Menjelang berakhirnya kegiatan belajar mengajar, Zevan sontak menutup buku pelajaran yang telah dibacanya, atas instruksi dari sang guru yang telah lebih dulu keluar dari ruangan kelas.
"Benar saja! Ada banyak sekali orang-orang yang tidak senang denganku!" batinnya, sambil terus menatap pada buku pelajaran, tanpa menyadari bila Reina sedari tadi memperhatikannya dari kejauhan.
(Tringgg!)
Bel pertanda pulang pun akhirnya berdentang, yang membuat seluruh siswa berbondong-bondong keluar dari kelas.
Zevan dengan segera mengenakan tas, dan beranjak dari kursinya seraya bergegas menuju pintu kelas. Tanpa disadari olehnya, Reina membuntutinya dari belakang, dan terus mengikuti pergerakan anak itu.
[Tuan, Reina sedang mengikuti dan mengawasi anda dari belakang]
Mendengar laporan dari sistemnya, membuat Zevan semakin mempercepat langkah kakinya menuju gerbang sekolah. "Apa maksud dari tindakannya itu? Jika ingin berbicara, lansung terus terang saja tadi dikelas!" gumam Zevan, yang merasa terganggu dengan ulah Reina.
Namun, Reina sontak berlari hingga menyusul kepergian Zevan, dan berhenti tepat didepan anak tersebut. "Zevan! Ada yang ingin kubicarakan denganmu!" ucapnya, seraya merentangkan kedua tangan, yang membuat Zevan terpaksa menghentikan langkah kakinya.
"Ada apa? Apa masih ada tugas pelajaran yang ingin kau serahkan padaku?" tanya Zevan, dengan pandangan yang menatap tajam ke wajah Reina.
"Tidak! Aku tidak bermaksud seperti it—"
Belum sempat Reina menyelesaikan ucapannya, Joshua dan Clarissa seketika datang menghampiri mereka, yang membuat Zevan semakin memperkuat rasa was-wasnya.
"Bagus! Bagus!" ucap Clarissa seraya memberikan tepuk tangan yang sangat mengintimidasi. Ia lalu berjalan mendekati Reina, yang membuat Zevan sontak menyingkir. "Bagus! Kau sepertinya sudah menyadari statusmu! Mendekati anak miskin itu, adalah langkah yang tepat untukmu," gertaknya sambil mendekatkan wajah.
Joshua pun turut berjalan menghampiri Zevan. "Halo mantan saudara angkatku," Ia berdiri tepat dihadapan Zevan, seraya menunjukkan sebuah senyuman yang menyeringai, yang sangat-sangat mengintimidasi anak itu.
"Bagimana rasanya hidup miskin? Apakah kau sudah terbiasa?" tanya Joshua, dengan sebuah senyuman yang benar-benar semakin menyinggung perasaan Zevan.
Zevan lalu menunduk, sambil tersenyum. "Ku kira permasalahan kita sudah selesai. Tapi kau masih menyebutku sebagai saudara angkatmu." Ia kemudian mendongakkan wajahnya, dan menunjukkan raut murkanya dihadapan Joshua. "Apa kau sudah gila?!" gertak Zevan.
Joshua pun terkejut dengan perkataan Zevan. "Brengsek! Beraninya kau menyebutku gila!" ucapnya seraya melayangkan kepalan tangannya, kearah wajah Zevan.
Namun, Zevan dengan sigap menangkis serangan pukulan Joshua. "Jangan kau pikir, aku akan terus menundukkan wajahku, dihadapan orang angkuh sepertimu!" tegas Zevan, seraya memelintir tangan anak tersebut.
[Tuan, perlu bantuan?]
Zevan sontak mendorong tubuh Joshua, yang membuat anak itu jatuh terjungkal ke arah belakang. "Tidak sistem! Ini adalah permasalahan yang harus kuselesaikan dengan caraku sendiri!" tegas Zevan dalam hatinya.
