Sistem mengambil alih tubuh Clarissa, lalu membawanya pergi menuju puncak gedung sekolah. Sementara, Reina dan Joshua semakin intim dalam melampiaskan hasrat cinta mereka.
Setelah berdiri tepat didepan pintu akses, Clarissa membuka pintunya dan segera keluar dari pintu tersebut.
[•••••Data Musuh•••••]
[Nama: Clarissa Ayudia]
[Umur: 16 Tahun]
[Pekerjaan: Pelajar/Atlit muda]
[Kesehatan: 99%]
[Keuangan: Sangat Baik]
[Kemampuan: lari cepat, lompat tinggi, lemparan akurat]
[Tingkat IQ: 75]
[Tingkat Sekolah: SMA]
[Nama Instansi Sekolah: SMA Harapan Kita]
[Kelas: 2A]
[Informasi: peraih medali emas cabor atletik antar sekolah lima tahun berturut-turut, putri seorang pensiunan atlit golf ternama]
[Sistem! Membuka data baru: musuh, diaktifkan!]
[•••••Clarissa Ayudia•••••]
[Musuh: Reina Melati]
[Rasa benci: 99%]
[Rasa iri: 99%]
[Hasrat membunuh: 50%]
[Kemungkinan damai: 1%]
Clarissa akhirnya berdiri tepat dihadapan Reina dan Joshua, seraya memberikan tatapan kosong. Mereka yang saling bermesraan pun terkejut, saat mendapati kehadiran ketua OSIS tersebut.
"C-Clarissa?!" ucap Joshua, sambil menggenggam erat pinggul Reina. Ia telah melucuti seluruh anak kancing seragam milik Reina, yang membuat buah dada gadis itu tersingkap lebar.
"Joshua, siapa dia?" tanya Reina, yang tengah menggenggam erat kedua pundak Joshua, seraya menatap penuh curiga pada Clarissa.
[Sistem! Melepaskan doktrin target: Clarissa Ayudia, diaktifkan!]
[Sistem! Mengembalikan pikiran target: Clarissa Ayudia, diaktifkan!]
Clarissa sempat tertegun lalu jatuh berlutut dihadapan Joshua dan Reina, setelah sebuah energi misterius keluar dari tubuhnya. Matanya yang tengah terpejam, akhirnya membuka dengan perlahan.
"Jo—Joshua?!" ucapnya, saat mendapati Joshua tengah menyudutkan tubuh Reina, pada tembok pembatas puncak gedung sekolah.
Rasa benci yang telah dilipatgandakan oleh sistem, membuat Clarissa sontak bangkit dan berjalan menghampiri mereka. "Brengsek!" Ia merenggut rambut Reina, dan menariknya menuju tengah-tengah puncak gedung.
"Sa—sakit! Lepaaskaaan!!" lirih Reina, seiring dengan rasa sakit yang diperoleh dari kulit kepalanya.
Hasrat ingin membunuh Clarissa, membuatnya dengan sengaja mendorong tubuh Reina sekuat mungkin, hingga gadis itu akhirnya terdorong, lalu jatuh tersungkur keatas lantai gedung yang sangat keras.
(Brukk!)
"Clarissaaa!!!" Joshua terkejut dengan tindakan Clarissa, yang membuatnya berniat untuk menghampiri Reina.
[Sistem! Mendoktrin pikiran target: Joshua Leonardo, diaktifkan!]
[Sistem! Mengendalikan pikiran target: Joshua Leonardo, diaktifkan!]
Namun, langkah kakinya terhenti. Joshua seketika berdiri mematung, dengan pandangan yang menatap kosong ke arah depan.
Rasa bencinya yang meledak-ledak, membuat Clarissa segera berjalan menghampiri Reina. "Daaasar kau ibliis!" ucapnya seraya melayangkan kakinya, menuju wajah gadis tersebut.
(Bugh! Bugh! Bugh! Bugh!)
Reina sempat melindungi wajahnya, dari terjangan kaki Clarissa. Namun, kuatnya tenaga yang dikerahkan oleh kaki ketua OSIS itu, membuatnya tak berdaya, dan tak mampu lagi bertahan dari rasa sakit.
