...BAB 11...
...Viona Yang Tak Tenang...
Tak terasa lima hari berlalu, setelah Lyra bekerja di rumahnya Nyonya Ambar, sebagai seorang pengasuh cucunya. Awalnya, Lyra memang ingin menolak permintaan Ambar saat itu.
Namun setelah Lyra tahu jika Keyla adalah putrinya Dania dan Raffa. Seperti ada dorongan yang kuat di hatinya untuk menjaga dan merawat anak itu. Selain melihat Keyla yang memang begitu mirip dengan Dania. Lyra merasa seakan kembali hidup ke masa kecilnya dulu, dimana ia selalu menghabiskan waktunya bersama dengan Dania. Bermain, berangkat dan pulang sekolah bersama-sama. Perasaan rindu yang tersimpan di hati kepada sahabatnya, seolah terobati hanya dengan melihat Keyla sepanjang hari di dekatnya.
Apakah mungkin, saat ini jiwa Dania ada melekat di tubuh putrinya? Sehingga Keyla dengan mudahnya hanya menerima Lyra sebagai pengasuhnya saja dan hanya Lyra-lah yang bisa dekat dengan putrinya seorang. Entahlah, begitu yang di rasakan Lyra saat ini. Lyra pun tak mengerti, kenapa dia begitu cepat menyayangi Keyla layaknya seperti putri kandungnya sendiri.
"Pagi..." Lyra mengusap dan mengecup kening dan pipi Keyla yang masih memenjam matanya.
Keyla mengerjap matanya dan mengusapnya cepat. "Tante, Tante sudah datang?!" Keyla lekas bangun dan duduk, lalu tersenyum manis memandangi wajah Lyra yang sudah ada di depan matanya. Lyra tersenyum mengangguk.
Keyla senang sekali ternyata Lyra tak ingkar janji padanya. Lyra akan ada datang sebelum Keyla terbangun.
Semalam, pukul delapan Lyra pamit pulang ke rumahnya dan sempat Keyla marah karnanya. Anak itu tak menginginkan Lyra pergi meninggalkannya barang sedetikpun. Semua di buat bingung dengan rengekan Keyla yang tak bisa di bujuk itu.
Tiga hari kemarin, memang Lyra meminta ijin Ibunya untuk menginap dulu di rumah Nyonya Ambar, tapi di hari ke empat dan seterusnya Keyla harus bisa mengerti bahwa Lyra pun tak selalu bisa menemaninya setiap saat, karna ada Ibunya yang tak bisa Lyra tinggalkan di rumahnya. Sebab Bu Rukanda memiliki riwayat darah tinggi sehingga sangat rentan sekali sakit bila beliau terlalu banyak pikiran ataupun terlalu keletihan.
Sebetulnya Lyra pun belum menemukan seseorang yang cocok untuk membantu Ibunya bersih-bersih di rumahnya. Jika masalah tokonya, Lyra akan mampir sebentar selama Keyla masih belajar di sekolahnya.
"Ayo bangun bersiap-siap mandi! Hari ini seperti permintaan Key kemarin, Tante akan buatkan makan bekal yang spesial untuk Keyla..."
"Beneran Tante?!"
"Iya sayang..."
"Yeeeeyyy asyik-asyiiik! Tante mau buat omelettt!!" Keyla melonjak-lonjak senang, karna Lyra akan buat omelet yang selalu jadi makanan kesukaannya.
Gadis kecil itu pun cepat-cepat turun dari kasur dengan semangat ia membuka baju tidurnya hendak mandi.
"E-eh, tunggu dulu! Sebelum masuk kamar mandi. Masih ingat nggak pesan Tante apa?" ujar Lyra menghentikan dulu niat gadis kecil itu yang ingin membuka bajunya. Keyla sontak membekap mulutnya, nyaris saja ia melupakan sesuatu.
"Iya Tante! Keyla baru ingat. Kalau udah bangun bobo, kasurnya harus di rapiin dulu..." jawabnya tertawa-tawa kecil.
Keyla berusaha terus mengingat kebiasaan di pagi hari sebelum ia berangkat ke sekolah. Kamar sudah harus dalam keadaan rapi. Itulah yang di ajarkan Lyra saat pertama kalinya datang ke rumah ini.
