...BAB 12...
...Biarkan Cinta Datang, Seiring Berjalannya Waktu...
Setelah mengantarkan Keyla ke sekolah dengan mobil pribadi keluarga Nyonya Ambar, Lyra pun ijin pulang ke rumahnya sebentar, dengan menaiki motornya yang memang di parkir di halaman rumah Ambar tadi pagi.
Hari sabtu ini Lyra sudah berjanji pada Ibunya untuk menghadiri acara aqiqah cucunya Bu Marjuki yang juga keponakannya Fadil. Ini kesempatan Lyra juga bertemu dengan lelaki itu lagi, selain ingin berterimakasih, Lyra juga ingin memberikan hadiah kecil-kecilan untuk bayi yang akan di aqiqah hari itu.
"Kenapa lama sekali toh, Nduk?!" tanya Bu Rukanda yang sudah bersiap dan tak sabar menunggu Lyra dari tadi, di teras rumahnya.
"Maaf Bu, 'kan Lyra habis anterin Keyla dulu ke sekolah..." jawab Lyra setelah mencium punggung tangan Ibunya.
Rukanda menghembus nafasnya kasar, dia tak habis pikir dengan pemikiran putrinya tersebut, mau-maunya saja bekerja jadi pengasuh. Padahal membuka usaha toko mainan dan pakaian anak pun sudah lebih dari cukup untuk memenuhi semua kebutuhan hidup mereka berdua.
"Ibu bingung sebenarnya sama kamu Lyra. Kenapa juga kamu harus terima tawaran orang untuk jadi pengasuh?! Mendingan kamu berhenti saja mumpung masih baru bekerja. Daripada nanti kamu terus-terusan kerepotan sendiri seperti ini. Pergi harus pagi-pagi sekali, terus pulangnya malam-malam. Belum siangnya kamu harus mampir ke toko dulu!" tutur Bu Rukanda, sangat prihatin melihat putrinya yang terus banting tulang bekerja sendirian.
"Ibu lihat kamu, hati ibu jadi ngebatin, nduk! Ibu pengennya tuh lihat kamu hidup bahagia, bukannya tambah kesusahan kayak gini?!" lirihnya tersedu, yang sebenarnya Rukanda belum sepenuhnya setuju dengan pekerjaan putrinya itu.
"Siapa juga yang kesusahan sih Bu? Lyra senang kok dengan pekerjaan ini. Karena Lyra jadi punya kesibukan sendiri, jadi nggak bosen daripada terus diem di rumah kan..."
"Terserah kamu saja deh, di sayangin malah menjawab aja. Ibu hanya mikir nanti kalau misalnya kamu punya suami. Apa kamu akan tetap terus bekerja jadi pengasuh anaknya orang, hah?" sungutnya lagi.
Lyra menghela nafasnya dalam, ia tampak berpikir dengan perkataan Ibunya. Lagi ibunya selalu berkata benar. "Emm, kalau itu sih lain lagi Bu! Mau tak mau ya... Lyra juga harus berhenti bekerja dan fokus dengan keluarga Lyra sendiri. Ya, karna Lyra tahu bahwa melayani suami itu lebih besar pahalanya dari pekerjaan apapun..." ucap Lyra tersenyum lembut menatap Ibunya yang mata tuanya sudah berkaca-kaca.
"Nah itu kamu tahu sendiri kan!" cetus ibunya.
"Iya, nanti kalau Lyra sudah dapat jodohnya, Lyra akan berhenti jadi pengasuh..." ucapnya berusaha untuk meyakinkan dan menyenangkan hati Ibunya lagi.
"Ibu senang akhirnya pikiranmu terbuka... Semoga apa yang Ibu harapkan agar kamu segera menikah di tahun ini, cepat terkabul ya, nduk.." ucap Rukanda tersenyum sendu menatap putri semata wayangnya.
"Aamiin..." Lyra membalas tersenyum lalu memeluki ibunya. "Ya sudah Bu, kita berangkat yuk nanti di tungguin Bu Marjuki di rumahnya..." ujar Lyra mengingatkan, Bu Rukanda pun mengangguk.
Lalu Ibu dan anak itu bergegas berangkat dengan menaiki motor. Karna sebelum mengantar Keyla tadi, Lyra sudah mandi dan mengenakan pakaian yang sopan jadi ia tak perlu lagi mengganti pakaiannya.
Selang waktu beberapa menit Lyra dan Ibunya sudah sampai di depan rumahnya Fadil. Semua tamu undangan juga sudah sebagian yang hadir di sana. Lyra gegas memarkirkan motornya di luar halaman rumahnya Fadil. Karena di pelataran rumahnya sudah di tutupi oleh tenda dan para tamu undangan juga sudah duduk di kursinya masing-masing menunggu serangkaian acara.
"Ayo Nduk, kita masuk dulu..." titah Rukanda pelan.
"Iya sabar Bu..." Lyra membuka helmnya dulu dan lekas mengambil satu bingkisan yang tadi ia bawa di motor untuk keponakannya Fadil.
