Menjelang malam hari, Zevan telah memasuki kamar apartemennya dengan aman, meski selama perjalanan menuju apartemen, dirinya selalu dirisaukan dengan segala ancaman-ancaman, yang akan membahayakan nyawanya.
[Tuan! Anda harus segera menjadi penguasa!]
Zevan yang tengah terbaring seraya memainkan ponselnya pun sontak terkejut, dengan perkataan sistem. "Haaa?! Aku masih sekolah!" sanggah Zevan, yang mengerutkan alisnya sambil menatap ke arah langit-langit ruangan.
[Tenang saja Tuan! Aku bisa mempercepat masa pendidikan anda!]
Zevan sontak terbangun lalu terduduk diatas ranjangnya. "M-m-mempercepat katamu?! B-bagaimana caranya?!" tanya Zevan, dengan raut wajah penuh kebingungan.
[Tuan, sekarang sudah bulan April, dan bulan besok anda akan menghadapi ujian kenaikan kelas. Aku akan mempercepat waktunya, menuju hari sebelum ujian dimulai]
[Sistem! Mempercepat laju waktu: sepuluh kali lipat, diaktifkan!]
Zevan seketika menatap pada indikator jam ponselnya, dan mendapati angka dalam indikator tersebut, bergerak dengan sangat cepat. Ia pun turut menoleh ke arah luar jendela, dan tercengang saat melihat perubahan waktu yang terjadi begitu cepat, hingga tak dapat diduga dengan akal sehatnya.
[Sistem! Mengembalikan laju waktu: normal, diaktifkan!]
Indikator jam pada ponsel akhirnya menunjukan pukul 06.00 pagi hari, yang membuat Zevan semakin terheran-heran dengan perbuatan sistemnya. "Sial! Bagaimana dengan nilai-nilai pelajaranku yang terlewatkan?!" tanya Zevan dengan sedikit menaruh perasaan kesal.
[Tuan tak perlu risau! Semua sudah kuatur sedemikian rupa]
Zevan pun mendengus, karena sudah tak mampu lagi melawan sifat keras kepala sistemnya. "Baiklah baiklah. Aku mempercayaimu," ucapnya dalam hati, lalu beranjak dari ranjangnya, dan berjalan menuju kamar mandi.
"Sistem, dengan uang sebanyak itu, apa yang harus kulakukan?" tanya Zevan, selagi tangannya menekan kemasan pasta gigi, dan mengeluarkan cairan pastanya ke atas sikat gigi.
[Tuan kan masih sekolah, kenapa tidak bersenang-senang saja dengan uang itu? Carilah pacar, dan bawa dia kemanapun Tuan suka]
Zevan sontak menyemburkan cairan pasta gigi yang telah masuk kedalam mulutnya, saat mendengar saran dari sistemnya. "Haa! Aku sudah muak dengan kata pacar, setelah akhirnya aku tetap merasa sendirian!" keluh Zevan dengan raut wajah kesal, seraga menggertakan giginya didepan cermin wastafel.
Zevan kembali memulai kegiatan menggosok giginya, namun pergerakan tangannya begitu cepat, hingga membuat mulutnya semakin dikerubungi banyak busa.
[Tuan, sudahlah! Lupakan Rara! Bukalah lembaran baru dalam hidup anda. Jangan menilai semua wanita itu sama. Aku akan membantu mencarikan wanita yang sangat cocok untuk Tuanku]
Zevan dengan polosnya mengangguk, namun seketika menggeleng-gelengkan kepalanya, yang semakin menunjukkan sifat plin-plannya. "Tidak tidak tidak! Aku ingin fokus sekolah! Fo ku se ko lah!" Perkataan yang terbata-bata itu, terucap serempak dengan kepalanya mengangguk-angguk. Zevan lalu berkumur-kumur, dan menyemburkan cairan pasta gigi dimulutnya kedalam lubang wastafel.
[Oh tidak! Tuanku terlalu naif, seperti layaknya protagonis-protagonis novel drama romansa!]
"Berisik! Biar begini juga, aku tetap memiliki standar wanita idamanku!" tegur Zevan dalam hatinya, dan mulai membersihkan tubuhnya dalam ruang kamar mandi.
...****Belakang Gedung Kampus****...
(Prak!)
