangat mengintimidasi.

Mendengar hal itu, membuat hati Zevan merasa sangat tersinggung. "Maaf paman Herman, aku tidak tahu bila apartemen ini adalah milikmu," ucap Zevan, seraya membungkukkan badannya.

Herman naik pitam dengan perkataan Zevan. Ia lalu sontak meraih kerah seragam anak itu, dan menghempaskannya sekuat tenaga ke arah depan, yang membuat tubuh Zevan terdorong.

[Tuan!]

(Bruk!)

Zevan jatuh tersungkur, karena tak sigap menahan keseimbangan tubuhnya. Namun ia dengan segera bangkit, lalu berdiri membelakangi Herman, seraya mengibas-ngibaskan seragam sekolahnya.

Herman seketika berjalan menghampiri Zevan. "Ingatlah wahai anak miskin. Aku akan melaporkanmu pada Rudi, karena sudah menyewa apartemen ini dengan uang yang telah kau curi darinya," ucapnya seraya berdiri membelakangi Zevan. Herman lalu berjalan menuju pintu lift. "Camkan itu, dasar anak benalu!" caci Herman, dengan penuh keangkuhan.

[Tuan, orang itu benar-benar sudah tidak layak lagi untuk hidup!]

Zevan yang masih berdiri dari tempatnya tersungkur, berusaha untuk tetap tenang dan sabar. Ia lalu berjalan menuju pintu kamarnya, tanpa menyadari bila pupil matanya seketika berubah menjadi merah.

"Sistem, buatlah kematian orang itu, sesuai keinginanmu," batinnya, seraya menampakkan raut wajah menyeringai, imbas dari rasa kekesalannya terhadap perbuatan Herman, yang telah merendahkan harga dirinya.

[Baik, Tuan!]

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Setelah mendapati pintu lift terbuka, Herman dengan segala berjalan memasuki lift. Ia lalu menekan sebuah tombol, yang membuat pintu lift tersebut kembali menutup.

Selagi menunggu didalam lift, Herman mengeluarkan ponselnya, dan mencoba untuk menghubungi seseorang.

"Bagaimana dengan investasinya?!" tanya Herman dengan sedikit menebalkan urat diwajahnya. "Ha?! Bagaimana kau ini! Dasar tak becus! Urus saja mereka semua! Kalau perlu, bunuh semua penghalang itu!" ucapnya, dengan perkataan kasar yang mencirikan sifat buruk dan temperamentalnya.

Tanpa disadari Herman, lift telah berhenti dengan sendirinya, sebelum sampai pada lantai lobby apartemen.

[Sistem! Peredam suara ruangan: diaktifkan!]

[Sistem! Meningkatkan ketahanan dinding ruangan: diaktifkan!]

[Sistem! Meningkatkan suhu ruangan: 1000000000° Celcius, diaktifkan!]

Kobaran api sontak muncul dan membakar habis setiap sudut ruangan dalam lift tersebut. Herman pun turut terbakar dan lebur menjadi abu, seketika.

...****TBC****...

Terpopuler

Comments

Deni Syahputra

Deni Syahputra

seru,syukurlah matek...

2023-12-30

1

Hades Riyadi

Hades Riyadi

Lanjuuutt 😛💪👍👍🙏

2023-05-12

0

Hades Riyadi

Hades Riyadi

Kok sistemnya bisa disuruh apapun oleh host yaaa..... sistem yang aneh bin ajib...🤔🙄😩😛😀💪👍👍👍

