Setelah satu minggu di rawat di rumah sakit, hari ini Tian di perbolehkan pulang. Yeshi mendorong kursi rodanya masuk ke dalam rumah. Nampak Rebeca menuruni tangga menghampiri mereka.
" Ya Tuhan.... Kenapa kau bisa jadi begini Tian?" Ujar Rebeca berdiri di depan Tian.
" Sudah miskin, sekarang cacat lagi. Sial banget sih nasibku punya suami sepertimu." Cibir Rebeca menatap remeh Tian.
" Apa apaan kamu Mbak, jangan menghina Mas Tian seperti itu! Apa kau lupa, jika semua yang kau nikmati saat ini karena pengorbanan Mas Tian?" Sahut Yeshi tak terima suaminya di hina.
" Pengorbanan apa Yeshi? Harusnya dia berterima kasih padaku karena aku memberikan istri yang kaya, cantik dan baik hati sepertimu. Anggap saja semua yang di berikan padaku sebagai bentuk terima kasih darinya untukku." Ujar Rebeca.
" Ya kau benar Mbak, aku cantik, kaya raya, dan memiliki hati yang baik. Tapi sayangnya Mas Tian mencintaimu Mbak, bukan aku." Sahut Yeshi membuat hati Tian mencelos.
" Aku tidak membutuhkan cintanya lagi Yeshi, mending kamu bawa pergi aja suami tidak berguna itu."
Deg...
Jantung Tian terasa berhenti berdetak.
" Kenapa kau berubah seperti ini Rebeca? Apakah ini sifat aslimu yang sebenarnya? Aku tidak menyangka kau bisa melakukan semua ini padaku. Kau membuangku di saat kondisi ku tidak bisa apa apa seperti ini." Batin Tian.
" Kau mengusir kami Mbak?" Tanya Yeshi mendekati Rebeca.
" Ya, lagian siapa yang akan membayar biaya pengobatan Tian? Dia sudah tidak bisa bekerja Yeshi, kalau uangku di pakai untuk pengobatannya lama lama uangku akan habis. Aku tidak mau sampai itu terjadi. Sama aja aku menanggung biaya hidup kalian." Ujar Rebeca membuat Yeshi melongo tak percaya dengan ucapan Rebeca.
" Aku yang menanggung semua biaya pengobatan Mas Tian Mbak, aku akan kembali bekerja di perusahaanku. Aku akan menanggung biaya hidup kami berdua tanpa meminta uangmu sepersen pun. Tapi biarkan kami tinggal di sini." Ucap Yeshi.
" Tidak bisa." Sahut Rebeca.
" Mas Tian sangat mencintaimu Mbak, dia tidak bisa hidup jauh darimu. Lalu bagaimana kau bisa mengusirnya dari sini? Perlu kau tahu Mbak, sebelum aku tahu keadaan Mas Tian seperti ini, aku berjanji pada diriku sendiri untuk meninggalkannya. Aku akan mengembalikan Mas Tian padamu dan membiarkan kalian hidup bahagia. Aku berencana untuk mengakhiri pernikahanku dengan Mas Tian karena aku tahu Mas Tian hanya menginginkanmu. Tapi apa yang aku lihat saat ini? Kau wanita yang sangat di cintainya justru mencampakkannya setelah keadaan Mas Tian seperti ini? Kau menyia-nyiakan suami sebaik Mas Tian Mbak, kau akan menyesal suatu hari nanti." Ujar Yeshi memberi Rebeca pengertian.
" Aku tidak peduli Yeshi, bagiku uang dan harta lebih dari segalanya dari pada kasih sayang dan cinta. Aku sudah hidup dengannya selama dua tahun lamanya, dia selalu memberikan aku cinta dan kasih sayang. Tapi buktinya apa? Aku tidak bahagia hidup bersamanya." Ucap Rebeca.
" Stop Mbak! Kau sangat menyakiti hati Mas Tian. Baiklah kalau kau ingin aku membawa Mas Tian. Tenang saja! Aku akan membawanya bersamaku." Ujar Yeshi.
" Tapi ingat!" Sambung Yeshi menatap Rebeca.
" Sekali aku membawanya maka aku tidak akan pernah mengembalikannya padamu. Walaupun kau memintanya sekalipun, aku tidak akan memberikannya padamu. Kau sendiri yang membuangnya Mbak, aku harap kau tidak akan menyesali keputusanmu ini." Ucap Yeshi penuh penekanan.
" Tenang saja! Aku tidak akan memintanya darimu lagi. Sekarang pergilah dari sini!" Ucap Rebeca.
" Ijinkan aku mengemasi barang barang kami." Ujar Yeshi.
" Baiklah!" Sahut Rebeca kembali ke kamarnya.
Tian menatap punggung Rebeca dengan mata nanar. Tak terasa air mata menetes di pipinya. Yeshi yang melihat semua itu merasakan sakit dalam hatinya. Ia berpikir jika Tian tidak mau meninggalkan Rebeca.
Yeshi berjongkok di depan Tian. Dengan lembut ia mengusap air mata Tian.
" Jangan menangis Mas! Air matamu lebih berharga di banding Mbak Rebeca. Aku tahu ini sangat berat untukmu, tapi percayalah! Aku akan meringankan bebanmu saat ini, lupakan Mbak Rebeca dan fokus pada kesembuhanmu. Setelah kau sembuh nanti, aku akan mengantarmu ke sini. Kalian bisa hidup bahagia tanpa ada aku di tengah tengah kalian berdua." Ucap Yeshi menangkup wajah Tian.
