Sampai di rumah Rebeca mendorong kursi roda Tian masuk ke dalam kamarnya. Kamar yang telah di tinggalkan selama satu bulan ini.
" Kamu istirahat saja di sini, aku juga mau istirahat." Ucap Rebeca naik ke atas ranjang tanpa mau membantu Tian.
Tian menggelengkan kepalanya. Ia memilih keluar kamarnya. Ia duduk di depan pintu menatap keluar.
" Hidupku hampa tanpamu Yeshi, baru saja kita berpisah rasanya ada yang tertinggal dalam hatiku. Aku bingung harus bagaimana? Jujur aku ingin selalu bersamamu tapi ada anakku di dalam rahim Rebeca. Dan Rebecca tidak menginjinkan kita bersama. Bagaimana janji yang telah kita buat dulu? Ya Tuhan aku mohon tunjukkan jalanmu, apa yang terbaik untuk kami bertiga." Batin Tian.
Tian masuk ke dalam kamarnya. Dengan hati hati ia pindah ke ranjangnya. Ia berbaring di samping Rebecca, ia menatap punggung Rebecca.
" Kenapa hatiku tidak berdebar seperti dulu lagi? Apakah rasa ini telah hilang untukmu Rebecca? Aku pernah bilang, cintaku mengikuti bagaimana perlakuanmu kepadaku. Jika kau bisa memperlakukan aku dengan baik, aku yakin cinta ini akan kembali padamu. Demi anak kita aku kembali padamu dan meninggalkan Yeshi. Aku mencoba melupakan apa yang telah kau lakukan padaku." Ujar Tian dalam hati. Saat ini ia tidak bisa berpikir jernih, hati dan pikirannya kacau.
Tian memejamkan matanya mencoba untuk istirahat.
Di kamar Yeshi, saat ini Yeshi sedang menangis. Ia telungkup di atas kasur di temani Rean yang duduk di sampingnya
" Hiks.. Hiks.. "
" Tenanglah Yeshi! Kau tidak boleh lemah begini. Bukankah kau berniat mengikhlaskan Tian untuk Rebecca? Tapi kenapa di saat Rebecca mengambilnya kau malah menangis seperti ini. Jangan menangis lagi, ada aku di sini." Ujar Rean mengelus kepala Yeshi. Ia tidak kuasa mendengar tangisan wanita yang ia sayangi.
" Hiks.. Bibirku memang mengatakan seperti itu, tapi hatiku tidak kuasa menahan sesak ini Rean. Aku mencintainya, aku sangat mencintainya. Harta yang mbak Rebeca kembalikan padaku tidak ada artinya sama sekali di bandingkan dengan Mas Tian. Aku tidak ingin semua itu Rean, aku hanya ingin Mas Tian. Hanya dia Rean." Ucap Yeshi.
" Kau merasa seperti itu, begitupun dengan Rebecca sekarang Yeshi. Dia tidak membutuhkan uangmu, dia membutuhkan Tian dan kasih sayangnya. Dia tidak ingin anaknya tumbuh tanpa kasih sayang ayahnya. Cobalah mengerti dari sudut pandang Rebecca. Dia lebih membutuhkan Tian dari pada kamu. Lagian Tian juga mencintainya bukan kamu Yeshi." Ujar Rean memberi pengertian.
Yeshi beranjak duduk bersila menghadap Rean.
" Apa kau tahu Rean? Mbak Rebecca itu selingkuh dengan Yudha, aku tidak yakin kalau anak itu anaknya Mas Tian."
" Apa?" Pekik Rean tidak percaya.
" Iya, aku pernah melihat Mbak Rebecca dengan Yoga dalam satu kamar hotel. Dia juga berencana bercerai kan dari Mas Tian? Lalu kenapa sekarang dia malah balikan sama Mas Tian dengan alasan dia hamil. Aku merasa ada yang aneh di sini Rean." Ujar Yeshi.
" Bisa saja Rebecca melakukan itu demi anak di dalam kandungannya. Mungkin dia sudah sadar dengan perbuatannya selama ini." Ujar Rean.
" Aku tidak yakin dengan hal itu Rean, aku mohon bantu aku menyelidikinya, jika itu benar aku akan merebut Mas Tian dari mbak Rebecca bagaimanapun caranya. Aku tidak mau mbak Rebecca memanfaatkan Mas Tian. Aku mohon bantu aku Rean." Ujar Yeshi.
