Bab 16. Kegelisahan Rara III (Keputusan Rara)

"Sistem, apa kau yakin ini tempatnya?" tanya Zevan, yang tengah bersembunyi dari balik tembok pagar sebuah rumah mansion besar dan mewah.

[Tentu saja Tuan! Konfigurasi pelacakku pada Rara, tidak akan pernah meleset satu sentimeter pun!]

Zevan telah berhasil menapakkan kakinya, didepan sebuah rumah mansion milik keluarga besar Dirgantara, yang diketahui merupakan bangunan termahal di pusat kota.

Meski hanya bermodalkan nekat, Zevan berusaha untuk mencari tahu, apa kebenaran yang tersimpan dibalik pertunangan Rara, dengan pemimpin dari bisnis keluarga Dirgantara grup tersebut.

[Tuan. Apa anda ingin menyusup kedalamnya?]

"Ya! usahakan agar penghuni rumah tidak bisa melacak keberadaanku," jawab Zevan, selagi pandangan matanya terpusat pada dua orang pengawal, yang berdiri didepan pintu mansion.

[Baiklah Tuan!]

[Sistem! Mode Stealth, diaktifkan!]

Zevan mendapati seluruh tubuhnya menjadi transparan, dan tak mampu dilihat oleh siapapun. "Sistem, dimana keberadaan Rara sekarang? Aku ingin cepat-cepat bertemu dengannya," tanya Zevan, yang mulai melangkahkan kakinya menembus gerbang mansion.

[Sistem, melacak keberadaan Rara, diaktifkan!]

Langkah kakinya seketika terhenti, tepat didepan pintu rumah mansion. "Rara, cukup bilang kau bahagia dengan orang itu, maka aku akan berhenti melakukan hal ini kepadamu," batin Zevan, dengan menundukkan wajahnya sambil menutup kedua mata.

[Tuan! Rara berada di lantai dua! Tepatnya disebuah kamar, dengan pintu yang berwarna putih!]

"Baik!" Perkataan itu, seiring dengan melangkahkanya kedua kaki Zevan, yang berjalan menuju tangga rumah mansion. Ia menghiraukan banyak orang-orang, yang tengah memenuhi lantai satu rumah tersebut.

Setelah menapakkan kakinya di lantai dua, Zevan tak sengaja melihat Tommy dari kejauhan, yang tengah berjalan menuju tangga rumah, bersama beberapa orang pengawalnya.

"Apa semua sudah direncanakan dengan baik?" tanya Tommy, kepada salah satu pengawalnya.

"Tentu saja Tuan muda. Anda tak perlu khawatir lagi soal acara pernikahannya," jawab sang pengawal, yang tengah berjalan dibelakang Tommy.

"Bagus!" ucap Tommy, tanpa menyadari bila dirinya telah berpapasan dengan Zevan.

Tommy dan beberapa pengawalnya segera menuruni anak tangga, menuju lantai satu. Sedangkan Zevan, sempat menghentikan langkahnya, saat tak sengaja mendengar percakapan mereka.

[Tuan, tetaplah fokus!]

"Hmm." Zevan mengerjapkan matanya berulang-ulang, dan mulai melangkahkan kakinya, menuju pintu kamar berwarna putih, yang mulai nampak dalam pandangan matanya.

Zevan terkejut, saat masuk menembus pintu kamar, dan mendapati Rara tengah terduduk didepan cermin besar, sambil mengenakan gaun pengantin.

"Ra—" Perkataan Zevan yang sempat terpotong itu, mampu didengar oleh seluruh penghuni dalam kamar tersebut, tak terkecuali Rara.

"Zevan?!" ucapnya sambil menoleh ke arah belakang, dan tersadar bila suara yang dikenalnya itu, hanyalah ilusi semata. "Perasaan aku tadi mendengar suara Zevan ... apa mungkin halusinasiku saja?" batinnya, dan kembali menoleh ke arah cermin besar.

Zevan yang tengah membungkam mulutnya, hampir saja merebut perhatian semua orang dalam kamar itu. "Ah! Aku lupa kalau sedang dalam mode Stealth!" ucap Zevan dalam hatinya, dan mulai berjalan menghampiri Rara.