"Joshuaa!" Clarissa segera berjalan menghampiri Joshua. "Apa kau baik-baik saja?!" tanya Clarissa, sambil menegakkan punggung lelaki pujaan hatinya tersebut.
Setelah berhasil memojokkan Joshua, Zevan sontak membalikkan badannya, seraya menelengkan sedikit wajahnya ke arah belakang. "Aku tidak ingin mencari masalah lagi denganmu," ucapnya dan mulai melangkahkan kakinya secara perlahan.
Langkah kakinya pun sempat terhenti, tepat disamping Reina. "Namun, jika kau masih ingin mencari masalah denganku." Ia kembali melangkahkan kakinya. "Aku akan dengan senang hati meladeninya," ucap Zevan dengan penuh ketenangan, seraya berlalu meninggalkan mereka.
Joshua yang tak terima dengan perlakuan Zevan pun berusaha untuk bangkit, meski tangan kanannya terkilir, karena perlawanan yang dikerahkan oleh saudara angkatnya tersebut. "Zeevaaan!! Kau kau akan menyesali perbuatanmu iniii!!" soraknya sambil menunjuk ke arah punggung Zevan, yang semakin menjauh dari pandangannya.
Reina masih terjebak dalam rasa ketidakpercayaannya, atas apa yang telah dilihatnya barusan. Ia lalu menyadari, bila Zevan telah menyingkir dari hadapannya.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Zevan selalu mendecih, setelah mengalami hal yang sangat-sangat tidak diinginkannya itu. "Mereka memang benar-benar sudah kelewatan!" gumamnya, seraya berjalan melewati pusat perbelanjaan kota.
[Tuan, Reina masih membuntuti anda!]
Tangannya sontak mengepal dengan erat, saat mendengar laporan sistemnya. "Dan sekarang, gadis itu semakin membuatku kesal! Apa sih maunya!" keluh Zevan, yang semakin mempercepat langkah kakinya.
[Tuan, berjalanlah menuju gang disebelah gedung itu. Aku akan membuatmu tak terlihat]
Zevan menuruti perkataan sistemnya, dan memusatkan perhatiannya pada sebuah gang, yang terletak disebelah kanan jalan. Ia lalu membelokkan arah kakinya, menuju gang tersebut.
[Sistem! Menghilangkan keberadaan Tuan, diaktifkan!]
Sistem membuat seluruh tubuh Zevan menjadi tembus pandang, dan tak mampu terlihat oleh siapapun, yang membuat anak itu sontak tertegun. "Sistem, apa yang telah kau perbuat?" tanya Zevan, sambil menatap penuh heran pada seluruh anggota tubuhnya, satu persatu.
[Tenang saja Tuan! Anda sedang berada dalam mode Stealth!]
"Stealth?! Maksudmu, pesawat tempur yang bisa tembus pandang itu kah?" tanya kembali Zevan, yang merasa takjub dengan perbuataan sistemnya.
[Tentu saja Tuan! Dengan begini, siapapun takkan mampu melihat Tuan]
Zevan sontak terkejut, saat mendapati Reina berjalan tergesa-gesa menuju dirinya. Namun, gadis itu sama sekali tak mampu melihat keberadaannya.
"Zevaaan?!" himbau Reina dengan nada keras. Ia akhirnya mendecih, karena telah merasa kehilangan jejak Zevan. "Perasaanku benar-benar tidak salah. Zevan tadi masuk kedalam gang ini," ucapnya sambil terus menoleh kesetiap arah, dalam gang tersebut.
Aroma tubuh Zevan yang sangat dikenalinya itu, sontak terhirup oleh hidung Reina. "Ini kan ... baunya Zevan!" batin Reina, yang merasa yakin bila Zevan berada disekitarnya.
Zevan mencoba menyentuh tubuh Reina, yang tengah berdiri didekatnya. Namun, konfigurasi yang telah dilakukan sistem pada Zevan, membuat tangannya, mampu menembus tubuh gadis tersebut.
[Tuan, Apakah anda benar-benar ingin menyentuh tubuhnya?]