2023-05-12

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Prolog
2 Bab 2. Anugerah Sang Nenek Misterius
3 Bab 3. Sistem Misterius
4 Bab 4. Sistem Yang Menguntungkan
5 Bab 5. Sistem Yang Menguntungkan II
6 Bab 6. Teleportasi Dengan Sistem
7 Bab 7. Sistem Yang Membingungkan
8 Bab 8. Sistem Tak Pernah Berdusta!
9 Bab 9. Sistem Tak Pernah Berkhianat!
10 Bab 10. Serahkan Semuanya Pada Sistem!
11 Bab 11. Kebaikan Sistem
12 Bab 12. Sistem Akan Selalu Melindungi!
13 Bab 13. Menjadi Pahlawan Dengan Sistem!
14 Bab 14. Kegelisahan Rara
15 Bab 15. Kegelisahan Rara II
16 Bab 16. Kegelisahan Rara III (Keputusan Rara)
17 Bab 17. Mencari Kebahagiaan Bersama Sistem!
18 Bab 18. Keinginan Calon Penguasa
19 Bab 19. Pertemuan Yang Tak Terduga
20 Bab 20. Naluri Lelaki
21 Bab 21. Mau Tidak Mau
22 Bab 22. Membangun Jiwa Kepemimpinan Bersama Sistem!
23 Bab 23. Menjadi Penembak Jitu Bersama Sistem!
24 Bab 24. Yang Penting, Habiskan!
25 Bab 25. Permintaan Egois
26 Bab 26. Sistem, Jelaskan!
27 Bab 27. Hadiah Untukmu, Seruni
28 Bab 28. Aksi Seruni
29 Bab 29. Pelayanan Yang Sangat Istimewa
30 Bab 30. Menertawakan Langit
31 Bab 31. Benar-Benar Tak Ada Habisnya
32 Bab 32. Sistem, Diam
33 Bab 33. Kekecewaan Vanze
34 Bab 34. Pistol Yang Aneh
35 Bab 35. Si Gadis Imut, Yang Sangat Periang
36 Bab 36. Selamat Datang, Dikeluarga Zevan Ardiansyah!
37 Bab 37. Yang Mulia Tuan Muda Presiden Direktur
38 Bab 38. Sebuah Tragedi
39 Bab 39. Menghilangnya Sistem Misterius
40 Bab 40. Menghilangnya Sistem Misterius II
41 Bab 41. Menghilangnya Sistem Misterius III
42 Bab 42. Menghilangnya Sistem Misterius IV
43 Bab 43. Menghilangnya Sistem Misterius V
44 Bab 44. Kembalinya Sistem Misterius (Pembalasan)
45 Bab 45. Selamat Datang Kembali, Sistem
46 Bab 46. Sebuah Pernyataan
47 Bab 47. Seruni, Atau Arini?
48 Bab 48. Pria Yang Benar-Benar Menyeramkan!
49 Bab 49. Lakukanlah Pelan-Pelan
50 Bab 50. Benih Arogan Sang Tuan Muda
51 Bab 51. Benar-Benar Motor Idaman
52 Bab 52. Sebuah Tugas Yang Sangat Dinantikan
53 Bab 53. Kesetiaan Vanze
54 Bab 54. Pengkhianatan
55 Bab 55. Pengunduran Diri
56 Bab 56. Pekerjaan Yang Sangat Menggiurkan
57 Bab 57. Hasrat Melody
58 Bab 58. Jeritan Alyssa
59 Bab 59. Siswi Misterius
60 Bab 60. Penderitaan, Dibalik Senyuman Yona
61 Bab 61. Kepedulian Sang Tuan Muda
62 Bab 62. Melampiaskan Kemurkaan
63 Bab 63. Ancaman, Dibalik Sebuah Tuntutan
64 Bab 64. Tangisan Sang Tuan Muda
65 Bab 65. Sebuah Perpisahan
66 Bab 66. Rasa Bersalah Anya
67 Bab 67. Perang Dingin Kedua Pelayan
68 Bab 68. Benar-Benar Tak Dapat Di Prediksi!
69 Bab 69. Bakat Yang Terpendam
70 Bab 70. Selangkah Lebih Maju
71 Bab 71. Keputusasaan
72 Bab 72. Sandiwara Clarissa
73 Bab 73. Boleh Saja, Itu Tidak Masalah
74 Bab 74. Sebuah Kunjungan
75 Bab 75. Kekuasaan Sang Tuan Muda
76 Bab 76. Pengepungan & Robot Genetik Tipe Destroyer
77 Bab 77. Pergerakan Vanze
78 Bab 78. Hibernasi
79 Bab 79. Setelah Setahun Berlalu
80 Bab 80. Perbincangan Masa Depan
81 Bab 81. Lansung Diterima
82 Bab 82. Tamparan Keras
83 Bab 83. Kiprah Agen Tersembunyi
84 Bab 84. Sambutan Yang Sangat Diluar Dugaan
85 Bab 85. Semuanya, Sama Saja!
86 Bab 86. Isyarat Pertolongan
87 Bab 87. Kekejaman Alexa
88 Bab 88. Sosok Malaikat
89 Bab 89. Perlawanan Zevan
90 Informasi penting
91 Bab 90. Dua Wajah Yang Menatap Tajam
92 Bab 91. Kembali Ke Titik Nol (Tamat)
93 Pengumuman Novel Baru!
Episodes