"Anak pintarrr..." puji Lyra, mengusap kepala Keyla seraya tersenyum bangga.
Sedang Keyla sibuk merapikan kasurnya, Lyra mengambil seragam Keyla di dalam lemari untuk di pakai di hari jum'at ini dan meletakkannya di atas meja belajar. Untuk nanti Keyla memakainya sendiri. Tak perlu waktu yang lama Lyra telah banyak mengajari Keyla dalam berbagai hal, salah satunya adalah memakai baju sendiri. Dan sekarang Keyla sudah pandai memakai seragamnya sendiri tanpa bantuan oranglain lagi.
Setelahnya Lyra mengambil tas gendong milik Keyla yang memang isinya sudah di rapikan sejak semalam tadi.
"Tante ke dapur duluan ya buat nyiapin bekal kamu..." ucap Lyra seraya mengusap kepala Keyla lagi.
"Baik Tanteku..." jawabnya dengan senyuman lebar.
Keyla pun masuk ke kamar mandi setelah membereskan tempat tidurnya. Mandi dengan hati yang gembira. Sedang Lyra bergegas keluar kamar Keyla. Namun setelah menutup pintu kamar Keyla. Lyra tak sengaja berpas-pasan dengan Raffa yang juga baru keluar dari dalam kamarnya yang hendak bersiap pergi ke kantor pagi itu.
"Hai, selamat pagi..." ucap Raffa sedikit gugup, dia menyapa Lyra duluan.
"Hai... Selamat pagi juga..." balas Lyra tersenyum simpul. "Aku permisi ke dapur dulu ya..." ucapnya cepat-cepat dan di angguki Raffa.
Lyra pun bergegas turun ke bawah setelah melewati Raffa. Sedang Raffa, mata elangnya tak lepas sama sekali memandangi Lyra yang sudah berjalan menuruni anak tangga.
Raffa menarik nafasnya dalam-dalam dan panjang. Raffa merasa Lyra telah banyak berubah setelah tujuh tahun lamanya mereka tak bertemu.
Bukan hanya perubahan fisik dan penampilannya saja yang semakin cantik dan anggun. Namun perubahan sikapnya Lyra, yang cenderung lebih irit bicara dan tak secerewet dulu lagi.
Rambut pendek sebahunya dulu, kini telah berganti panjang dan lurus sepinggang. Menambah kecantikan pada dirinya. Raffa seperti tak mengenal Lyra lagi. Dia seperti satu orang yang sama namun berbeda.
Raffa melangkah ke dapur mengambil gelas di rak piring untuk ia minum. Lalu berjalan ke meja makan dan mengambil teko, menuangkan pelan isinya ke dalam gelas. Tetapi matanya diam-diam melirik Lyra yang tengah sibuk memasak sesuatu di dapur rumahnya.
Setelah selesai membuat omelet, Lyra berjalan mendekati meja makan dan hendak memindahkannya ke dalam wadah tempat bekal makan Keyla. Tetapi Lyra terkejut karna melihat Raffa menumpahkan air di teko ke dalam gelasnya yang sudah terisi penuh.
"Eh, airmu!" teriaknya menunjuki gelas Raffa yang sudah penuh keluar dari gelas.
Raffa terperanjat kaget dan refleks mundur ke belakang, dengan tangan kanan yang masih memegangi teko.
"Ya ampun... Ada apa denganmu? menuangkan air saja kok sampai tumpah-tumpah begitu?!" Lyra menggeleng heran, lalu berjalan mendekati Raffa dan mengelap meja yang sudah banjir itu dengan lap di tangannya.
"Maaf maaf tadi aku kurang fokus... Hehe..." kilahnya menggaruk belakang kepalanya yang tak gatal.
"Kamu habis masak apa, baunya harum sekali?!" tanya Raffa setelah mereka duduk dan bersiap sarapan menunggu Ambar dan Keyla yang masih ada di kamarnya. Karna itu masih pukul setengah tujuh pagi.
"Masak omelet kesukaan anakmu..."
"Apa masih ada lagi?"
"Kamu mau?"
Raffa mengangguk malu-malu. "Ya kalau boleh, aku lapar sekali..."