Setelah berhasil membuat wajah Reina memar, lebam dan penuh luka, Clarissa dengan segera menghampiri Joshua. Ia lalu menarik tangan anak itu, dan membawanya pergi meninggalkan Reina, yang tengah terbaring lemah tak sadarkan diri.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Beberapa jam kemudian, di penghujung jam pelajaran terakhir, Zevan telah selesai menulis materi yang diterangkan oleh gurunya. Pandangannya seketika tertuju ke arah kursi milik Reina, yang sedari tadi kosong tak bertuan.
"Sistem, apa yang telah terjadi dengan Reina?" tanya Zevan dalam hatinya.
[Tuan, aku telah memenuhi tugas sesuai ide yang anda pikirkan]
Zevan lalu mendapati sang guru berdiri dari kursinya, seraya mengenakan tas ditangannya.
"Baiklah semuanya, meski jam pelajaran ibu masih tersisa beberapa menit lagi, tolong jangan buat keributan di kelas, selagi ibu tidak ada," ucap sang guru.
"Baik, Buuu!" sahut seluruh murid secara serempak, yang membuat sang guru bergegas keluar dari kelas.
"Sistem, aku bertanya apa yang telah terjadi dengan Reina. Mengapa dia belum juga datang ke kelas? Apa yang telah kau lakukan sebenarnya?" tanya kembali Zevan.
[Tuan, aku telah memanipulasi data kepribadian Clarissa, yang membuat gadis itu berlaku kasar pada Reina. Kini, Reina sedang tak sadarkan diri di puncak gedung sekolah]
Mendengar pengakuan sistem, membuat Zevan sontak berdiri dari kursinya, seiring dengan munculnya suara bel, yang menandakan jam kegiatan belajar berakhir. "Sistem, jangan bilang padaku jika kau juga mengatur pertengkaran mereka," pikir Zevan dalam hatinya.
[Tentu saja, Tuan!]
"Bodoh!" Zevan dengan segera meraih tasnya, lalu berjalan tergesa-gesa menuju pintu kelas. "Jadi maksudmu, kau telah memanipulasi datanya secara sepihak?" batin Zevan, seraya mempercepat langkah kakinya, menuju tangga gedung sekolah.
[Tentu saja, Tuan! Bukankah hal itu sesuai dengan ide yang ada dalam pikiran Tuan?]
"Ya! kau benar. Memang aku yang salah," batin Zevan, yang telah berada di lorong lantai kelas tiga. Ia lalu kembali menapaki anak tangga dengan terburu-buru, karena rasa penasarannya terhadap kondisi yang dialami Reina, semakin memuncak.
Setelah tiba di depan pintu akses puncak gedung sekolah, Zevan menarik nafasnya dalam-dalam, dan menghembuskannya secara perlahan. Ia lalu membuka pintu tersebut, seraya berjalan dengan penuh ketenangan.
"Reina?!" Hatinya sontak tertegun, saat mendapati Reina terbaring lemah tak berdaya, ditengah-tengah puncak gedung sekolah.
Zevan segera berjalan menghampiri Reina, dan mendapati belahan gadis itu tersingkap lebar. "Sistem, kenapa kancing seragamnya sampai terbuka? Apakah ini perbuatan Clarissa juga?" tanya Zevan, seraya bertumpu dengan sebelah lutut, disamping tubuh Reina.
[Tidak, Tuan! Itu adalah perbuatan Joshua, yang tergiur dengan tubuh Reina!]
"Dan, Reina membiarkannya?" tanya Zevan.
[Betul! Gadis ini mengakui bila dirinya sangat mencinta Joshua, dan rela memberikan segalanya untuk orang itu!]
"Cih!" Zevan mendecih, karena tak menyangka atas apa yang telah diperbuat Joshua. Ia juga merasa sangat kecewa dengan sifat Reina, yang terlalu mudah memberikan tubuhnya pada anak tersebut.
Namun, sifat kerendahan hati yang telah mendarah-daging dalam dirinya, membuat Zevan kembali memasangkan seluruh anak kancing, dari seragam sekolah Reina. Meski telah dikecewakan, Ia tetap menaruh rasa iba terhadap seorang gadis, yang sempat disukainya itu.
