Malam semakin terang benderang, lengkap dengan kilauan cahaya bintang-bintang, serta cahaya lampu gedung-gedung yang menjulang tinggi.
Di dalam kamar apartemen nomor 1442, Zevan yang tengah terbaring lemas di atas ranjang pun mulai membuka kedua matanya.
[Selamat malam, Tuan]
Zevan seketika menoleh ke arah samping, dan tak mendapati siapapun. "Sistem, kemana perginya kakak tadi?" tanya Zevan, dengan tubuh telanjang bulat yang tertutupi selimut tebal.
[Beliau sudah pergi, Tuan. Tenang saja! Aku sudah menghapus seluruh ingatannya!]
Zevan sontak membangkitkan tubuhnya dan terduduk ditengah ranjang. "Bodoh! Setelah membiarkanku merenggut keperawanannya, kau malah membuat gadis itu melupakan semuanya!" batin Zevan dengan raut wajah cemasnya.
[Ehem ... Tuan, anda tak usah khawatir. Aku telah mengembalikan kesuciannya seperti sedia kala]
"Apa maksudmu?! Jangan mengada-ada! Tidak mungkin lubang yang telah longgar dan berdarah itu, kembali sempit!" gumam Zevan dalam hatinya.
[Aku tidak mengerti apa yang Tuan katakan. Tapi, aku telah memutar kembali waktu yang dialami gadis itu]
Zevan beranjak dari ranjangnya dan berjalan menuju ruang kamar mandi. Ia lalu meraih sebuah handuk, yang tergantung pada pintu kamar mandi tersebut. "Apa maksudnya dengan memutar kembali waktu?" tanya Zevan dengan penuh rasa penasaran, seraya mengenakan handuknya untuk menutupi bagian bawah tubuh.
[Begini Tuan. Terakhir kali gadis itu Tuan setubuhi, ia akhirnya tertidur karena merasa lelah. Aku memanfaatkan hal itu untuk mengulang waktunya secara sepihak, dan membiarkan Tuan tetap terbaring diatas ranjang. Seluruh data-datanya termasuk kepribadiannya, bahkan Kesuciannya telah ku kembalikan, sejak pertama kali gadis itu bertemu dengan anda, Tuan]
Zevan berjalan menuju jendela kamarnya, lalu menyingkap tirai jendela yang sangat luas dan transparan itu. Ia menatap penuh kagum saat mendapati panorama kota metropolitan, yang nampak jelas dari balik jendela kamarnya.
"Apa kau bisa memegang ucapanmu? Bagaimana jika gadis itu kembali mendatangiku dan meminta pertanggungjawaban dariku?" tanya Zevan, yang tengah berdiri dari balik jendela, seraya menggenggam erat tirai jendela.
[Hahaha! Tuan, anda sangatlah lucu. Mau berapa kalipun Tuan bersetubuh dengan banyak gadis, jika semua waktu dari gadis-gadis itu ku putar kembali, maka aku menjamin, takkan ada satupun dari mereka yang akan menuntut Tuan!]
"Cih!" Zevan mendecih karena merasa kesal dengan perbuatan sistemnya. "Bagus! Kau nampaknya sangat ingin sekali membuatku terlihat seperti seorang playboy!" batin Zevan, dengan raut wajah kesalnya, sambil menutup kedua mata.
(Tuk tuk tuk!)
"Permisi!" ucap seorang gadis pelayan, yang tengah berdiri dari balik pintu kamar, seraya menenteng sebuah nampan berisikan sepiring makanan, serta secangkir minuman hangat.
[Tuan, ada seorang pelayan yang sedang membawakan makan malammu]
Zevan berjalan menghampiri pintu kamar, tanpa menyadari bila dirinya masih mengenakan sehelai handuk, yang hanya menutupi bagian perut hingga bagian tengah pahanya itu. Ia lalu membuka pintu, dan mendapati seorang gadis cantik berambut pirang, lengkap dengan setelan pakaian pelayan seksi, dan berdiri didepan kamarnya.
"T-t-tampaaannn!!!" sorak sang gadis, saat menatap wajah Zevan. Ia pun tercengang seraya membungkam mulutnya dengan sebelah telapak tangan, seiring dengan mata yang membelalak lebar ke arah wajah anak itu.