Pertanyaan itu membuat Zevan sontak menarik tangannya. "Tidak tidak tidak! Aku hanya penasaran saja! Bukan bermaksud untuk menyentuhnya karena hasrat tertentu!" sangkal Zevan sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.
[Tuan, ada yang mendekat!]
Sepi dan sunyinya gang tersebut, membuat Reina menjadi pusat perhatian para berandalan, yang tengah berkumpul diujung gang. Salah seorang dari mereka berjalan menghampiri Reina, lalu memeluk tubuhnya dari belakang, seraya menyumpal mulutnya dengan sebelah tangan.
"Jangan memberontak! Atau aku takkan segan-segan membunuhmu!" gertak salah seorang berandalan tersebut, sambil menodongkan pisau pada leher Reina.
Reina akhirnya tak mampu melawan, dan terpaksa melangkahkan kakinya dengan pasrah, mengikuti pergerakan dari sang berandalan.
Ketiga berandalan lainnya pun turut mengikuti Reina, yang tengah didesak menuju sudut gang buntu tersebut.
"Akhirnya! Aku sudah lama menahan hasrat s*ksualku!" ucap salah seorang berandalan berbadan gemuk, dengan wajah sangar yang menjadi ciri khasnya itu.
"Bang! Aku duluan!" sela salah seorang berandalan berbadan kurus, dengan banyak tato yang memenuhi sekujur tubuhnya.
"Apa-apaan kau! Aku yang akan duluan bersenang-senang dengan gadis ini!" sambung salah seorang berandalan lainnya, yang semakin menatap penuh nafsu pada bentuk tubuh Reina.
(Bugh!)
Pemimpin dari para berandalan itu, sontak mendorong tubuh Reina, hingga membentur tembok gang dengan keras.
Reina pun perlahan menjatuhkan tubuhnya, sambil menahan rasa sakit yang amat hebat dipunggungnya. Ia benar-benar tak menyangka, bila dirinya telah berada dalam ancaman para bandit tersebut.
"Sistem! Buat aku kembali terlihat!" perintah Zevan, yang semakin murka semurka murkanya, saat menyaksikan apa yang telah dilakukan para bandit itu terhadap Reina.
[Baik Tuan!]
[Sistem! Mematikan mode Stealth, diaktifkan!]
Tubuh Zevan kembali terlihat dengan jelas. Tangannya semakin mengepal erat, seiring dengan kedua kaki yang mulai melangkah menuju para bandit biadab tersebut.
"Reinaaaaaaa!" sorak Zevan dari kejauhan, yang membuat seluruh bandit sontak terkejut, seraya menatap ke arah anak itu.
[Sistem! Peningkatan seluruh level status Tuan, menjadi maksimal!]
[•••••Zevan Ardiansyah•••••]
[Kesehatan: 10000000%]
[Kekebalan tubuh: 1000000%]
[Kekuatan: 10000000%]
[Ketahanan fisik: 10000000%]
[Kekuatan struktur tulang: 10000000%]
[Kekuatan dasar tulang: 100000000%]
[Kebal dari segala luka: diaktifkan!]
[Kebal dari rasa nyeri: diaktifkan!]
[Sistem! Membuka data baru, diaktifkan!]
[•••••Zevan Ardiansyah•••••]
[Kekuatan pukulan: 1000%]
[Kekuatan tendangan: 1000%]
[*Kecepatan: 100**0*%]
[Kelincahan pergerakan: 1000%]
[Aura membunuh: 1000%]
[Informasi: Tuan Zevan Ardiansyah, telah mendapatkan keahlian ilmu bela diri: Pencak Silat!]
[•••••Penganugerahan selesai!•••••]
[Selamat bertarung, Tuanku!]
Demi menjaga kehormatan Reina, dan menegakkan kebenaran setinggi-tingginya, Zevan berjalan menghampiri mereka dengan penuh ketenangan, serta kepercayaan diri yang sangat tinggi.
"Bos, sepertinya dia pacar dari gadis ini!" ucap salah seorang berandalan, yang telah bersiap menyambut kedatangan Zevan.
