Jam makan siang Yeshi segera keluar dari kantornya menuju parkiran mobilnya. Saat ia hendak membuka pintu, ia menatap resto di sebrang jalan.
" Aku ingin makan ayam lada hitam, aku beli dulu deh." Gumam Yeshi menutup kembali mobilnya
Yeshi berjalan menyebrangi jalan menuju resto xx. Sesampainya di sana ia segera memesan ayam lada hitam dua porsi. Sambil menunggu Ia duduk di kursi sambil memainkan ponselnya.
" Yeshi."
Yeshi menoleh ke belakang.
" Mbak Rebeca." Ucap Yeshi menatap Rebeca dan Yoga yang berdiri di depannya.
Rebeca duduk di depan Yeshi di ikuti Yoga.
" Kamu mulai bekerja?" Tanya Rebeca.
" Ya." Sahut Yeshi.
" Kasihan sekali kamu Yesh, setelah menikah kamu harus kembali bekerja demi menghidupi suami yang tidak berguna itu..
Brak..
Yeshi menggebrak meja membuat tatapan semua orang tertuju pada mereka.
" Sudah aku bilang jangan menghina suamiku seperti itu! Jangankan menghina suamiku, menghinaku saja kau tidak di perbolehkan mbak Rebeca. Kalau kau tidak suka dengan Mas Tian, kenapa kau tidak berpisah saja darinya dan menikah dengan Yoga." Ucap Yeshi melirik Yoga.
" Ya kau benar. Aku memang mau berpisah dari Tian, aku akan segera mengurus surat perpisahan. Untuk apa aku hidup bersama pria lumpuh itu? Menyusahkan saja." Ujar Rebeca.
Jantung Yeshi berdetak sangat kencang.
" Apa yang aku katakan ya Rob... Perpisahan? Mbak Rebeca mau berpisah dari Mas Tian? Bagaimana dengan perasaan Mas Tian? Dia pasti akan sangat hancur. Terapi baru saja akan di mulai, aku tidak mau pikiran Mas Tian terpengaruh akan hal ini. Aku harus membuat mbak Rebeca menunda perpisahannya." Ujar Yeshi dalam hati.
" Jangan sekarang Mbak! Biarkan Mas Tian fokus pada pengobatannya, kau bisa menceraikan Mas Tian setelah Mas Tian sembuh nanti. Aku tidak mau perpisahan kalian mempengaruhi kesehatan Mas Tian." Ujar Yeshi menatap Rebeca.
" Tapi aku sudah tidak mencintainya Yeshi, aku mau menikah dengan Yudha secepatnya." Sahut Rebeca.
" Mbak tolong mengertilah! Setidaknya berikan sedikit saja rasa iba kepada Mas Tian dengan kondisinya saat ini. Dia butuh semangat dan dukungan kuat untuk sembuh dari sakitnya. Kau tidak mau kan melihat Mas Tian lumpuh seumur hidup?" Tanya Yeshi menatap Rebeca.
" Mau dia lumpuh atau mati sekalipun, itu tidak berpengaruh sama sekali untukku Yeshi. Kau lakukan saja apa yang ingin kau lakukan dan aku juga akan melakukan apa yang ingin aku lakukan. Kau tidak bisa mengatur kehidupan seseorang. Aku akan segera mengurus perpisahan kami. Tugasmu membuat Tian mau menandatangi surat itu. Aku sudah bosan hidup dengannya." Ujar Rebeca tanpa perasaan.
" Aku tidak menyangka kau bisa setega ini sama Mas Tian Mbak, kau akan menyesali perbuatanmu ini." Ucap Yeshi.
Yeshi menatap Yoga.
" Yoga seperti inikah wanita yang ingin kau jadikan pendamping hidupmu? Bagaimana jika suatu saat nanti kau berada pada posisi yang sama dengan Mas Tian saat ini? Aku yakin mbak Rebeca pasti akan meninggalkanmu."
" Yeshi!!!" Bentak Rebeca.
" Jaga batasanmu! Kau tidak...
" Batasan mana yang telah aku lewati Mbak?" Tanya Yeshi menatap tajam ke arah Rebeca.
" Bukankah semua yang aku ucapkan benar? Memang apa yang kau cari dari seorang Yoga? Uangnya kan?" Pertanyaan Yeshi membungkam mulut Rebeca.
" Roda kehidupan berputar Mbak, saat ini memang Mas Tian tidak punya apa apa. Tapi akan aku buat Mas Tian jauh lebih dari segalanya dari Yudha. Itu janjiku padamu." Ucap Yeshi menunjuk wajah Rebeca
" Dan saat itu terjadi aku harap kau tidak tertarik kembali pada Mas Tian, karena Mas Tian milikku. Hanya akan menjadi milikku." Ucap Yeshi penuh penekanan.
" Nona Yeshi, ini pesanannya." Seorang waitres memberikan satu kantong plastik kepada Yeshi.