" Aku akan membantumu. Apapun akan aku lakukan untuk kebahagiaanmu. Sekarang tetsenyumlah! Jangan menangis lagi! Kita akan diam diam melakukan penyelidikan ini. Untuk saat ini berusahalah mengalah dan mengikhlaskan semuanya. Karena jika dugaanmu salah, setidaknya kau sudah ikhlas melepas Tian untuknya." Ujar Rean mengusap air mata di pipi Yeshi.
Yeshi menganggukkan kepalanya.
" Kapan kau mau mengantar barang barang Tian? Biar aku yang mengantarmu ke sana." Ucap Rean.
" Sekarang saja! Aku bersiap dulu." Ucap Yeshi masuk ke kamar mandi.
" Yah Rean benar, aku akan mengalah untuk saat ini. Aku juga akan berusaha ikhlas melepasmu Mas. Setelah aku mendapatkan bukti baru aku akan memikirkan langkah selanjutnya." Monolog Yeshi.
Setelah bersiap Yeshi dan Rean menuju rumah lama Tian. Tiga puluh menit mereka sampai di sana. Yeshi berjalan menghampiri pintu rumah tiba tiba...
Deg...
Jantung Yeshi terasa berhenti berdetak. Hatinya bagai di sayat sebilah pisau. Sakit... Perih... Namun tidak berdarah. Ia menatap Tian dan Rebecca yang sedang duduk berdua. Terlihat Tian mengelus perut rata Rebecca sambil tersenyum. Mereka nampak bahagia.
" Aku bahagia banget Tian, akhirnya aku bisa hamil. Kita akan menjadi keluarga yang bahagia selamanya. Oh ya kau ingin anak laki laki atau perempuan? Kalau aku inginnya anak laki laki biar dia tampan sepertimu." Ujar Rebecca.
" Semoga anak kita nanti akan menjadi orang sukses, biar dia bisa mengangkat derajat kedua orang tuanya."
Tian menganggukkan kepalanya.
Entah mengapa pemandangan itu membuat Yeshi semakin merasakan sakit dan sesak di dadanya.
" Ya Tuhan... Haruskah aku merelakan Mas Tian demi kebahagiaannya? Nampaknya dia juga sangat bahagia dengan kehadiran anak itu. Memang tidak seharusnya aku ada di tengah tengah mereka. Maafkan aku Mas." Ujar Yeshi dalam hati.
" Yeshi kenapa kau tidak masuk?" Tanya Rean sambil menyeret koper.
Mendengar itu Rebecca dan Tian menoleh ke arah pintu.
" Yeshi." Tian menjauhkan tangannya dari perut Rebecca.
" Yeshi, silahkan masuk!" Ucap Rebecca.
Yeshi mengusap sudut matanya, ia masuk ke dalam lalu duduk di sebrang sofa di ikuti Rean.
" Aku ke sini mengantar barang barang Mas Tian Mbak." Ucap Yeshi menundukkan kepala. Ia tidak kuasa menatap Tian.
" Terima kasih Yeshi. Terima kasih kau telah merawat Tian untukku. Maafkan aku jika aku egois, aku tidak mau anakku hidup dalam lingkup ploligami. Aku tidak mau anakku kurang kasih sayangnya karena ayahnya membaginya denganmu ataupun anakmu nanti. Aku harap setelah perpisahan dengan Tian, kau tidak perlu menemui Tian lagi. Aku akan meminta Tian resign dari perusahaanmu. Biarkan dia mencari pekerjaan yang lainnya." Ucap Rebecca.
Yeshi mengangkat kepalanya menatap Rebecca.
" Aku sadar akan posisiku Mbak, aku minta maaf karena sempat mengacaukan kebahagiaan kalian. Aku akan mundur dari hubungan ini. Aku berharap kalian bisa hidup bahagia. Tapi satu hal yang harus kau ingat Mbak!" Ucap Yeshi.
" Apa itu Yeshi?" Tanya Rebecca.
" Jika kau berbohong tentang anak itu, maka aku tidak akan memaafkanmu." Tekan Yeshi.
Deg...
Tian menatap Yeshi begitupun dengan Rebecca.