"Persetan dengannya! Ayo, habisi! Kalau perlu, bunuh dia dan buang mayatnya sejauh mungkin!" sambung seorang ketua dari sekumpulan berandalan itu.
Tanpa sedikitpun merasa gentar, Zevan membentuk kuda-kudanya, seraya menatap dengan sangat-sangat tajam, ke arah para berandalan tersebut.
Ketua dari sekumpulan berandalan itu, menghampiri Zevan terlebih dahulu, seraya mengacungkan pisaunya. "Hei kau bocah songong! Apa kau sudah bosan hidup?! Ha!!" Ia dengan segera melayangkan pisaunya menuju kepala Zevan.
(Krekkk!!)
Suara itu, bukanlah suara benturan, melainkan suara retakan tulang iga, yang disebabkan oleh pukulan secepat kilat Zevan, pada dada kanan sang ketua bandit. Pukulan lurus yang sangat kuat itu, membuat mulut sang bandit sontak mengeluarkan banyak darah, hingga jatuh tersungkur tak berdaya ke atas tanah.
Zevan sempat tercengang dengan aksinya itu. "Sistem, kenapa aku merasa, menjadi seperti seorang atlit bela diri?" tanya Zevan dalam hatinya.
[Karena Tuan telah bersikap seperti seorang pahlawan, yang berniat menolong orang yang lemah!]
Para bandit lainnya pun terkejut bukan kepalang, saat menyaksikan bos mereka tewas seketika.
"Brengsek kau bocah tengiiiikk!!!" hina salah seorang bandit, seraya berlari menghampiri Zevan, lalu melayangkan tendangannya pada tubuh anak tersebut.
Namun, Zevan berhasil menghindar secepat kedipan mata, dan segera menggenggam erat kaki kiri sang berandalan. "Aku tengik katamu?!" tegas Zevan, dengan pandangan yang sangat-sangat menatap penuh kemurkaan.
(Krekkk! Krekkk!)
Zevan melesatkan dua serangan sikut kanannya secepat kilat, hingga mematahkan tulang lutut serta tulang iga berandalan tersebut. "Renungkanlah perbuatanmu, di alam neraka nanti," ucap Zevan, seraya menjatuhkan tubuh sang berandalan.
Dua orang berandalan lainnya pun segera melancarkan serangan mereka, dengan harapan mampu melumpuhkan Zevan secara bersamaan.
Demi menyingkat waktu pertarungan, Zevan melesatkan pukulannya pada ulu hati seorang berandalan, dan melayangkan kakinya pada perut berandalan lainnya, hingga membuat mereka terpental secepat kilat, membentur tembok gang dengan sangat keras.
Reina yang berada ditengah-tengah kedua tubuh berandalan itu, menjadi terkejut bukan kepalang, setelah menyaksikan aksi Zevan. Ia pun segera bangkit, dan berlari menuju anak tersebut, meski masih rasa sakit kian memuncak dipunggungnya.
"Zevaaan!" soraknya dengan menangis ketakutan, sambil memeluk erat tubuh Zevan. "Zevan, kau kemana sajaaa!" Reina benar-benar trauma, atas apa yang telah dialaminya barusan.
Zevan seketika mengelus punggung Reina. "Apa punggungmu masih sakit?" tanya Zevan, yang merasa cemas dengan kondisi fisik dan mental Reina.
"Hmm ...." Reina semakin terisak-isak dalam tangisnya, karena merasa bahagia setelah diselamatkan oleh Zevan. Kini, ia menyadari, bila hatinya benar-benar tersentuh, dan mulai menanamkan benih cintanya pada anak tersebut.
...****TBC****...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 93 Episodes
Comments
Aspian Samsu
MC Jagan bodoh kan sudah kuliah
2025-02-28
0
SweetiePancake
disetiap ch, pasti ada aja "sistem, apa yang telah kau perbuat?"
2024-02-02
2
Fahruraji Fahruraji
terlalu bertele tele mc
2023-03-06
1