"Maaf, apa tanganku sudah bisa dilepas?" ucap Kimmy yang mulai merasa risih, saat Zevan menggenggam erat tangannya terlalu lama.
Zevan sontak melepaskan tangan Kimmy. "Maaf. Aku terlalu terbawa suasana," ungkap Zevan dengan penuh percaya diri. Matanya tiada henti menatap pada kedua bola mata Kimmy, yang terlihat sangat lentik dan anggun.
"Tidak apa-apa." Kimmy lalu mengeluarkan sebuah buku galeri properti, dan menunjukkannya pada Zevan. "Silahkan pilih, apartemen seperti apa yang ingin kamu beli," ucapnya sambil tersenyum, yang semakin membuat pikiran anak itu, lari entah kemana.
Naluri lelakinya pun muncul, seiring dengan jari telunjuk yang spontan menunjuk pada Kimmy, hingga membuat gadis itu sempat terheran-heran.
"Aku? Maaf, Aku bukan properti. Silahkan pilih properti yang ada di buku ini yah," tegur Kimmy.
"Ah, maaf. Bukan itu maksudku." Zevan seketika kembali pada jalur kesadarannya, dan mulai membuang rasa canggungnya jauh-jauh. "Hmm ... menurut kamu, ini bagus gak?" tanya Zevan, seraya menunjuk pada foto sebuah apartemen, yang tertera dalam buku properti.
Kimmy kembali tersenyum. "Baguus," jawabnya dengan singkat, karena merasakan adanya keraguan pada diri Zevan, dan menganggap bila anak itu hanya ingin bermain-main saja dengannya.
Zevan seketika bersedekap tangan, lalu menggoyang-goyangkan kedua lututnya. "Hmm ... bisa aku bayar sekarang?" tanya Zevan dengan penuh kepolosan.
"Kau yakin? Ini harganya tidak murah loh, meskipun dapat diskon hari ini." Kimmy ingin memastikan, bila anak itu tak main-main dengan perkataannya barusan.
Zevan lalu mengeluarkan ponsel dari dalam saku kemeja flanelnya, dan menunjukkan jumlah saldo rekening yang tertera dalam aplikasi perbankannya, pada Kimmy. "Apa segini cukup?" tanya Zevan dengan penuh percaya diri yang amat besar, hingga membuat Kimmy sontak melotot seraya mencondongkan tubuhnya keatas meja, saat menatap pada layar ponsel milik Zevan.
"Waaangiii!" puji Zevan dalam hatinya, setelah aroma wangi tubuh Kimmy, tak sengaja berseliweran dilubang hidungnya.
[Haha! Tuanku ternyata malu-malu kucing!]
"S-s-seratus lima miliaaar?! Apakah ini benar-benar uang sungguhan?!" Kimmy pun ketar-ketir, dengan jumlah saldo yang terpampang jelas dilayar ponsel Zevan. Seluruh beban hidup yang terbayang-bayang dalam pikirannya, seakan lenyap seketika, saat mengetahui besarnya nilai aset kekayaan yang dimiliki anak tersebut.
Zevan kembali memasukan ponselnya kedalam saku kemeja. "Tak perlu pakai diskon. Jika memang dapat diskon, ambil saja untukmu, tapi aku akan tetap membayar sesuai harga normalnya," ucapnya dengan penuh keyakinan.
Keringat dingin pun mulai mengucur dari kepala Kimmy, hingga membuatnya seketika menelan ludahnya, dan benar-benar terperangkap dalam rasa ketidakpercayaannya, atas ucapan Zevan.
"Kimmy? Apa kau baik-baik saja?" tegur Zevan saat mendapati Kimmy tengah mematung, dan belum jua menarik wajahnya. Ia lalu menepuk-nepuk pipi Kimmy, yang membuat gadis itu akhirnya tersadar dari lamunannya.
Kimmy mengerjapkan mata seraya menggelengkan kepalanya. "Survei!" ucapnya lalu kembali menduduki kursi. "Sebelum melakukan pembayaran, kamu harus survei dulu ke tempat lokasinya," tegas Kimmy sambil meraih beberapa lembar formulir, dari dalam laci mejanya.