"Kalau dilihat-lihat, Rara cantik juga. Apalagi kalau pakai baju seperti ini, sungguh terlihat seperti bidadari," puji Zevan dalam hatinya, yang merasa terpukau saat menatap pada Rara.

"Nona Rara, apa yang sedang mengganggu pikiranmu?" tanya salah seorang perias pengantin, yang tengah mengukur pinggang Rara.

Rara yang sedikit merentangkan tangannya pun berkata, "Tidak ada. Aku hanya sedikit gugup saja," jawab Rara, meski matanya semakin menatap sayu ke arah cermin besar.

"80 sentimeter. Ukuran yang cukup ideal untuk gadis sepertimu. Aku bahkan sampai iri padamu, nona Rara," ucap sang perias pengantin, yang tengah meletakkan alat pengukurnya ke atas meja. "Nona Rara, tunggulah sebentar disini. Kami akan memilihkan gaun pengantin yang cocok untukmu," ujar sang perias pengantin.

Mereka lalu keluar dari kamar, dan menutup pintu kamarnya rapat-rapat, yang membuat Zevan segera memanfaatkan kesempatan itu, untuk berbicara dengan Rara.

Zevan beringsut mundur dan berdiri sedikit menjauh, dibelakang Rara. "Sistem!" ucapnya, yang telah percaya apa yang harus dilakukan sistem kepadanya.

[Baik Tuan!]

[Sistem! Mode Stealth, dinonaktifkan!]

Seluruh tubuh Zevan kembali terlihat dengan jelas, dan rasa penasaran yang kian membesar dalam hatinya, membuatnya segera melangkah menuju Rara. "Sistem, buatlah waktu terhenti. Aku dan Rara adalah pengecualian," perintah Zevan, demi memudahkan upayanya tersebut.

[Baik Tuan!]

[Sistem! Mengunci target: Tuan dan Rara Safitri, diaktifkan!]

[Sistem! Menghentikan perputaran waktu, diaktifkan!]

"Rara," himbau Zevan, yang telah berdiri tepat dibelakang gadis itu.

Rara pun sontak terkejut, saat mendapati sosok Zevan dari dalam cermin besar. "Zevaaan?!" Ia lalu menolehkan wajahnya ke arah belakang, dan benar-benar tak menyangka, bila anak itu adalah Zevan. "Zevaan?! Kenapa kamu bisa ada disini?!" tanya Rara seraya bangkit dari kursinya, dan berdiri menghadap Zevan.

Zevan mendengus. "Aku yang seharusnya bertanya, kenapa kamu bisa ada disini? Apa kamu sudah tidak lagi bekerja di apartemen?" Pertanyaan Rara pun dilemparkan kembali, oleh pertanyaan-pertanyaan yang terlontarkan dari mulut Zevan, yang membuat gadis itu semakin terheran-heran.

"Aku?! Aku memang sudah seharusnya berada disini!" jawab Rara, dengan raut wajah herannya, dan tak berani mengungkapkan apa alasan sebenarnya.

"Oh. Kalau begitu, aku juga memang sudah seharusnya berada disini," sambung Zevan, yang mulai menguji kesabaran Rara.

Rara kembali menduduki kursinya, dan sontak menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan. "Cepat pergi Zevan ... aku tak ingin kamu berlama-lama disini," ucap Rara, yang seketika membungkukkan badannya, dan menyembunyikan raut wajah sedihnya dibalik kedua telapak tangan.

Zevan dengan polosnya beringsut menuju Rara, lalu menggenggam kedua pundak gadis itu. "Apa benar, kau telah terikat perjanjian dengan Tommy?" tanya Zevan.

Rara sontak membelakakkan matanya lebar-lebar. "D-darimana kau tahu soal itu? Siapa yang telah mengatakannya padamu?" tanya kembali Rara, yang merasa terkejut dengan pertanyaan Zevan.