Bapak dan Ibu Marjuki juga Farah, yakni kakak perempuannya Fadil yang menggendong bayinya. Tengah sibuk menyalami para tamu yang mereka undang dan menyilakan para tamunya itu untuk duduk di kursi yang sudah di sediakan. Bu Marjuki pun sekilas melihat ada Bu Rukanda dan Lyra yang baru saja sampai ke rumahnya.
Bu Marjuki menepuk pundak Farah memintanya untuk menyambut mereka dahulu, sedang beliau masuk ke dalam sebentar untuk memanggil putranya tersebut. Karena hari ini Fadil juga sengaja cuti karna memang ada acara keluarga.
Bu Marjuki mengetuk pintu kamar putranya beberapa kali.
"Nang, Nang! Cepat keluar toh, kok lama betul sih di kamar!" sahutnya di balik pintu.
Fadil yang baru saja memakai pakaian kokonya sambil bercermin memandang diri. Lekas berjalan cepat membuka pintu kamarnya. Ibu Marjuki tersenyum mengembang setelah melihat penampilan putranya yang begitu sangat tampan dengan memakai koko dan sarungnya.
"Ada apa Bu? Lyra dan Ibunya sudah datang?!" tanya Fadil dengan jantung yang sudah berdebar kencang.
"Iya mereka sudah datang..." angguk Bu Marjuki antusias. Fadil lantas celingukan melihat ke arah jendela rumahnya.
"Beneran Bu?!" tanyanya lagi belum percaya.
"Iya! itu sekarang mereka sedang nunggu di luar, makanya cepat kamu temui mereka dulu!" titahnya lagi, yang sudah tak sabar ingin sekali mengobrol dengan calon besan juga calon menantunya.
Sebenarnya telah lama diam-diam Bu Rukanda dan Bu Marjuki merencanakan sesuatu untuk putra putri mereka tanpa sepengetahuan Lyra sendiri. Itu pun setelah Fadil jujur kepada orangtuanya bahwa dirinya memang menyukai Lyra.
"Eh malah diem aja disitu! Cepetan keluar!" Bu Marjuki menarik lengan putranya dan memaksanya untuk segera menemui Lyra.
"Bu, tunggu dulu!" Fadil menahan cepat tangan Ibunya. Dengan dahi sudah berkeringat karena sangking gugupnya.
"Apalagi sih Nang?!"
"Ibu, tidak berkata apa-apa dulu kan pada Lyra?!" tanyanya lagi terbata-bata.
Bu Marjuki menggeleng tersenyum. "Tidak, Ibu tidak akan mengatakan dulu sebelum Lyra benar-benar menerima cintamu. Makanya itu, ini kesempatan kamu untuk bicara terus terang padanya..." ujarnya, memahami putranya yang tak ingin jika kedua orangtua Fadil juga Ibunya Lyra, menyinggung tentang perjodohan mereka dulu.
Fadil juga tak ingin buru-buru untuk mengutarakan maksudnya yang ingin melamarnya. Dia hanya ingin menikmati masa-masa pendekatan dulu dengan Lyra, dan ingin membuat Lyra merasa nyaman bila ada di dekatnya. Dengan begitu cinta akan hadir dengan seiring berjalannya waktu. Fadil tahu, cerita tentang masalalu Lyra dari Bu Rukanda soal putus hubungannya dengan pacarnya yang membuat dia trauma untuk menjalin lagi dengan seorang Pria.
Fadil ingin mencari moment yang tepat untuk mengungkapkan rasa cinta di hatinya. Semoga nantinya Lyra pun mau menerima cinta tulusnya.
Setelah lama berbincang dan menyantap jamuan. Lyra pun bermaksud pamit pulang pada mereka, karna waktu sudah menunjukkan pukul setengah sebelas siang, Lyra teringat bahwa itu waktunya untuk menjemput pulang Keyla di sekolah.
"Kenapa buru-buru sekali sih Nak Lyra?" tanya Bu Marjuki
"Maaf Bu, saya harus jemput anak asuh saya di sekolahnya. Saya nggak enak sama majikan saya kalau sampai telat menjemput cucunya..." jawab Lyra tersenyum sungkan.
"Lho bukannya Nak Lyra itu udah buka toko sendiri ya? Kenapa kok bekerja jadi pengasuh?!" Bu Marjuki terheran.
Lyra tersenyum kaku, dia tampak bingung untuk menjelaskannya bagaimana. "Em itu..."
"Iya Bu, saya juga heran loh sama anak saya sendiri. Kok mau-maunya jadi pengasuh, padahal dia sudah capek lo ngurusin saya, lalu jagain tokonya. Bahkan anak saya selalu pulang malam dan belain berangkat pagi-pagi sudah solat subuh demi ngurusin anak orang." jawab Rukanda menimpali.