"Baiklah." Zevan menarik nafasnya dalam-dalam, lalu menghempaskannya secara perlahan. Ia menjadi tak sabar ingin segera memiliki apartemen baru.
[Tuan! Kabar tentang kasus pembunuhanmu, mulai tersebar diseluruh media televisi lokal]
"Bagus! Itu lebih cepat dari perkiraanku. Sekarang sudah saatnya kita melakukan rencana itu," batin Zevan, selagi menunggu Kimmy tengah memproses berkas jual beli propertinya.
"Kartu identitasmu?" pinta Kimmy, sambil menggenggam sebuah pulpen.
"Ah gawat! Sistem, aku lupa kalau nama dalam kartu pelajarku adalah Zevan. Apa kau bisa mengubahnya?" pinta Zevan dalam hatinya, saat mengetahui bila nama yang disebutkannya pada Kimmy, tidak sesuai dengan nama dalam kartu pelajarnya.
[Baik Tuan!]
[Sistem! Mengunci target: Kartu Pelajar Tuan!]
[Sistem, mengubah nama Zevan menjadi: Vanze, diaktifkan!]
[Semua sudah beres Tuan!]
"Terimakasih." Zevan mulai merogoh dompetnya, dan mengeluarkan kartu pelajarnya dari dalam dompet tersebut. "Aku hanya punya ini," ucapnya, seraya menyerahkan kartu pelajarnya pada Kimmy.
Kimmy sempat tercengang saat menatap pada kartu tersebut. "Masih pelajar tapi sudah punya tabungan miliaran. Sekaya apakah orangtua anak ini!" pikirnya dalam hati, dan mulai menyalin data-data kartu pelajar Zevan, kedalam lembar formulir jual beli properti.
"Baik Tuan Vanze. Silahkan tanda tangan disini," ucap Kimmy sambil membalikkan kertas formulirnya ke arah posisi duduk Zevan, lalu menunjuk pada kolom kosong yang berada dibawah kertas formulir tersebut.
Zevan akhirnya menandatangani lembar formulir jual beli properti, yang akan menjadi langkah awal dalam kepemilikannya, pada sebuah apartemen yang sangat besar dan mewah.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Kimmy menggiring Zevan keluar dari gedung pemasaran properti, dan membawa anak itu berjalan menuju mobil sedan, yang tengah terparkir didepan gedung. "Tuan Vanze, silahkan masuk. Kita akan melakukan survei, pada apartemen yang akan kau beli nanti," ucap Kimmy, seraya membuka pintu depan mobilnya.
"Baik." Zevan segera masuk kedalam mobil, dan mulai mencuatkan keinginannya pada kendaraan roda empat tersebut. "Sistem, sebutkan spesifikasi dan harga mobil ini," pinta Zevan dalam hatinya, seraya terduduk santai didalam mobil itu.
[Baik Tuan! Mohon tunggu sebentar]
[•••••Sedang Memindai Data Kendaraan•••••]
Kimmy pun turut masuk kedalam ruang setir kemudi, dan mulai menyalakan mesin mobilnya. Ia seketika melirik kearah wajah Zevan. "Selama 15 tahun hidup di Korea Selatan, dan sembilan tahun tinggal disini, baru kali ini aku melihat seorang pelajar konglomerat seperti dirinya. Kalau dilihat baik-baik, wajahnya lumayan tampan juga," batin Kimmy sambil menggigit bibir bawahnya. Ia lalu memindahkan gigi persnelingnya, dan segera tancap gas menuju apartemen yang dituju.
[•••••Pemindaian Selesai!•••••]
[Merk kendaraan: Toyoda Mercury]
[Jenis kendaraan: sedan]
[Tahun pembuatan: 2018]
[Kapasitas mesin: 1200cc]
[Jenis/tipe mesin: Injeksi, dengan mesin penggerak roda depan]
[Jenis bahan bakar: Bensin]
[Kapasitas bensin: 38 liter]
[Kapasitas penumpang: 4 kursi]
[Kapasitas bagasi belakang: 465 liter]
[Harga baru: 172 juta rupiah]
[Harga bekas: ±150 juta rupiah]
"Hmm ... harganya cukup murah. Aku jadi ingin punya mobil," pikir Zevan, seraya mengelus-elus dashboard depan mobil Kimmy.