[Aku :p]

Zevan kembali mendengus, dan melepaskan genggamannya pada kedua pundak Rara. "Rara, jika kamu benar-benar merasa tertekan, maka sebaiknya jangan dilanjutkan," Ia lalu menyodorkan telapak tangannya disamping gadis itu. "Ayo, kita pergi dari sini," seru Zevan dengan penuh percaya diri.

Namun yang terjadi, tak seperti yang diharapkan Zevan. Rara sontak menjauhkan tangan anak itu, hingga membuat suasana semakin memanas diantara mereka.

"Pergi. Atau aku panggil pengawal!" gertak Rara, yang semakin tak tahan dengan sikap Zevan kepadanya.

Zevan pun tertegun. "Kenapa?! Apa yang salah dariku?" Ia benar-benar tak menyangka dengan respon yang diberikan Rara, atas tindakannya itu.

Rara sontak berdiri dari kursinya. "Pergiii!!!" bentaknya dengan sungguh-sungguh seraya menunjuk ke arah pintu kamar, yang membuat Zevan sempat terperanjat.

[Tuan, ayo pergi dari sini. Aku tidak tahan melihat gadis itu semakin mempermalukan anda!]

Dengan nafas yang mulai menyesakkan dadanya, Zevan akhirnya menuruti permintaan Rara, dan berjalan menuju pintu kamar. "Baiklah. Kalau memang itu maumu, aku akan pergi," ucapnya.

Langkah kakinya pun sempat terhenti, tepat didepan pintu kamar. "Apa karena aku hanyalah seorang bocah ingusan, yang tak tau apapun tentang dirimu. Dan kau lebih memilih pria tampan yang memiliki banyak harta itu?" Zevan masih belum menerima perlakuan Rara, dan ingin memastikan yang sebenar-benarnya dari gadis itu.

Rara kembali menduduki kursinya, dan menatap sosok Zevan dari dalam cermin besar. "Aku anggap, kau sudah mengerti Zevan. Tolong jangan terlalu mencampuri urusanku," ucap Rara, meski hatinya berat untuk mengatakannya.

Zevan mengepalkan kedua tangannya dengan erat, dan sontak berbalik badan. "Kenapa kau sangat tunduk pada perjanjian kontrak itu?! Apa yang membuatmu tak mampu mengingkarinya? Apa karena hutang?! Aku yang akan membayar seluruh hutang-hutangmu!" Ia tak mampu menahan amarahnya, saat gadis itu semakin dan semakin mempermalukan dirinya.

[Gawat! Aku belum memeriksa jumlah saldo Tuan!]

[Sistem! Cek jumlah saldo rekening Tuan!]

[•••••Zevan Ardiansyah•••••]

[Keuangan: luar biasa!]

[Jumlah kekayaan: Rp. 10,189,763,916]

[Huft! Aman!]

Rara sempat termenung, namun kembali beranjak dari kursinya, dan berdiri seraya menghadap kearah Zevan. "Jangan sok tahu dengan masalahku! Aku sudah berhutang banyak pada Tommy. Kalau bukan karena kebaikannya, Orangtuaku takkan mungkin bisa membayar seluruh hutang keluarga kami. Aku dan Tommy sudah berteman sejak kecil,"

Rara menyeka airmatanya, yang sedari tadi jatuh mengucur membasahi pipinya. "Keluarga kami bahkan sudah dekat, jauh sebelum kami lahir. Aku takkan bisa mengkhianati kebaikan Tommy, meski perasaanku belum bisa menerima dirinya sepenuhnya," ungkap Rara panjang lebar.

[Huhu, aku sungguh terharu mendengarnya]

"Sistem, diam!" Zevan menarik nafasnya dalam-dalam, lalu mengeluarkan secara perlahan. "Lalu, apa artinya hubungan kita, yang dimulai sejak persetubuhan malam itu?" tanya Zevan, yang mulai sedikit memahami keinginan Rara. Ia kembali menghadapkan tubuhnya, pada pintu kamar, dan berdiri membelakangi gadis itu.

