...BAB 16...
...Keterkejutan Ambar...
Fadil baru saja sampai rumahnya dan tak membawa kabar apapun, setelah ia barusan mengantarkan Lyra pulang. Hatinya belum sepenuhnya tenang karna belum mendapatkan jawaban yang pasti dari Lyra. Fadil mengerti, mungkin Lyra masih belum siap menerima lagi lelaki di hidupnya. Tetapi ini sudah tujuh tahun lebih pasca putus hubungannya Lyra dengan mantannya. Namun Lyra seolah masih tetap bertahan dengan kesendiriannya.
Siapa sebenarnya lelaki yang sudah membuatmu terlalu lama menutupi dirimu, Lyra... Apakah lelaki itu begitu istimewanya bagimu, sehingga kamu sulit sekali untuk menerima lelaki lain lagi? Jika saja aku tahu, siapakah lelaki yang telah melukai hatimu hingga membuatmu seperti ini! Aku akan membodohinya, dan ku pastikan dia akan menyesal seumur hidupnya karna telah menyia-nyiakan dirimu...
Fadil duduk dengan merebahkan kepalanya diatas sofa. Menatap nanar langit-langit ruangan. Tak pernah Fadil rasakan seperti ini sebelumnya, mencintai wanita begitu sangat dalam.
Bu Marjuki dan Farah keluar kamar, setelah barusan mendengar pintu rumah mereka tertutup.
"Kamu sudah pulang, Nang?!" tanyanya, yang cepat melangkah menghampiri anak lelakinya itu.
Fadil menoleh sekilas pada Ibu dan Kakaknya lantas kembali menatap langit-langit lalu memenjamkan matanya dengan rapat.
Bu Marjuki dan Farah saling menatap penuh tanya lalu mereka duduk di sisi-sisinya Fadil. Sehingga Fadil ada di posisi tengah-tengah mereka berdua.
"Nang... Bagaimana? Apa Nak Lyra, menerima cintamu?" tanya Bu Marjuki penasaran dengan putranya yang lebih memilih untuk mengutarakan perasaannya langsung pada Lyra daripada bantuan orangtuanya.
Fadil mendesah pelan lalu menggeleng kepala. Bu Marjuki dan Farah kembali saling menatap dengan mimik kecewa.
"Belum Bu, Lyra belum menjawab apapun padaku... Aku tahu ini sulit, karna sebelumnya Lyra sudah sering menolak lelaki yang datang ingin melamarnya jadi istri mereka..." terangnya, dan jelas Fadil tahu cerita ini semua dari Bu Rukanda.
Bu Marjuki turut merasakan sedih melihat putranya yang tak lagi sesemangat seperti tadi pagi. "Yang Sabar ya Nang, banyak-banyak berdoa supaya hatinya Nak Lyra cepat-cepat terbuka untukmu. Kamu jangan mudah patah semangat dulu ya..." tuturnya. Fadil pun mengangguk tersenyum mengiyakan perkataan Ibunya.
"Iya Bu..." ujarnya.
Farah menghembus nafasnya kasar lalu bersedekap tangan seraya menyenderkan punggungnya di sofa.
"Sudahlah, buat apa sih terus menunggu wanita yang sok jual mahal seperti dia? Toh teman-temannya mbak di kantor juga banyak yang naksir sama kamu Dil..." celetuk Farah meledek Fadil yang terlalu bucin pada Lyra.
"Mendingan cari yang sudah pasti-pasti saja. Mau nunggu sampai kapan coba, baru dia akan menerimamu? Sampai kamu sudah jadi kakek-kakek gitu?! Inget Dil, usiamu itu sudah kepala tiga. Nanti kalau kelamaan menjomblo bakal lama juga dapat jodohnya. Awalnya sih suka pilih-pilih..." sambungnya lagi dengan gaya tomboy-nya.
Fadil melirik sekilas kakaknya yang usianya hanya beda satu tahun di atasnya.
"Tapi mbak, cinta Fadil hanya untuk Lyra seorang... Dan belum tentu Fadil akan hidup bahagia bersama wanita lain..." ucap Fadil yang tetap akan bertahan menunggu Lyra hingga dia mau menerimanya.