"Hei?" Zevan melambai-lambaikan sebelah telapak tangannya tepat dihadapan wajah sang gadis pelayan, yang tengah terpesona dengan ketampanan wajahnya tersebut.
Sang gadis seketika mengerjapkan matanya berulang-ulang. "Eh, maaf maaf! Tuan, aku minta maaf!" ucapnya sambil menunduk, seiring dengan kembalinya tingkat kesadarannya.
[Tuan, gadis ini sungguh cantik luar biasa! Apa kau tak ingin tidur semalaman dengannya?]
"Sistem, jangan membuatku semakin tergila-gila dengan ****! Biarkan saja gadis ini, jangan lakukan apapun kepadanya!" tegur Zevan dalam hatinya.
"Tuan, apa aku boleh masuk?" pinta sang gadis pelayan, dengan raut wajah cantiknya.
[Yes!]
"Ha?! Jangan!" Zevan sontak meraih sebuah nampan dari genggaman sang gadis. "Biar aku saja yang meletakkannya sendiri!" tolaknya seraya berjalan menuju meja yang terletak disudut kamar.
Zevan meletakkan sepiring makanan, serta secangkir minuman hangat miliknya ke atas meja. Ia lalu kembali berjalan menuju pintu kamarnya, seraya menyodorkan nampan tersebut ke arah sang gadis. "Ini, ku kembalikan. Cepat pergi dari sini! Atau, kau akan menyesal seumur hidupmu!" gertak Zevan.
[Sistem! Pelonggaran tulang pinggul: diaktifkan!]
"Sistem! Apa yang kau la—"
"Aaaaaaaaaaaa!" sorak sang gadis, seraya memalingkan wajahnya, lalu menutup kedua matanya dengan sebelah telapak tangan. Ia terkejut saat mendapati handuk Zevan melorot dengan sendirinya.
Zevan merasa aneh dengan sikap sang gadis pelayan itu. "Hei! Ada apa?!" tanya Zevan dengan penuh rasa heran.
"T-t-tuan! Anumu, keliatan!" jawab sang gadis, dengan tangan dan tubuh yang bergetar-getar.
Zevan sontak menoleh ke arah bawah. "Aaaaaaaaa!" Ia pun sigap menutup bagian *********** dengan kedua tangan. "M-m-maaf!" ucapnya seraya menutup pintu rapat-rapat.
Demi menjaga kehormatannya, Zevan dengan segera mengenakan seluruh pakaian yang berada dalam tasnya. "Kak Alexa benar-benar kejam. Dia hanya memasukkan empat baju dan dua celana. Celana dalamku bahkan dilupakan," keluhnya, sambil menatap pada seluruh pakaian yang tergeletak di atas ranjang.
[Tuan jangan khawatir! Ayo belanja ke mall!]
"Mall? Tidak tidak! Aku takut bertemu kak Alexa disana!" tolak Zevan. Ia lalu kembali meletakkan seluruh pakaiannya, kedalam sebuah lemari mewah berwarna putih cerah.
[Tuan jangan khawatir! Aku bisa membuat Alexa tunduk kepada Tuanku!]
Mendengar hal itu, membuat Zevan sempat termenung sejenak. "Kak Alexa ... aku ingin tahu, seberapa besar rasa bencinya padaku," batinnya, sambil menatap ke arah cermin lemari.
Zevan pun sontak tercengang, saat mendapati perubahan bentuk wajahnya, dalam bayangan cermin. "S-s-sistem! Apa yang terjadi dengan wajahku?! Kenapa bisa berubah seperti ini?!" tanya Zevan dengan penuh keheranan.
[Bingo! Aku mempertampan wajah Tuan. Tidak! Setelah berhubungan seksual dengan gadis itu semalam, wajah Tuan mengalami peningkatan aura, penghalusan struktur kulit, serta pengencangan struktur kulit wajah, yang membuat Tuan terlihat lebih tampan dan segar dari sebelumnya]
Zevan terpukau dengan bentuk wajahnya sendiri, yang mengalami perubahan bentuk dan warna kulit. Hidungnya mancung, dengan lesung pipi yang nampak jelas saat dirinya tersenyum.
Gigi putihnya tersusun rapih, ditutupi oleh bibir merah pucat, yang semakin membuat efek sensualitasnya meningkat. Wajahnya terlihat lebih cerah dan halus, dilengkapi rambut hitam yang lurus, dengan poni yang membelah keningnya itu.