Rara sontak memalingkan wajah. "Kalau soal itu," Kedua pipinya pun memerah, dan sempat menggigit bibir bawahnya. "Kuakui, aku memang menyukaimu Zevan. Tapi," Rara seketika berjalan menghampiri Zevan, lalu memeluk tubuhnya dari belakang. "Takdir kita, sepertinya takkan pernah menyatu," ungkap Rara, seraya mengencangkan pelukannya, pada punggung anak tersebut.

[Takdir? Maksudmu, benang merah?]

"Sistem, diam!" Zevan benar-benar terganggu dengan perkataan sistemnya.

Sudah tak ada lagi yang mampu dan layak diupayakan Zevan, setelah Rara semakin membuatnya mengerti, apa maksud dari perkataan-perkataannya.

"Baiklah." Zevan melepaskan tubuhnya dari pelukan Rara, dan mulai membuka pintu kamar. "Aku akan berdoa, semoga kau selalu hidup bahagia bersamanya," ungkapnya, seraya berjala melewati pintu, lalu menutup kembali pintu kamar rapat-rapat.

Rara akhirnya jatuh bersimpuh dan semakin berlarut-larut dalam tangisnya. Ia tetap percaya bila keputusannya, adalah yang terbaik, untuk dirinya dan Zevan. Meski sebenarnya, hatinya sangat mencintai anak tersebut.

...****TBC****...

Terpopuler

Comments

Alghifarrie

Alghifarrie

Bisa gitu ya

2023-06-29

1

GilangRamadhan

GilangRamadhan

ngarep amat Van

2023-02-26

0

Taaku

Taaku

𝓶𝓪𝓷𝓽𝓪𝓹.