"Terserah kamu deh, kamu memang keras kepala kalau di bilangin. Mbak kan hanya nyaranin doang. Wanita di dunia ini, yang cantik dan baik itu juga banyak. Jadi bukan dia saja yang cantik! Inget itu Dil!" timpalnya dengan nada kesal. "Lalu soal cinta, mbak sama Mas Doni dulu juga nggak saling cinta tuh. Tapi kami bisa hidup bersama dan bahagia!" bebernya lagi.
Farah pun berdiri dan kembali ke kamarnya, rasanya malas sekali menasehati adik lelakinya yang memang wataknya agak keras kepala itu.
Bu Marjuki menghela nafasnya kencang, walau sifat Farah yang terbilang suka ceplas ceplos ke siapapun, tapi Bu Marjuki mengerti dengan perkataan putri sulungnya tersebut bahwa dia hanya inginkan yang terbaik untuk adiknya saja.
"Ya sudah, mending kamu cepat istirahat di kamarmu. Supaya bisa bangun malam dan kamu meminta sama gusti Allah. Supaya dapat di jodohkan dengan Nak Lyra. Tetapi kalau memang Nak Lyra tetap menolakmu, berarti dia memang bukan jodohmu. Tapi walau begitu kamu jangan berkecil hati dan putus asa. Karna apa yang mbak mu bilang tadi, ada benarnya. Di dunia ini banyak sekali wanita yang lebih cantik dan baik akhlaknya dari Nak Lyra, ya Nang teruslah berdoa..." tutur lembut Ibunya lagi.
Perlahan rasa resah di hati Fadil berkurang hanya dengan mendengar nasehat lembut dari ibunya.
"Terimakasih ya Bu, sudah buat hati Fadil jadi tenang lagi..." ucap Fadil memeluk Ibunya.
"Iya sama-sama Nang..." Bu Marjuki pun membalas pelukan sang putra seraya menepuk-nepuk punggungnya.
****
Hari itu hari minggu pagi, Raffa pun di kejutkan dengan putri semata wayangnya yang sudah bangun tak biasanya lebih pagi darinya.
"Wah-wahh... Putri Papa sudah bangun?!" sahut Raffa terheran, melihat putri kecilnya yang sudah berada di dapur bersama Bibi Sumi, asisten rumah tangganya.
Padahal ini baru pukul setengah enam pagi. Biasanya Keyla akan sulit di bangunkan oleh siapapun. Dan dia akan terbangun jika Lyra sudah datang. Namun sudah jam segini Lyra juga belum datang ke rumahnya.
"Pagi Papa..." sapanya tersenyum seraya kembali fokus mengaduk teh hangat untuk Neneknya dan kopi untuk Papanya yang ia buat bersama Bi Sumi. Tak lupa Keyla pun sudah membuat susu-nya sendiri.
Raffa tersenyum haru, lantas mengusap rambut putrinya yang sudah banyak berubah semenjak bersama Lyra. Lyra memang banyak berjasa di keluarganya. Terutama Keyla yang sudah jarang terdengar merajuk juga marah pada siapapun, bahkan sikapnya begitu sopan dan hormat pada Neneknya.
"Oh ya sayang, hari ini seperti biasanya kita berenang yuk..." ajak Raffa.
Keyla menoleh pada Papanya, lantas menggeleng kepalanya dengan cepat. "Nggak, Key nggak mau ikut." jawabnya sedikit ketus.
"Loh kenapa? Biasanya kan kamu akan senang sekali kalau Papa ajak berenang..." Raffa menarik kursi dan duduk di depan putrinya. Mengamati putrinya yang sedang mengelap meja karna air tehnya ada yang tumpah olehnya.
"Key nggak mau ikut, soalnya akhir-akhir ini Papa sering ajak Tante pirang itu terus. Lebih baik Key main sama Tante Rara aja ke taman bermain..." jawabnya santai.
Hari ini Keyla semangat bangun pagi karna semalam Lyra sudah berjanji mau mengajaknya ke taman bermain.