"Hebat! Ini benar-benar hebat! Aku memang sangat bermimpi memiliki wajah seperti ini. Terima kasih, sistem!" ungkap Zevan dalam hatinya.
[Tidak perlu berterima kasih padaku, Tuan! Itu semua belum seberapa menurutku]
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Setelah sebelumnya Zevan kembali menanggalkan seluruh pakaiannya, dan beranjak membersihkan diri didalam kamar mandi, kini anak itu telah siap merapihkan diri, dan berniat untuk bergegas keluar dari apartemen.
Perhatiannya seketika tertuju pada jam digital, yang terletak diatas pintu kamar. "Pukul sembilan? Apa mall masih buka?" ucap Zevan, sambil terduduk diatas ranjang.
[Tinggal satu jam lagi, sebelum Mall tutup, Tuan]
Zevan lalu menunduk, setelah mendengar ucapan sistemnya. "Sial ... percuma saja, waktunya tidak akan cukup," keluhnya.
[Sistem! Memundurkan waktu: Diaktifkan!]
Angka-angka dalam jam digital tersebut, seketika berubah, yang membuat Zevan sontak menatap ke arah jam digital. "Pukul tujuh kah? Apa kau benar-benar memundurkan waktunya?" tanya Zevan, yang masih belum percaya dengan perbuatan sistemnya.
[Tentu saja Tuan! Kalau anda tak percaya, silahkan keluar dan buktikan]
"Baiklah!" Zevan berdiri dari ranjangnya, dan beranjak menuju pintu kamar. "Sistem, aku butuh bantuanmu. Apa saja yang harus ku beli?" tanya kembali Zevan, seraya menutup dan mengunci pintu kamar. Ia lalu bergegas menuju lift, yang terletak disudut lorong apartemen.
[Pakaian, ****** *****, perlengkapan belajar, alat tulis, sepatu, ikat pinggang, kaos kaki, jaket tebal, sweater, topi, jam tangan, dan, handphone]
"Banyak sekali! Apa uangnya cukup?!" tanya Zevan, seraya berdiri dan menanti lift membawanya turun menuju lantai lobby apartemen.
[Cukup! Selagi ada sistem, anda tak perlu khawatir Tuan!]
Pintu lift seketika terbuka lebar, yang membuat Zevan segera keluar, dan bergegas menuju pintu lobby. Ia sempat menoleh ke arah meja resepsionis, dan mendapati sang gadis resepsionis yang pernah di setubuhinya itu, tengah berbincang bersama rekan kerjanya.
"Kakak, aku benar-benar minta maaf," batinnya. Ia lalu memfokuskan pandangannya ke arah depan, dan berjalan melewati pintu lobby yang telah menggeser dengan sendirinya.
Langkah kakinya sempat terhenti, tepat di samping sebuah taksi yang tengah menepi didepan gerbang apartemen.
"Bang, kau ingin kemana?" tanya sang supir taksi, dari balik ruang setir mobil.
"Aku ingin ke mall," jawab Zevan, sambil merogoh saku celananya.
"Naiklah!" seru sang supir taksi.
"Tunggu dulu pak!" Zevan menunjukkan kartu ATM-nya. "Uangku ada didalam kartu ini. Bagaimana cara membayar tarifnya?" tanya Zevan.
Sang supir pun turut menunjukan mesin EDC-nya. "Tenang saja! Sekarang zaman sudah canggih!" ucapnya sambil tersenyum.
Tanpa pikir panjang, Zevan dengan segera beranjak masuk ke dalam mobil taksi tersebut. "Mall yang terdekat saja pak," ucapnya sambil terduduk, lalu menutup kembali pintu mobil.
"Oke!" Sang supir dengan segera menginjak pedal gasnya, dan bergegas membawa Zevan menuju gedung Mall terdekat.
...****TBC****...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 93 Episodes
Comments
Kadek Suryani
sistem nya semena mena
2025-01-17
0
Max Dillon
cerita yang menampilkan mc naif adalah cerita bodoh. aku rasa penulis adalah orang kebalikan dari mc.
2024-10-10
0
Hades Riyadi
Lanjutkan Thor 😀💪👍👍👍
2023-05-12
1