2023-02-11

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Prolog
2 Bab 2. Anugerah Sang Nenek Misterius
3 Bab 3. Sistem Misterius
4 Bab 4. Sistem Yang Menguntungkan
5 Bab 5. Sistem Yang Menguntungkan II
6 Bab 6. Teleportasi Dengan Sistem
7 Bab 7. Sistem Yang Membingungkan
8 Bab 8. Sistem Tak Pernah Berdusta!
9 Bab 9. Sistem Tak Pernah Berkhianat!
10 Bab 10. Serahkan Semuanya Pada Sistem!
11 Bab 11. Kebaikan Sistem
12 Bab 12. Sistem Akan Selalu Melindungi!
13 Bab 13. Menjadi Pahlawan Dengan Sistem!
14 Bab 14. Kegelisahan Rara
15 Bab 15. Kegelisahan Rara II
16 Bab 16. Kegelisahan Rara III (Keputusan Rara)
17 Bab 17. Mencari Kebahagiaan Bersama Sistem!
18 Bab 18. Keinginan Calon Penguasa
19 Bab 19. Pertemuan Yang Tak Terduga
20 Bab 20. Naluri Lelaki
21 Bab 21. Mau Tidak Mau
22 Bab 22. Membangun Jiwa Kepemimpinan Bersama Sistem!
23 Bab 23. Menjadi Penembak Jitu Bersama Sistem!
24 Bab 24. Yang Penting, Habiskan!
25 Bab 25. Permintaan Egois
26 Bab 26. Sistem, Jelaskan!
27 Bab 27. Hadiah Untukmu, Seruni
28 Bab 28. Aksi Seruni
29 Bab 29. Pelayanan Yang Sangat Istimewa
30 Bab 30. Menertawakan Langit
31 Bab 31. Benar-Benar Tak Ada Habisnya
32 Bab 32. Sistem, Diam
33 Bab 33. Kekecewaan Vanze
34 Bab 34. Pistol Yang Aneh
35 Bab 35. Si Gadis Imut, Yang Sangat Periang
36 Bab 36. Selamat Datang, Dikeluarga Zevan Ardiansyah!
37 Bab 37. Yang Mulia Tuan Muda Presiden Direktur
38 Bab 38. Sebuah Tragedi
39 Bab 39. Menghilangnya Sistem Misterius
40 Bab 40. Menghilangnya Sistem Misterius II
41 Bab 41. Menghilangnya Sistem Misterius III
42 Bab 42. Menghilangnya Sistem Misterius IV
43 Bab 43. Menghilangnya Sistem Misterius V
44 Bab 44. Kembalinya Sistem Misterius (Pembalasan)
45 Bab 45. Selamat Datang Kembali, Sistem
46 Bab 46. Sebuah Pernyataan
47 Bab 47. Seruni, Atau Arini?
48 Bab 48. Pria Yang Benar-Benar Menyeramkan!
49 Bab 49. Lakukanlah Pelan-Pelan
50 Bab 50. Benih Arogan Sang Tuan Muda
51 Bab 51. Benar-Benar Motor Idaman
52 Bab 52. Sebuah Tugas Yang Sangat Dinantikan
53 Bab 53. Kesetiaan Vanze
54 Bab 54. Pengkhianatan
55 Bab 55. Pengunduran Diri
56 Bab 56. Pekerjaan Yang Sangat Menggiurkan
57 Bab 57. Hasrat Melody
58 Bab 58. Jeritan Alyssa
59 Bab 59. Siswi Misterius
60 Bab 60. Penderitaan, Dibalik Senyuman Yona
61 Bab 61. Kepedulian Sang Tuan Muda
62 Bab 62. Melampiaskan Kemurkaan
63 Bab 63. Ancaman, Dibalik Sebuah Tuntutan
64 Bab 64. Tangisan Sang Tuan Muda
65 Bab 65. Sebuah Perpisahan
66 Bab 66. Rasa Bersalah Anya
67 Bab 67. Perang Dingin Kedua Pelayan
68 Bab 68. Benar-Benar Tak Dapat Di Prediksi!
69 Bab 69. Bakat Yang Terpendam
70 Bab 70. Selangkah Lebih Maju
71 Bab 71. Keputusasaan
72 Bab 72. Sandiwara Clarissa
73 Bab 73. Boleh Saja, Itu Tidak Masalah
74 Bab 74. Sebuah Kunjungan
75 Bab 75. Kekuasaan Sang Tuan Muda
76 Bab 76. Pengepungan & Robot Genetik Tipe Destroyer
77 Bab 77. Pergerakan Vanze
78 Bab 78. Hibernasi
79 Bab 79. Setelah Setahun Berlalu
80 Bab 80. Perbincangan Masa Depan
81 Bab 81. Lansung Diterima
82 Bab 82. Tamparan Keras
83 Bab 83. Kiprah Agen Tersembunyi
84 Bab 84. Sambutan Yang Sangat Diluar Dugaan
85 Bab 85. Semuanya, Sama Saja!
86 Bab 86. Isyarat Pertolongan
87 Bab 87. Kekejaman Alexa
88 Bab 88. Sosok Malaikat
89 Bab 89. Perlawanan Zevan
90 Informasi penting
91 Bab 90. Dua Wajah Yang Menatap Tajam
92 Bab 91. Kembali Ke Titik Nol (Tamat)
93 Pengumuman Novel Baru!
Episodes