Reina seketika menggerakkan jari kirinya, lalu mulai membuka matanya secara perlahan. Ia menolehkan wajahnya ke arah seseorang, yang tengah duduk bersimpuh disampingnya.
"Ze ... Zeevaaan ...." lirih sang gadis, seraya menampakkan raut wajah sedihnya.
"Reina, apa yang telah terjadi sebenarnya?" tanya Zevan, seraya menatap tajam ke wajah Reina.
"Zeevaaan!" Reina berusaha membangkitkan tubuhnya, meski masih menahan rasa sakit. Ia lalu terduduk, dan mencoba untuk memeluk tubuh Zevan.
Namun, Zevan berupaya menghindar dari pelukan Reina, yang membuat gadis sempat tertegun. "Ze-Zevan, apa kamu ... membenciku?" tanya Reina dengan raut wajah herannya.
Zevan tetap membisu, seakan enggan untuk menjawab pertanyaan itu. Ia akhirnya turut terduduk dihadapan Reina, seraya memeluk kedua lututnya. "Bagimana rasanya, dikhianati oleh seseorang?" tanya Zevan, sambil terus memberikan tatapan yang sangat tajam, pada gadis tersebut.
Reina pun tercengang, mendengar perkataan Zevan. Matanya membelalak lebar, seiring dengan ingatannya tentang Joshua, yang telah meninggalkannya seorang diri.
Reina seketika menunduk, dan mulai meneteskan air mata secara perlahan. Ia akhirnya memahami, apa maksud dari pertanyaan Zevan.
Setelah berhasil menyadarkan Reina, Zevan sontak bangkit dari tempatnya terduduk. "Renungkan dimana letak kesalahanmu. Dan, jangan pernah lagi memanfaatkan kebaikan seseorang," ucapnya seraya berbalik, dan berjalan menuju pintu akses puncak gedung.
Zevan memberikan pemahaman yang sangat bernilai besar bagi Reina, hingga membuat gadis itu menangis sejadi-jadinya. Ia merasa bersalah, karena telah menyakiti perasaan anak tersebut.
"Zeevaaan!" sorak Reina, saat Zevan mulai melewati pintu, dan pergi meninggalkannya.
Namun, Zevan mengacuhkannya dan tetap melangkahkan kaki menuju anak tangga. "Sistem, pulihkan kesehatannya. Hilangkan seluruh luka, dan rasa sakitnya. Dan, kembalikan bentuk wajahnya seperti semula," batin Zevan, sambil berjalan menuruni anak tangga.
[Baik Tuan!]
[Sistem! Mengunci target: Reina Melati, diaktifkan!]
[Pemulihan kesehatan: diaktifkan!]
[Menghilangkan seluruh luka: diaktifkan!]
[Menghilangkan seluruh rasa sakit dan memar: diaktifkan!]
[Mengembalikan struktur jaringan kulit wajah: diaktifkan!]
[Merapatkan pori-pori wajah: diaktifkan!]
[Mengencangkan kulit wajah: diaktifkan!]
[Mencerahkan kulit wajah: diaktifkan]
[Laporan: Target telah pulih dari segala luka, lebam dan memar diwajahnya. Bentuk wajahnya telah kembali seperti semula]
[Sistem! Melepas target: Reina Melati, diaktifkan!]
[Semua sudah selesai dengan sempurna, Tuan!]
"Baik. Terima kasih, sistem," batin Zevan, seraya menuruni anak tangga, dan bergegas menuju lantai satu gedung sekolah.
[Sudah kewajibanku, Tuan!]
Meski tengah berlinang air mata, Reina belum menyadari, bila wajahnya telah kembali cantik seperti semula. Rasa sakit ditubuh dan wajahnya pun turut menghilang, seketika.
...****TBC****...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 93 Episodes
Comments
Jeme Merinem
gak semua orng suka MC nya rendah hati,naif,sok suci
2024-11-29
1
🇳🇴🇻🇪🇱 🇮🇩
coba ada Skali klik langsung di ban
udah gue ban novel ini 🗿
2024-11-14
0
🇳🇴🇻🇪🇱 🇮🇩
Thor mmk
2024-11-14
0