Sebenarnya Yeshi menahan sesak di dadanya. Bagaimana bisa ia mengantar Tian ke rumah ini lagi suatu hari nanti? Apakah hatinya sanggup melihat kebahagiaan mereka?
" Aku mau berkemas dulu Mas."
Tanpa menunggu reaksi dari Tian, Yeshi berlari menaiki tangga menuju kamarnya. Ia masuk ke dalam lalu mengunci pintunya.
" Hiks... Hiks... " Isak Yeshi menyandarkan punggungnya pada pintu.
" Kenapa rasanya sesak sekali?" Yeshi memukul mukul dadanya sendiri. Ia berharap rasa sesaknya akan hilang.
" Aku harus merelakan Mas Tian dan melupakan cinta ini demi kebahagiaan Mas Tian. Aku yang menyebabkan semua ini terjadi. Jika saja aku tidak keras kepala menikahi Mas Tian, ini semua tidak akan terjadi. Mas Tian tidak akan kehilangan Mbak Rebeca, Mas Tian tidak akan mengalami kecelakaan hingga membuat keadaannya seperti sekarang ini. Maafkan aku Mas.. Hiks... hiks... " Yeshi terus menangis, ia menyalahkan dirinya sendiri atas apa yang terjadi kepada Tian.
Setelah merasa lebih baik, ia segera mengemas barang barangnya dan Tian. Tiga koper penuh berisi barang barang keduanya. Yeshi segera menelepon Rean untuk menjemputnya. Yeshi kembali ke bawah menemui Tian.
Yeshi berjongkok di depan Tian.
" Maaf Mas lama." Ucap Yeshi.
Tian menatap wajah Yeshi yang sembab. Ia mengusap wajah Yeshi, Yeshi memejamkan matanya.
Cup....
Yeshi membuka matanya dengan lebar sambil membuka mulutnya saat Tian mencium pipinya. Hatinya berdesir berasa ada ribuan kupu kupu menari di dalamnya.
Ia menatap Tian yang tersenyum kepadanya sambil menggelengkan kepala menunjuk matanya. Yeshi tersenyum manis membalasnya.
" Aku merasa sedih karena telah memisahkan kalian Mas, maafkan aku! Karena aku kau jadi berpisah dengan Mbak Rebeca." Ujar Yeshi.
Tian meminta ponsel Yeshi. Ia mengetikkan sesuatu di sana.
Jangan menyalahkan dirimu Yeshi, semua sudah menjadi takdir Tuhan. Aku ikhlas menerimanya.
Tak kuasa menahan rasa hari di hatinya tiba tiba Yeshi memeluk Tian.
" Hiks... Maafkan aku Mas!" Isak Yeshi.
" Semua ini terjadi karena aku, jika saja aku tidak memaksamu untuk menikahiku semua ini pasti tidak akan terjadi Mas. Hiks... Maaf jika cintaku menyakitkan. Maafkan aku." Ucap Yeshi.
Tian mengelus punggung Yeshi seolah memberikan kekuatan kepadanya. Tian melepas pelukannya, lalu ia mengusap air mata Yeshi sambil menggelengkan kepalanya.
" Baik Mas, aku tidak akan menangis lagi. Aku akan selalu tersenyum untuk menguatkanmu. Kita akan pindah ke rumahku, kita tinggal bersama om Reno dan putranya. Aku harap kau betah tinggal di sana Mas." Ucap Yeshi di balas anggukkan kepala oleh Tian.
Tak lama Rean datang menghampiri keduanya.
" Gimana? Apa udah siap sayang?" Tanya Rean merangkul pundak Yeshi.
Hati Tian memanas melihat semua itu.
" Apa sih Rean, jangan seperti ini! Apa kau tidak melihat bagaimana ekspresi suamiku itu hmm?" Ujar Yeshi menunjuk Tian.
" Aku lebih berhak atasnu daripada dia sayangku." Ucap Rean mencubit pelan kedua pipinya.
" Sakit Rean, rese' lo!" Cibir Yeshi menarik rambut Rean.
" Aw sakit Yeshi." Pekik Rean.
" Nggak usah manja, bawakan koperku ke mobil. Kopernya ada di kamar utama." Ujar Yeshi.
" Baiklah sayang, aku akan melakukan apapun perintahmu." Sahut Rean menaiki anak tangga.
" Dasar payah!" Gumam Yeshi.
Yeshi menatap Tian yang menampakkan wajah tidak sukanya.
" Jangan salah paham Mas! Dia Rean, anak dari om Reno." Ucap Yeshi.
Entah mengapa mendengar itu hati Tian menjadi lega. Tian tersenyum di balas senyuman oleh Yeshi.
" Entah mengapa aku merasa kau memiliki rasa untukku Mas. Semoga apa yang pikirkan ini benar." Batin Yeshi.
Setelah barang barang masuk ke mobil, mereka segera pergi dari rumah itu. Rean melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang menuju rumahnya.
" Selamat tinggal Rebeca, semoga kau bahagia dengan keputusanmu ini. Terima kasih telah memberikan aku pelajaran yang sangat berharga ini. Aku tidak akan membencimu, aku masih mencintaimu. Semoga kau bisa menyadari seberapa besar cinta ini untukmu, dan di saat kau menyadarinya rasa ini sudah hilang dari hatiku." Ujar Tian dalam hati.
Gimana kelanjutannya? Tunggu di bab bab selanjutnya..
Tekan like untuk mendukung karya author..
Terima kasih..
TBC...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments
Ganuwa Gunawan
moga moga aja tuh s Rebec kga nyesel udah ngusir s Tian ama s Yesi...
2023-03-27
1