Malam hari, Yeshi dan Tian duduk di meja makan. Makanan sudah tersaji di depan mereka namun tidak ada satupun yang menyentuhnya.
" Mas makan dulu! Mbak Rebeca pasti pulang. Dia tadi bilang sama aku kalau mau pulang malam setelah latihan menyetir." Ujar Yeshi.
" Aku khawatir sama Rebeca, selama ini dia tidak pernah kemana mana. Bagaimana kalau dia kenapa napa Yeshi? Aku tidak mau terjadi hal buruk padanya. Mana aku telepon nggak aktif lagi. Sebenarnya dia kemana coba." Ujar Tian membuat Yeshi cemburu.
" Dia pasti sedang bersenang senang sama temannya Mas, mending kita makan aja dulu ya." Ucap Yeshi.
" Kalau kamu sudah lapar, makanlah duluan. Aku akan menunggu Rebeca, mungkin sebentar lagi dia pulang." Sahut Tian menatap jam dinding yang menunjukkan pukul sembilan malam.
Yeshi menghela nafasnya. Ia memilih memainkan ponselnya daripada berdebat dengan Tian yang ujung ujungnya membuatnya sakit hati.
Tak lama setelah itu bel rumah berbunyi.
" Itu pasti Rebeca." Ucap Tian beranjak menuju pintu di ikuti Yeshi dari belakang.
Ceklek.....
Tian membuka pintunya tiba tiba..
Brugh...
Tubuh Rebeca terhuyung menabrak dada bidang Tian.
" Astaga Rebeca kau mabuk." Ucap Tian.
Tian segera menggendong Rebeca.
" Tian kepalaku pusing." Ucap Rebeca setengah mabuk.
" Yeshi, tolong buatkan air lemon untuk Rebeca." Titah Tian.
" Iya Mas." Sahut Yeshi.
Tian segera membawa Rebeca ke kamarnya. Ia merebahkan tubuh Rebeca di atas ranjang.
" Kenapa kamu bisa seperti sayang? Ini yang aku tidak suka dengan harta yang melimpah. Semua ini membuatmu terjerumus dalam kubangan dosa Rebeca. Lebih baik kita kembalikan saja harta yang Yeshi berikan padamu dan kita kembali hidup bahagia seperti dulu."
Deg...
Tubuh Yeshi mematung mendengar ucapan Tian. Hatinya terasa seperti di sayat sembilu.
" Kau bicara apa Tian... Aku tidak mau mengembalikan semua harta yang telah Yeshi berikan padaku.. Aku tidak mau hidup miskin." Racau Rebeca.
" Aku akan membawamu pulang besok pagi, kita akan tinggal di rumah kita sendiri. Aku tidak mau kau menjadi seperti ini Rebeca." Ujar Tian.
" Kalau kau mengembalikan hartanya apa kau mau menceraikannya?" Tanya Rebeca.
" Aku...." Tian menjeda ucapannya. Ia tidak tahu apa yang akan ia ucapkan.
" Sekarang istirahatlah! Kita bicarakan besok pagi saja." Ucap Tian mengelus elus kepala Rebeca.
" Kepalaku pusing Tian... Rasanya ingin muntah." Ucap Rebeca.
" Tunggu sebentar lagi! Yeshi akan membawa air lemon untukmu." Sahut Tian.
" Ini minumannya Mas." Yeshi memberikan segelas air lemon kepada Tian.
Tian menatap Yeshi yang menundukkan kepalanya.
" Yeshi kau...
" Berikan ini pada mbak Rebeca Mas! Aku ada urusan sebentar." Ujar Yeshi memotong ucapan Tian.
" Terima kasih." Ucap Tian.
" Sayang minumlah!" Tian membantu Rebeca meminumnya.
Yeshi keluar dari kamar Rebeca dengan perasaan terluka.
Ia masuk ke kamarnya lalu menguncinya. Ia membanting tubuhnya telungkup di atas ranjang.
" Hiks... Hiks... " Isak Yeshi mengeluarkan sesak di dadanya.
" Aku tidak sanggup menahan rasa sakit ini. Aku tidak sanggup... Hiks.. Rasanya sangat sakit sekali ya Tuhan... Inikah hukuman yang harus aku tanggung karena telah menjadi orang ketiga di antara mereka? Aku tidak menyangka jika ternyata hatiku rapuh akan cinta. Haruskah aku mundur dalam hubungan ini sebelum Mas Tian menceraikan aku? Ataukah aku harus bersabar menanti cinta Mas Tian untukku... Om Reno.... Aku membutuhkan bahumu untuk bersandar. Aku tidak sanggup menahan semua ini sendirian." Ucap Yeshi dalam tangisannya.
" Ini semua memang salahku, aku yang membuat mbak Rebeca menjadi seperti sekarang ini. Akulah penyebab semuanya. Aku penghancur kebahagiaan mereka. Sebelum semuanya terlalu jauh, lebih baik aku akhiri saja hubungan ini." Yeshi mengusap air matanya.
" Aku akan menelepon om Reno dan memberitahunya." Yeshi mengambil ponselnya. Ia segera menelepon tuan Reno.
Telepon tersambung namun Yeshi malah mematikannya.