" Apa maksudmu Yeshi?" Tanya Rebecca.
" Kau tahu benar apa maksudku Mbak." Sahut Yeshi.
"Apa Yeshi tahu tentang perselingkuhan Rebecca dan pria itu? Ah iya, bukankah kemarin dia bilang kalau Rebecca mau menikah dengannya? Lalu kenapa dia ingin kembali padaku?" Batin Tian.
" Dengar Yeshi, aku memang berencana menikah dengan Yoga. Tapi aku membatalkannya saat aku tahu jika aku hamil anak Tian. Aku tidak mungkin memisahkan anak dengan ayahnya, aku tidak setega itu Yeshi. Itu sebabnya aku rela mengembalikan semua kemewahan yang kau berikan demi mendapatkan Tian kembali." Ujar Rebecca menyakinkan Yeshi.
" Dan aku tidak pernah melakukan hal sehina itu dengan Yoga, aku hanya melakukannya dengan Tian dua bulan lalu. Bukankah begitu Tian? Kau ingat kan terakhir kali kau menyentuhku? Dua bulan lalu." Ujar Rebecca menatap Tian.
Tian menganggukkan kepalanya.
" Kenapa kau emosi seperti itu Mbak? Kan aku hanya mengingatkan saja, kalau kau tidak merasa mengkhianati Mas Tian kau tidak perlu semarah ini Mbak." Ucap Yeshi.
" Sial!!! Aku terpancing emosi. Bodoh kau Rebecca. Kalau begini bisa bisa rencanamu gagal total. Kau akan kehilangan Tian untuk selamanya. Tidak.. Tidak.... Aku yakin kalau Tian tetap akan memilihku apapun yang terjadi. Tenang Rebecca! Tenanglah!" Ujar Rebecca dalam hatinya.
" Aku merasa terintimidasi dengan ucapanmu barusan Yeshi, seolah olah kau sedang menuduhku yang tidak tidak." Ucap Rebecca mengusap keringat di dahinya.
" Kau terlihat berkeringat Mbak." Ucap Yeshi tersenyum simpul.
" Sudahlah Yeshi, aku dan Tian mau istirahat. Kau bisa pergi dari sini!" Usir Rebecca.
" Baiklah aku akan pergi." Ucap Yeshi.
" Selamat tinggal Mas, maaf jika aku pernah menorehkan luka di hatimu. Ijinkan aku meninggalkan perasaan ini bersamamu di sini. Aku harap kau tidak lagi menemuiku dalam mimpi ataupun angan angan saja. Aku akan mencoba mengikhlaskanmu kembali pada tempatmu yang seharusnya. Terima kasih telah menemaniku merajut kenangan indah bersamamu. Aku pergi."
Setelah mengatakan itu Yeshi berlari meninggalkan rumah Tian masuk ke mobilnya. Rean segera menyusulnya.
" Kau baik baik saja Yesh?" Tanya Rena mendekati Yeshi yang duduk di samping kemudi.
" Rean hiks... " Yeshi memeluk Rean dengan erat.
" Sabar Yeshi! Mungkin awalnya memng berat tapi percayalah! Semua akan indah pada waktunya. Yakinlah jika kalian memang jodoh, kalian akan bersatu. Entah bagaimana cara Tuhan mempersatukan kalian." Ujar Rean mengelus punggung Yeshi.
" Aku tidak tahu apakah aku bisa bersatu dengan Mas Tian atau tidak Yan. Yang jelas saat ini hatiku hancur. Hidupku hancur tanpa Mas Tian... Ya Tuhan.... Bantu aku melupakan dan mengikhlaskan Mas Tian ya Rob. Aku mohon bantu aku! " Batin Yeshi.
Mau pisah apa bersatu nih?
Tulis di kolom komentar ya..
TBC...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments
Ganuwa Gunawan
gemes aku sma s Rebec..
udah ngaku aja itu anak nya s Yoga..
aduh thor s Yoga apa s Yudha sih
2023-03-27
1
Erchapram
Menurutku untuk sementara lebih baik berpisah saja dulu. Biarkan Tian menemukan jawaban kenapa Rebecca kembali. Dan biar Yeshi ada waktu untuk menyelidiki semuanya. Lagipula jika nanti menikah kembali itu bakal lebih indah pernikahannya.
2023-01-24
2