"Baiklah tunggu sebentar ya, akan aku ambilkan..." Lyra kembali ke dapur dan membawakan sisa omeletnya di teplon lalu meletakkannya satu porsi di piring Raffa.
*****
"Terimakasih Ra..." ucap Raffa tersenyum manis, menatap sendu Viona di depannya.
Sontak Viona terkejut mendengarnya. Setelah ia menaruh makanan di piring Raffa.
"Siapa katamu? Ra?!" ulangnya sewot, dengan dahi berkerut dalam, menatap tajam pada Raffa.
Raffa tersentak. Dia kaget bukan kepalang.
"Eh, maksudku terimakasih Viona..." gelagapnya tersenyum kikuk. Lantas mengusap gelisah tengkuk lehernya.
Saat ini Raffa dan Viona tengah makan siang di Restoran berdua. Kali ini Raffa tak mengajak Keyla. Karna Keyla sekarang selalu bersama Lyra kemana-mana.
"Aku tidak tuli Mas, barusan aku dengar jelas kamu itu menyebut nama Rara? Siapa dia?! Apa jangan-jangan dia pengasuh baru anakmu itu?" sungutnya lagi dengan memasang wajah kesalnya.
Viona sangat marah, karna akhir-akhir ini kekasihnya itu sering melamun dan keceplosan mengucap nama Rara di depannya sendiri. Ini bukan kali pertamanya Viona mendengarnya dan itu membuat perasaan hatinya jadi tak tenang. Apa jangan-jangan Raffa telah jatuh hati pada pengasuh baru itu? pikir Viona.
"Maaf Viona, aku..."
"Sudahlah aku benar-benar marah padamu! Sebenarnya kamu itu serius nggak sih hubungan sama aku?!" tanyanya yang kini Viona merasa tidak di anggap keberadaannya.
Sudah tak dianggap oleh calon anak tirinya, kini calon suaminya pun ikut-ikutan tak peduli seolah sedang mempermainkan perasaannya saja.
Raffa tercekat, tiba-tiba pikirannya bingung harus menjawab apa. "Aku, ya aku, aku serius padamu..." kilahnya tergugup.
"Kalau serius lalu kapan Mas Raffa mau melamar aku?" tanya Viona lagi dengan suara yang sedikit meninggi.
"Sabar ya, aku butuh waktu untuk membujuk Keyla agar bisa menerimamu..." ucap Raffa. Viona mendengus kasar dan bersedekap tangan.
"Huh, sabar sabar dari dulu selalu begitu. Aku bingung Mas sama cara berpikir kamu! Kenapa sih mesti harus persetujuan putrimu dulu baru kita bisa menikah? Kita kan bisa langsung menikah, nanti lama kelamaan Keyla pun pasti akan menerimaku jadi Mamanya..." tukasnya lagi, lama-lama Viona pun tak bisa menahan kesabarannya. Apalagi terhadap Keyla yang selalu membuatnya darah tinggi jika ketemu.
Sebenarnya dia ingin sekali cepat-cepat menikah dengan Raffa agar dia cepat kaya raya dan menguasai harta milik calon suaminya tersebut. Namun hanya satu kendalanya, Viona belum bisa menaklukan hati anak kecil itu. Tapi herannya kenapa Keyla begitu patuh terhadap pengasuh barunya. Viona semakin tak bisa tenang. Jika begini terus, lama-lama posisinya menjadi calon ibunya Keyla akan di rebut oleh pengasuh baru itu.
"Tidak bisa semudah itu Viona... Kita kan baru jadian lima bulan ini. Bersabarlah sedikit lagi. Keyla mungkin belum terbiasa dekat denganmu... Belajarlah untuk memahami sifatnya. Aku yakin kamu pasti bisa membuat putriku menyukaimu..." Raffa tersenyum manis seraya mengusap punggung tangan Viona di atas meja makan restoran, mencoba meyakinkan hati kekasihnya. Bahwa dirinya pasti bisa menjalin keakraban bersama putrinya.
Viona menghembus nafasnya kencang, lantas mengangguk menuruti perkataan Raffa.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 76 Episodes
Comments
Defi
Niat kamu dari awal aja udah ga benar Viona, Kayla yg anak kecil peka kalau kamu ga sayang dia cuma pingin morotin harta Papanya saja 😜
2023-01-25
3