Alexa menampar Aulia, setelah mendapatkan laporan dari Joshua, bila Zevan masih hidup. "Bodoh! Apa yang telah kau lakukan selama ini?! Aku menyuruhmu untuk membunuhnya! Bukan meracuninya!" omel Alexa, dengan raut wajah murkanya, sambil menunjuk-nunjuk wajah Aulia.
"Aku sudah yakin bila susu itu telah kucampuri dengan banyak racun. Mungkin saja belum bereaksi pada anak itu." Meski tengah memegang sebelah pipinya, Aulia berusaha untuk membela dirinya, dari kegagalan upayanya dalam membunuh Zevan.
"Aku sudah tak peduli lagi! Bagaimanapun caranya, kau harus membunuh anak itu! Atau aku akan membuatmu mendekam di penjara selamanya, karena tak mampu membayar hutang-hutangmu!" ancam Alexa seraya menggenggam erat wajah Aulia, dan memberikan tatapan yang sangat murka pada gadis itu.
Aulia akhirnya mengangguk, karena tak dapat lagi mengelak dari ancaman Alexa, meski dirinya sebenarnya tak punya niat untuk membunuh siapapun.
Setelah menanamkan kebencian pada Zevan dalam otak Aulia, Alexa segera pergi meninggalkan gadis itu, dengan beberapa orang pengawal yang turut mengikuti kepergiannya.
Entah apa yang membuat Alexa sangat berkeinginan untuk melenyapkan keberadaan Zevan, setelah sebelumnya gadis itu bersikap biasa-biasa saja dengan mantan adik angkatnya tersebut, sejak mereka masih tinggal serumah.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Zevan segera mengenakan pakaian sehari-harinya, karena hari ini adalah hari Minggu, hari dimana anak itu libur sekolah. "Aku harus segera meninggalkan apartemen ini, bagaimanapun caranya!" pikir Zevan seraya mengenakan celana chinos pendek.
[Tuan, apa anda yakin ingin meninggalkan apartemen ini?]
"Ya! Aku harus mencari sebuah tempat yang aman, karena orang-orang keluarga Leonardo sudah melacak keberadaanku disini," jawab Zevan, yang tengah terduduk disisi ranjangnya, seraya menatap pada layar ponsel.
Zevan lalu membuka sebuah situs properti, dan terkejut saat mendapati sebuah iklan penjualan apartemen, dalam layar ponselnya. "Sepuluh miliar rupiah kah? Apa uangku cukup untuk membelinya?" ucap Zevan, dan sontak membaringkan tubuhnya diatas ranjang.
[Ding! Tenang saja Tuan! Itu masih termasuk murah untuk Anda!]
"Ding? Apa maksudnya ding?" tanya Zevan dalam hatinya, sambil terus menggeser jarinya pada layar ponsel.
[Maaf Tuan. Aku hanya mengikuti peran sistem dalam novel-novel terkini. Hehe]
"Apartemen dengan 71 lantai, lengkap dengan fasilitas-fasilitas mewah ... dapatkan diskon menarik jika membeli hari ini ...." ucap Zevan seraya mengikuti sebuah tulisan dalam iklan penjualan apartemen, yang terpampang jelas dalam layar ponselnya.
[Ding! Beli itu saja Tuan!]
Zevan sontak terkejut, saat melihat harga yang dipasang dalam iklan penjualan apartemen tersebut. "55 miliar rupiaaahhh?!" Ia kembali terduduk diatas ranjangnya, tanpa menyadari bila tangan kanan yang tengah menggengam ponsel itu, semakin bergetar-getar.
"S-s-sistem! Apa tidak ada yang lebih murah lagi?!" tanya Zevan, yang mulai merasa bimbang dengan pilihannya.
[Ding! Saldo Anda telah bertambah menjadi 100 miliar rupiah! Cepat Tuan! Beli apartemen itu sekarang!]
Setelah mendengar perkataan sistemnya, Zevan mulai beranjak dari ranjang, dan berjalan menuju jendela kamarnya. "Sistem, Apa gunanya aku sekolah, jika sudah memiliki uang sebanyak itu? tanya Zevan dalam hatinya, seraya menyingkap tirai jendela. Pandangannya menatap tajam kearah gedung-gedung yang menjulang tinggi.
[*Sekolah itu penting Tuan! Sekolah ya sekolah, h**arta ya harta! Dengan harta, Tuan bisa memiliki segalanya yang Tuan impikan*!]