[Tapi, Tuan belum memiliki kemampuan menyetir. Tapi, tenang saja Tuan! Aku akan mengajarimu cara mengendarai mobil dengan benar!]
Zevan lalu menyandarkan punggungnya, pada kursi jok mobil yang terasa sangat empuk itu. "Ya. Tapi sebelum itu, aku ingin membeli sebuah motor terlebih dahulu. Karena mobil hanya akan ku gunakan pada hari-hari libur saja," batin Zevan, sambil menghela nafasnya secara perlahan.
[Baik, dimengerti Tuan!]
"Tuan Vanze, kalau boleh tahu, apa alasanmu membeli sebuah apartemen? Apa kau tidak tinggal serumah dengan orangtuamu?" tanya Kimmy, yang sedari tadi merasa penasaran, dengan asal usul Zevan.
Zevan seketika menatap kearah wajah Kimmy. "Orangtuaku?" Ia kembali memalingkan wajahnya, dan mulai menatap ke arah luar jendela mobil. "Kalau aku mengatakan orangtuaku sudah tiada, apa kau akan percaya?" tanya Zevan, sambil mengepalkan kedua tangannya.
Kimmy pun sontak menoleh kearah wajah Zevan, saat mobilnya terhenti pada lampu merah persimpangan jalan. "Jadi, kau tinggal dengan paman atau bibimu?" tanya kembali Kimmy, yang benar-benar semakin penasaran dengan kehidupan Zevan.
"Tidak," jawab Zevan dengan singkat.
"Tinggal bersama saudaramu? Atau kerabat dekatmu?" tanya Kimmy, yang membuat Zevan merasa sedikit kesal dengan pertanyaan-pertanyaan itu.
"Tidak. Aku jelas hidup sendirian, dan berniat untuk membeli apartemen." Zevan lalu melirik tajam kearah Kimmy. "Apa kamu sudah mengerti?" tegas Zevan, yang berusaha meyakinkan Kimmy, untuk tidak bertanya terlalu jauh tentang kehidupannya.
Kimmy seketika menundukkan wajahnya, setelah mendengar pengakuan Zevan. "Maaf. Aku tidak bermaksud menyinggung perasaanmu." Ia benar-benar menyesali segala ucapannya, dan mulai menginjak pedal gasnya secara perlahan, saat indikator lampu merah berwarna hijau.
Selama dalam perjalanan menuju apartemen, Kimmy tidak berani berkata sepatah katapun. Pandangannya terus terpusat pada jalan raya, seakan tak mau lagi menunjukkan wajahnya pada Zevan, karena merasa segan dengan anak tersebut.
"Apa kau sudah menikah?" Zevan seketika memberikan pertanyaan, yang sontak membuat Kimmy terkejut bukan kepalang.
"M-m-menikaaah?! Apa-apaan dengan pertanyaan itu! Apa kau ingin membalas perkataan-perkataanku tadi?!" gumam Kimmy, dengan kedua tangan yang mulai bergetar-getar.
"Tidak. Aku hanya penasaran saja. Apakah wanita secantik dirimu sudah menikah atau belum," jawab Zevan, tanpa sedikitpun menyesali perkataannya.
Kedua pipi Kimmy pun sontak memerah, saat Zevan memuji kecantikannya. "Haha! Terlalu cepat delapan tahun untukmu, merayu wanita seperti diriku," tegas Kimmy seraya tersenyum menyeringai, dan tetap memfokuskan pandangannya ke arah depan.
Percakapan diantara mereka berdua pun semakin berlanjut, hingga membuat Kimmy mulai merasa nyaman berada didekat Zevan, karena anak itu terus menerus menerus membuatnya tertawa.
Zevan akhirnya tiba didepan gerbang apartemen mewah, yang akan segera menjadi miliknya itu. Kimmy lalu menuntun Zevan masuk kedalamnya, dan menunjukkan fasilitas-fasilitas mewah yang ada dalam apartemen, seharga seratus miliar tersebut.
...****TBC****...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 93 Episodes
Comments
GilangRamadhan
oke
2023-02-26
1
GilangRamadhan
iyalah kan udah mandi van
2023-02-26
0
Taaku
𝓶𝓪𝓷𝓽𝓪𝓹
2023-02-11
0