Updated 93 Episodes

1
Bab 1. Prolog
2
Bab 2. Anugerah Sang Nenek Misterius
3
Bab 3. Sistem Misterius
4
Bab 4. Sistem Yang Menguntungkan
5
Bab 5. Sistem Yang Menguntungkan II
6
Bab 6. Teleportasi Dengan Sistem
7
Bab 7. Sistem Yang Membingungkan
8
Bab 8. Sistem Tak Pernah Berdusta!
9
Bab 9. Sistem Tak Pernah Berkhianat!
10
Bab 10. Serahkan Semuanya Pada Sistem!
11
Bab 11. Kebaikan Sistem
12
Bab 12. Sistem Akan Selalu Melindungi!
13
Bab 13. Menjadi Pahlawan Dengan Sistem!
14
Bab 14. Kegelisahan Rara
15
Bab 15. Kegelisahan Rara II
16
Bab 16. Kegelisahan Rara III (Keputusan Rara)
17
Bab 17. Mencari Kebahagiaan Bersama Sistem!
18
Bab 18. Keinginan Calon Penguasa
19
Bab 19. Pertemuan Yang Tak Terduga
20
Bab 20. Naluri Lelaki
21
Bab 21. Mau Tidak Mau
22
Bab 22. Membangun Jiwa Kepemimpinan Bersama Sistem!
23
Bab 23. Menjadi Penembak Jitu Bersama Sistem!
24
Bab 24. Yang Penting, Habiskan!
25
Bab 25. Permintaan Egois
26
Bab 26. Sistem, Jelaskan!
27
Bab 27. Hadiah Untukmu, Seruni
28
Bab 28. Aksi Seruni
29
Bab 29. Pelayanan Yang Sangat Istimewa
30
Bab 30. Menertawakan Langit
31
Bab 31. Benar-Benar Tak Ada Habisnya
32
Bab 32. Sistem, Diam
33
Bab 33. Kekecewaan Vanze
34
Bab 34. Pistol Yang Aneh
35
Bab 35. Si Gadis Imut, Yang Sangat Periang
36
Bab 36. Selamat Datang, Dikeluarga Zevan Ardiansyah!
37
Bab 37. Yang Mulia Tuan Muda Presiden Direktur
38
Bab 38. Sebuah Tragedi
39
Bab 39. Menghilangnya Sistem Misterius
40
Bab 40. Menghilangnya Sistem Misterius II
41
Bab 41. Menghilangnya Sistem Misterius III
42
Bab 42. Menghilangnya Sistem Misterius IV
43
Bab 43. Menghilangnya Sistem Misterius V
44
Bab 44. Kembalinya Sistem Misterius (Pembalasan)
45
Bab 45. Selamat Datang Kembali, Sistem
46
Bab 46. Sebuah Pernyataan
47
Bab 47. Seruni, Atau Arini?
48
Bab 48. Pria Yang Benar-Benar Menyeramkan!
49
Bab 49. Lakukanlah Pelan-Pelan
50
Bab 50. Benih Arogan Sang Tuan Muda
51
Bab 51. Benar-Benar Motor Idaman
52
Bab 52. Sebuah Tugas Yang Sangat Dinantikan
53
Bab 53. Kesetiaan Vanze
54
Bab 54. Pengkhianatan
55
Bab 55. Pengunduran Diri
56
Bab 56. Pekerjaan Yang Sangat Menggiurkan
57
Bab 57. Hasrat Melody
58
Bab 58. Jeritan Alyssa
59
Bab 59. Siswi Misterius
60
Bab 60. Penderitaan, Dibalik Senyuman Yona
61
Bab 61. Kepedulian Sang Tuan Muda
62
Bab 62. Melampiaskan Kemurkaan
63
Bab 63. Ancaman, Dibalik Sebuah Tuntutan
64
Bab 64. Tangisan Sang Tuan Muda
65
Bab 65. Sebuah Perpisahan
66
Bab 66. Rasa Bersalah Anya
67
Bab 67. Perang Dingin Kedua Pelayan
68
Bab 68. Benar-Benar Tak Dapat Di Prediksi!
69
Bab 69. Bakat Yang Terpendam
70
Bab 70. Selangkah Lebih Maju
71
Bab 71. Keputusasaan
72
Bab 72. Sandiwara Clarissa
73
Bab 73. Boleh Saja, Itu Tidak Masalah
74
Bab 74. Sebuah Kunjungan
75
Bab 75. Kekuasaan Sang Tuan Muda
76
Bab 76. Pengepungan & Robot Genetik Tipe Destroyer
77
Bab 77. Pergerakan Vanze
78
Bab 78. Hibernasi
79
Bab 79. Setelah Setahun Berlalu
80
Bab 80. Perbincangan Masa Depan
81
Bab 81. Lansung Diterima
82
Bab 82. Tamparan Keras
83
Bab 83. Kiprah Agen Tersembunyi
84
Bab 84. Sambutan Yang Sangat Diluar Dugaan
85
Bab 85. Semuanya, Sama Saja!
86
Bab 86. Isyarat Pertolongan
87
Bab 87. Kekejaman Alexa
88
Bab 88. Sosok Malaikat
89
Bab 89. Perlawanan Zevan
90
Informasi penting
91
Bab 90. Dua Wajah Yang Menatap Tajam
92
Bab 91. Kembali Ke Titik Nol (Tamat)
93
Pengumuman Novel Baru!

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!