" Tidak tidak.. Aku tidak boleh lemah! Aku tidak boleh menyerah! Aku akan mencoba lebih bersabar lagi. Ini sudah menjadi keputusanku, ini jalan hidupku." Ujar Yeshi.
" Tapi jika aku tidak mengakhirinya, aku akan merasakan rasa sakit yang lebih dalam dari ini. Ya Tuhan apa yang harus aku lakukan? Tolong berikan petunjukmu ya Rob." Ucap Yeshi.
Tidak mau terlarut dalam kesedihannya, Yeshi pun memejamkan matanya.
Di dalam kamar Rebeca, Tian nampak bimbang dengan perasaannya.
" Apa Yeshi mendengar semua ucapanku ya? Aku tidak sadar telah menyakiti perasaannya. Ya Tuhan... Kenapa aku malah berkata seperti itu sih. Kenapa sangat sulit untuk bersikap adil pada mereka berdua? Tolong bantu aku ya Rob.... " Monolog Tian.
" Aku harus meminta maaf padanya." Ucap Tian beranjak.
Tian menuju kamar Yeshi.
Ceklek ceklek..
" Di kunci." Gumam Tian mengerutkan keningnya.
" Itu artinya Yeshi mendengar ucapanku, dia pasti kecewa dan marah padaku. Aku akan meminta maaf padanya besok pagi." Ujar Tian kembali ke kamar Rebeca.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Pagi hari Yeshi bangun lebih awal. Ia memasak sarapan untuk Tian dan Rebeca karena ia berencana mengunjungi tuan Reno pagi ini. Selesai memasak, Yeshi kembali ke kamarnya menyiapkan baju ganti untuk Tian. Tak lupa ia meninggalkan memo untuk Tian di atas baju ganti.
Selesai ia mandi, ia keluar menuju parkiran. Ia melajukan mobilnya menuju rumah tuan Reno. Sesampainya di sana ia segera masuk ke dalam menuju kamarnya.
Di dalam kamar Rebeca, Rebeca mengerjapkan matanya. Ia duduk bersandar pada headboard sambil memegangi kepalanya yang terasa pusing. Ia mengerutkan keningnya saat melihat Tian yang duduk di sofa di samping ranjangnya.
" Jam berapa ini? Kenapa Tian belum bangun?" Gumam Rebeca.
Rebeca melihat jam dinding yang menunjukkan pukul tujuh pagi.
" Astaga Tian terlambat kerja." Ujar Rebeca.
" Tian bangun!" Rebeca mengguncang pelan bahu Tian.
" Tian bangun! Ini sudah jam tujuh." Ucap Rebeca sontak membuat Tian kaget.
" Apa? Jam tujuh?" Pekik Tian. Tian segera beranjak.
" Siapkan baju gantiku! Aku mau mandi dulu." Ucap Tian.
" Kepalaku pusing Tian, mending kamu suruh Yeshi aja deh. Lagian kenapa Yeshi tidak membangunkanmu sih." Sahut Rebeca.
Tidak mau mengulur waktu, Tian segera menuju kamar Yeshi.
Ceklek...
" Kok sepi ya? Kemana Yeshi?" Gumam Tian masuk ke dalam.
Matanya menangkap memo di atas baju ganti yang Yeshi letakkan di atas ranjang. Tian segera membacanya.
Aku pergi ke rumah Om Reno Mas. Mau pamitan sama kamu tapi kamunya lagi tidur. Baju ganti dan sarapan sudah siap. Semangat bekerja...
Tian tersenyum membacanya.
" Walaupun kau sudah tersakiti tapi kau masih menunaikan tugasmu sebagai istri. Maafkan aku Yeshi. Aku berjanji akan berusaha menerimamu sebagai istriku sepenuhnya. Semoga Tuhan memudahkan jalannya." Monolog Tian masuk ke dalam kamar mandi.
Selesai mandi Tian berangkat bekerja, saat hendak keluar ia teringat sarapan yang di buat oleh Yeshi. Ia masuk ke dapur menata makanan di tempat bekal.
" Aku akan sarapan di kantor. Terima kasih Yeshi kau selalu memudahkan urusanku." Ucap Tian tersenyum. Ia segera berangkat ke kantor.
Jam makan siang tiba tiba Tian ingin menelepon Yeshi. Ia mengambil ponselnya lalu meneleponnya.
" Halo Mas." Sapa Yeshi.
" Halo... " Ucap Tian.
Hening...
Tidak ada yang membuka obrolan. Tian tidak sanggup berkata apa apa. Malah jantungnya yang terasa berdebar debar.
" Maaf Mas aku sibuk."
Klik....
Yeshi mematikan sambungan teleponnya membuat Tian heran. Tidak biasanya Yeshi seperti itu ataupun hanya diam saja. Tian yakin jika Yeshi benar benar marah padanya.
" Aku akan minta maaf padanya nanti malam pulang kerja." Ucap Tian.
TBC....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments
Herma Wati
Salah sendiri knp Yeshi mau jadi istri kedua..... Percuma juga nangis.... dia sendiri yg mau
2024-11-12
0
Ganuwa Gunawan
ini s Rebec bini jenis apa yaaa
laki mau pergi kerja kok ga d urusin
saking demen nya tus Tian diem bae d perlakuin kya gitu ma s Rebec
2023-03-27
1
sella surya amanda
lanjut
2023-01-18
1