Lyra hanya menghela nafasnya kencang, ketika ibunya mulai berceloteh panjang menceritakan dirinya. "Ibu..." sahut Lyra pelan, seraya mengusap lengan Ibunya untuk berhenti berbicara.
"Ibu ini bicara benar kan, kamu itu terlalu memaksakan diri dan membuat dirimu susah sendiri..." tuturnya lagi dengan bersungut-sungut.
"Betul apa yang di katakan Ibumu Nak Lyra. Lebih baik kamu sudahin saja bekerja jadi pengasuh. Lalu fokus ngembangin toko mainan kamu..." Bu Marjuki pun ikut bicara mengiyakan perkataan Ibunya.
"Em, bagaimana kalau aku antar kamu jemput anak asuhmu?" tawar Fadil di sela-sela mereka bicara. Semua pun menatap ke arah Fadil. "Jadi biar Ibumu disini dulu sampai sore. Lagi pula cuaca di luar panas sekali, lebih baik naik mobil supaya tak kepanasan. Biar motornya nanti aku yang antar ke rumahmu sekalian mengantar ibumu pulang juga.." ujarnya lagi.
Bu Rukanda dan Bu Marjuki pun saling menoleh dan tersenyum penuh arti. Lalu mengangguk setuju dengan tawarannya Fadil.
"Iya Nak, biar Fadil saja yang antar jemput kamu pulang pergi ke rumah majikanmu itu. Kasihan kan kalau naik motor terus." ucap Bu Marjuki pada Lyra.
"Terimakasih Bu, tapi saya_" Lyra bertambah sungkan dengan kebaikan mereka semua.
"Sudahlah Nduk, terima saja tawaran Nak Fadil. Dia benar-benar serius buat nolong kamu.." timpal Bu Rukanda lagi, seraya mengedipkan satu matanya, agar Lyra tak menolak penawaran Fadil padanya juga tak mengecewakan Ibunya.
Lyra menghela nafasnya pasrah, mau tak mau dia pun harus menuruti semua permintaan Ibunya lagi.
Lalu Lyra mengangguk dengan saran Fadil dan Ibunya.
"Baiklah kalau begitu aku permisi dulu ke kamar untuk ganti baju..." ucap Fadil yang lekas berdiri dan masuk ke kamarnya untuk mengganti pakaian dengan pakaian yang lebih santai.
*****
Bel pulang sekolah berbunyi. Keyla bergegas keluar kelas dan mencari Lyra. Tapi tak ia temukan pengasuhnya itu di taman bermain sekolahnya, biasanya Lyra akan duduk menunggunya disana.
"Tante mana sih?!" gumamnya jadi cemas.
"Keylaaa!" seru Lyra.
Keyla menoleh ke belakang, karna mendengar suara yang memanggilnya. Lantas bibirnya tersenyum lebar karna Lyra sudah ada di luar gerbang sekolah yang baru keluar dari mobil berwarna silver.
"Tantee!" teriaknya. Keyla berlari cepat ke arah gerbang sekolah menghampiri Lyra dan seorang lelaki.
"Jadi kau itu pengasuhnya Keyla?" tanya Fadil tak percaya, setelah dia keluar dari mobil. Memandangi Keyla yang berlari ke arah mereka.
"Kamu, kenal dengan anak itu?!" sahut Lyra bertanya balik. Fadil terkekeh kecil dan mengangguk dengan cepat.
"Tentu saja, Keyla adalah salah satu pasienku yang pernah sakit typus. Dan Papanya Keyla teman SMA ku juga..." terangnya lagi.
Lyra membulat terkejut dengan pernyataan Fadil barusan. "Oh ya?! Kok bisa kebetulan begitu ya.."
Sontak Lyra pun terkejut karna Keyla sudah memeluk perutnya dengan erat. "Tante, Tante darimana saja sih? Kok tadi Key cariin gak ada?!" tanyanya dengan wajah cemberutnya.
"Maaf ya sayang, tadi Tante ada urusan dulu sebentar..."
"Hallo Key, apa kabarmu Nak?" tanya Fadil berjongkok dan mengusap kepala Keyla.
Keyla menoleh pada Fadil. Matanya membulat lebar. "Om Dokter, kok Om bisa ada disini?" sahutnya dengan wajah terheran.
"Iya, Om yang antar Tante Lyra kemari untuk jemput kamu pulang..." jawab Fadil tersenyum.
Keyla pun memandangi heran pada Fadil dan juga Lyra. Dalam pikiran kecilnya bertanya-tanya, sebenarnya ada hubungan apa dengan dua orang dewasa itu di depannya?
Bersambung...
...****...
Bonus Visual Lyra dan Keyla ya 🥰🥰🥰
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 76 Episodes
Comments
Samiyah
Visualnya pas. Cocok dengan karakter nya masing masing.
2023-10-22
1
Defi
ayo dukung kapal Fadil dan Lyra berlayar thor 🤭🤣
2023-01-27
3
Suyadi Yadi
dobel update dong 🙏🙏
2023-01-27
1