" Thank you." Ucap Yeshi berlalu dari sana.
Rebeca menatap kesal kepergian Yeshi.
" Arghhh." Teriak Rebeca menarik kasar rambutnya. Ia tidak peduli dengan tatapan semua orang yang saat ini sedang menatapnya.
" aku mau pulang." Ucap Rebeca keluar dari resto di ikuti Yudha dari belakang.
" Sabar sayang! Jangan pedulikan ucapan Yeshi. Yeshi memang begitu orangnya, tapi sebenarnya dia berhati baik kok." Ucap Yoga.
Rebeca menghentikan langkahnya. Ia menatap tajam ke arah Yoga.
" Apa kau menyukainya?" Selidik Rebeca.
" Ya, aku menyukainya karena dia temanku." Sahut Rebeca.
" Hanya itu? Atau kau juga mencintainya?" Rebeca bertanya lagi.
" Saat ini aku hanya mencintaimu dan ingin memilikimu sayang." Ujar Yoga mengelus pipi Rebeca.
" Terima kasih sayang." Ucap Rebeca memeluk pinggang Yoga.
" Ayo kita pulang, kita habiskan waktu berdua sayang." Ucap Yoga mencium pipi Rebeca.
Keduanya berjalan menuju mobil.
" Aku memang mencintai Yeshi, tapi dia terlalu tinggi untuk aku gapai. Andai kau tahu jika aku tidak ada apa apanya di banding Yeshi, kau pasti akan meninggalkan aku. Perusahaan yang aku pimpin saat ini saja di bawah naungan perusahaan Yeshi. Hidupku bergantung pada kemurahan hatinya, jika kau membuat masalah dan membuat Yeshi menghancurkan perusahaanku maka matilah aku. Niatku hanya bersenang senang saja denganmu Rebeca." Batin Yoga tersenyum smirk.
Yeshi masuk ke dalam mobil, ia menutup pintunya dengan kesal.
" Heran aku sama manusia satu itu. Bisa bisanya bicara seperti itu. Benar benar tidak punya hati. Hah.. Membuatku bimbang saja. Di sisi lain aku senang jika mereka berpisah, itu artinya Mas Tian akan menjadi milikku sepenuhnya. Tapi di sisi lain, aku memikirkan perasaan Mas Tian. Mas Tian sangat mencintai mbak Rebeca, kalau dia tahu mbak Rebeca menceraikannya, apa jadinya? Dia pasti akan menyalahkan aku, karena semua ini terjadi sejak kedatanganku." Ujar Yeshi menarik rambutnya kasar.
" Ya Tuhan... Apa yang harus aku lakukan? Kenapa aku di posisi sulit seperti ini? Kau harus kuat Yeshi.... Kau harus memberikan yang terbaik untuk Mas Tian. Semangat Yeshi!!! Mending sekarang kau pulang, suamimu sudah menunggumu di rumah." Ujar Yeshi.
Yeahi melajukan mobilnya menuju rumahnya. Sesampainya di rumah Ia segera menata makanan lalu menuju kamarnya.
Ceklek....
Yeshi membuka pintunya, Ia menatap Tian yang sedang duduk di kursi rodanya menghadap jendela. Sepertinya Tian tidak mendengar ia membuka pintu.
" Siang Mas." Sapa Yeshi masuk ke dalam.
Tian memutar kursi rodanya, ia tersenyum menatap Yeshi sambil menganggukkan kepalanya.
" Saatnya makan siang Mas." Ucap Yeshi duduk di tepi ranjang.
" Kamu minum dulu! Nanti baru aku suapi." Ujar Yeshi memberikan segelas air putih pada Tian.
Tian meminumnya separuh gelas.
" Sekarang makan dulu baru minum obat, a'." Yeshi menyodorkan sesendok makanan ke mulut Tian.
Dengan perasaan senang, Tian menerima suapan demi suapan yang Yeshi berikan. Selesai makan Tian segera meminum obatnya.
" Buang air kecil dulu Mas, terus istirahat ya." Ujar Yeshi di balas anggukkan kepala oleh Tian.
Yeshi membantu Tian ke kamar mandi, setelah selesai ia membantu Tian berbaring di atas ranjang.
" Istirahatlah Mas! Aku mau makan terus mau kembali ke kantor. Nanti kalau kamu bangun aku belum pulang, kamu tetaplah di sini. Kalau mau ke kamar mandi, kamu minta bantuan bisa Sari ya. Kamu tinggal telepon bi Sari, bi Sari pasti akan langsung ke sini." Ujar Yeshi menyelimuti Tian sampai ke batas kaki.
Tian menganggukkan kepalanya. Tian menatap Yeshi yang keluar dari kamar.
" Terima kasih telah merawatku dengan baik." Batin Tian.
TBC....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments
Ganuwa Gunawan
ini baru istri solehah..
setia dalam suka dan duka..
jng mau nya suka nta doang..giliran lgi susah mh d tinggalin
2023-03-27
1