Raffa menghembuskan nafasnya panjang. Dia lupa belum memberitahukan kabar tentang hubungannya yang sudah selesai dengan Viona. Raffa yakin sekali jika Keyla akan senang mendengarnya bahwa dirinya tak jadi menikahi Viona.
"Mulai hari ini Papa janji tak akan mengajak lagi Tante Viona..." ujar Raffa tersenyum lebar.
Keyla menoleh cepat pada Papanya. Lantas mengerutkan keningnya heran. "Kenapa Papa nggak ajak Tante pirang? Tumbenan tuh?"
"Karna Papa... Sudah tak lagi bersama Tante Viona..." jawabnya singkat
"Maksud Papa?!" Keyla mengerutkan keningnya belum mengerti.
"Papa tak jadi menikah dengan Tante Viona..." jelas Raffa lagi, sontak wajah Keyla berbinar.
"Beneran Pa, jadi artinya Tante itu juga nggak bakalan jadi Mamanya Keyla?" tanyanya lagi memastikan.
Raffa mengangguk tersenyum. "Iya sayang..."
Keyla pun tersohok senang, lalu ia turun dari kursi lantas menghampiri dan memeluk Papanya bahagia.
Ambar yang baru saja masuk ke ruang makan, terheran melihat putra dan cucunya saling berpelukan dengan wajah bahagia.
"Ada apa ini, pagi-pagi begini kok sudah senang sekali..." tanyanya.
"Nenek-Nenek!" Keyla lalu menghampiri Neneknya.
"Ada apa Key, apa yang membuatmu senang pagi ini?" tanyanya lagi penasaran.
"Nenek sini dulu... Ayo duduk, Keyla udah buatin teh hangat buat Nenek..." ajaknya dengan sopan Keyla menarik kursi untuk Neneknya duduk.
Ambar dan Raffa pun saling menatap dengan perasaan harunya. Melihat sikap Keyla yang manis.
"Ada apa Key?" tanya Ambar lagi setelah ia duduk di kursinya.
"Ada kabar baik Nek... Kata Papa, Papa nggak jadi nikah sama Tante pirang itu Nek! Yeee...!! Keyla seneng banget dengernya..." Keyla pun memeluk Ambar sangking senangnya.
Ambar mendelik menatap ke arah putranya untuk meminta penjelasan padanya. Kenapa Raffa tiba-tiba saja mengakhiri hubungannya dengan Viona? Ada hal apa yang membuat Raffa jadi berubah pikiran, untuk tak jadi menikahinya? Padahal Raffa dulu sangat terkesan terburu-buru sekali ingin melamar Viona untuk jadi istrinya. Tetapi niatnya selalu terhalang karena Keyla yang memang tak menyukai Viona.
Raffa pun menceritakan semuanya pada Bundanya setelah ia menyuruh Keyla untuk mandi dulu. Karena hari ini dia akan tetap mengajak Keyla untuk pergi berenang. Kali ini dan selamanya Raffa tak akan pernah mengajak lagi Viona. Tetapi sebagai gantinya dia akan mengajak Lyra. Betapa senangnya hati Keyla setelah mendengar Raffa yang akan mengajak Lyra. Ia pun semangat dan pergi mandi.
"Jadi, maksudmu Lyra itu?!" Ambar tercengang kaget, lantas menutup mulutnya yang telah terbuka menganga.
Ia tak percaya mendengar semua yang di katakan putranya barusan. Jika Lyra adalah mantan kekasihnya Raffa saat mereka masih kuliah di Semarang.
"Iya Bun, dan sebenarnya Lyra juga adalah teman kecilnya Dania..." ungkap Raffa lagi. Dan Ambar pun semakin terkejut di buatnya.
Bersambung...
...****...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 76 Episodes
Comments
⚘️💙⚘️ Neng Gemoy ⚘️💙⚘️
cskeeeppp 👍👍👍👍
2024-01-02
0
Defi
Semangat Fadil jangan putus asa, tikung Lyra di 1/3 malam 🤭
2023-01-31
2