Updated 93 Episodes

1
Bab 1. Prolog
2
Bab 2. Anugerah Sang Nenek Misterius
3
Bab 3. Sistem Misterius
4
Bab 4. Sistem Yang Menguntungkan
5
Bab 5. Sistem Yang Menguntungkan II
6
Bab 6. Teleportasi Dengan Sistem
7
Bab 7. Sistem Yang Membingungkan
8
Bab 8. Sistem Tak Pernah Berdusta!
9
Bab 9. Sistem Tak Pernah Berkhianat!
10
Bab 10. Serahkan Semuanya Pada Sistem!
11
Bab 11. Kebaikan Sistem
12
Bab 12. Sistem Akan Selalu Melindungi!
13
Bab 13. Menjadi Pahlawan Dengan Sistem!
14
Bab 14. Kegelisahan Rara
15
Bab 15. Kegelisahan Rara II
16
Bab 16. Kegelisahan Rara III (Keputusan Rara)
17
Bab 17. Mencari Kebahagiaan Bersama Sistem!
18
Bab 18. Keinginan Calon Penguasa
19
Bab 19. Pertemuan Yang Tak Terduga
20
Bab 20. Naluri Lelaki
21
Bab 21. Mau Tidak Mau
22
Bab 22. Membangun Jiwa Kepemimpinan Bersama Sistem!
23
Bab 23. Menjadi Penembak Jitu Bersama Sistem!
24
Bab 24. Yang Penting, Habiskan!
25
Bab 25. Permintaan Egois
26
Bab 26. Sistem, Jelaskan!
27
Bab 27. Hadiah Untukmu, Seruni
28
Bab 28. Aksi Seruni
29
Bab 29. Pelayanan Yang Sangat Istimewa
30
Bab 30. Menertawakan Langit
31
Bab 31. Benar-Benar Tak Ada Habisnya
32
Bab 32. Sistem, Diam
33
Bab 33. Kekecewaan Vanze
34
Bab 34. Pistol Yang Aneh
35
Bab 35. Si Gadis Imut, Yang Sangat Periang
36
Bab 36. Selamat Datang, Dikeluarga Zevan Ardiansyah!
37
Bab 37. Yang Mulia Tuan Muda Presiden Direktur
38
Bab 38. Sebuah Tragedi
39
Bab 39. Menghilangnya Sistem Misterius
40
Bab 40. Menghilangnya Sistem Misterius II
41
Bab 41. Menghilangnya Sistem Misterius III
42
Bab 42. Menghilangnya Sistem Misterius IV
43
Bab 43. Menghilangnya Sistem Misterius V
44
Bab 44. Kembalinya Sistem Misterius (Pembalasan)
45
Bab 45. Selamat Datang Kembali, Sistem
46
Bab 46. Sebuah Pernyataan
47
Bab 47. Seruni, Atau Arini?
48
Bab 48. Pria Yang Benar-Benar Menyeramkan!
49
Bab 49. Lakukanlah Pelan-Pelan
50
Bab 50. Benih Arogan Sang Tuan Muda
51
Bab 51. Benar-Benar Motor Idaman
52
Bab 52. Sebuah Tugas Yang Sangat Dinantikan
53
Bab 53. Kesetiaan Vanze
54
Bab 54. Pengkhianatan
55
Bab 55. Pengunduran Diri
56
Bab 56. Pekerjaan Yang Sangat Menggiurkan
57
Bab 57. Hasrat Melody
58
Bab 58. Jeritan Alyssa
59
Bab 59. Siswi Misterius
60
Bab 60. Penderitaan, Dibalik Senyuman Yona
61
Bab 61. Kepedulian Sang Tuan Muda
62
Bab 62. Melampiaskan Kemurkaan
63
Bab 63. Ancaman, Dibalik Sebuah Tuntutan
64
Bab 64. Tangisan Sang Tuan Muda
65
Bab 65. Sebuah Perpisahan
66
Bab 66. Rasa Bersalah Anya
67
Bab 67. Perang Dingin Kedua Pelayan
68
Bab 68. Benar-Benar Tak Dapat Di Prediksi!
69
Bab 69. Bakat Yang Terpendam
70
Bab 70. Selangkah Lebih Maju
71
Bab 71. Keputusasaan
72
Bab 72. Sandiwara Clarissa
73
Bab 73. Boleh Saja, Itu Tidak Masalah
74
Bab 74. Sebuah Kunjungan
75
Bab 75. Kekuasaan Sang Tuan Muda
76
Bab 76. Pengepungan & Robot Genetik Tipe Destroyer
77
Bab 77. Pergerakan Vanze
78
Bab 78. Hibernasi
79
Bab 79. Setelah Setahun Berlalu
80
Bab 80. Perbincangan Masa Depan
81
Bab 81. Lansung Diterima
82
Bab 82. Tamparan Keras
83
Bab 83. Kiprah Agen Tersembunyi
84
Bab 84. Sambutan Yang Sangat Diluar Dugaan
85
Bab 85. Semuanya, Sama Saja!
86
Bab 86. Isyarat Pertolongan
87
Bab 87. Kekejaman Alexa
88
Bab 88. Sosok Malaikat
89
Bab 89. Perlawanan Zevan
90
Informasi penting
91
Bab 90. Dua Wajah Yang Menatap Tajam
92
Bab 91. Kembali Ke Titik Nol (Tamat)
93
Pengumuman Novel Baru!

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!