Zevan lalu mendengus. "Kalau begitu, aku ingin membangun banyak panti asuhan, tempat-tempat ibadah, dan menginvestasikan sebagian kekayaanku untuk beramal," pinta Zevan dalam hatinya. Ia menganggap seluruh keinginannya itu, bisa menenangkan segala keresahannya, dalam mengemban jumlah kekayaan yang begitu banyak.
[Baik Tuan! Buatlah sebuah perusahaan, yang mampu menjalankan segala keinginan Tuan]
Zevan sontak melangkahkan kakinya menuju tas, dan mengeluarkan sejumlah buku-buku pelajarannya. "Tidak. Aku harus belajar dulu, karena besok harus ujian!" ucapnya dan mulai membaca bukunya secara seksama.
Kemampuan membaca cepatnya, membuat Zevan selesai memahami seluruh materi buku-buku pelajarannya, hanya dalam waktu dua jam saja. Ia lalu menutup bukunya, dan mulai membuka laptop tergahar miliknya, yang masih terlipat rapih diatas meja belajar.
"Baiklah sistem. Apa nama yang bagus, untuk perusahaan yang akan kita bangun nanti?" tanya Zevan, yang telah terduduk diatas kursinya, seraya menyalakan mesin laptop.
[Ardiansyah Grup!]
"Tidak! Nama itu terlalu mencolok! Bagaimana kalau ZACF grup?" tanya kembali Zevan, yang mulai membuka sebuah peramban mesin pencari, dari layar laptopnya.
[Zevan Ardiansyah Charity Foundation? Apakah itu maksud Tuan?]
"Benar! Dengan begitu, aku dapat terhindar dari segala ancaman pihak Leonardo!" Zevan membuka sebuah situs, yang dapat membimbingnya dalam membentuk sebuah perusahaan secara bertahap.
(Tuk tuk tuk!)
"Permisi! Makan siang sudah datang!" Aulia seketika berdiri didepan pintu kamar Zevan, seraya menggengam sebilah pisau dari balik punggungnya.
[Tuan! Aku mendeteksi ancaman!]
Zevan pun sontak terkejut, saat mendengar laporan sistemnya, dan mulai memusatkan perhatiannya ke arah pintu kamar. "Jangan-jangan, Aulia!" duga Zevan dalam hatinya, dan mulai meneguhkan mentalnya, untuk bersiap menghadapi ancaman yang akan datang.
[Betul! Aulia tengah memegang pisau. Sepertinya dia ingin membunuh Tuan!]
Zevan seketika berdiri dari kursi. Ia menggenggam erat kepalanya, seakan sedang memikirkan sesuatu. "Sistem, biarkan dia bertindak sesuai rencananya. Buatlah aku seolah-olah mati, agar dirinya tak bisa lagi mengganggu kehidupanku," pinta Zevan pada sistemnya.
[Baik Tuan! Sesuai rencanamu!]
[Sistem! Peningkatan seluruh level status Tuan, menjadi maksimal!]
[•••••Zevan Ardiansyah•••••]
[Kesehatan: 10000000%]
[Kekebalan tubuh: 1000000%]
[Kekuatan: 10000000%]
[Ketahanan fisik: 10000000%]
[Kekuatan struktur tulang: 10000000%]
[Kekuatan dasar tulang: 100000000%]
[Kebal dari rasa nyeri: diaktifkan!]
[•••••Peningkatan Selesai!•••••]
[Selamat bersandiwara, Tuanku! Meski telah tertusuk benda tajam, Tuan akan baik-baik saja]
Zevan akhirnya berjalan menuju pintu kamar, lalu membuka pintunya dengan perlahan. Aulia semakin mengencangkan genggamannya pada pisau yang sangat tajam itu, dan mulai menusuk perut Zevan, sedalam-dalamnya.
(Slurb!)
...****TBC****...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 93 Episodes
Comments
Sak. Lim
bnererrrr2 goblokkkk idioooooot mc nya lebay naiiif bget klaw ga mau ikutan dlm alur ceritanya berhenti jadi mc nya songong bget trlu banyak mengeluh nya jdi mc jlnin apa ada nya sesuai alur ceritanya jgn bikin ribet banget
2024-03-27
0
Feri Ardi
mc terlalu bertele-tele
2024-03-23
0
SweetiePancake
Nambah tolol mcnya akibat ditinggal Rara🗿
2024-02-02
1