Satu bulan berlalu, kini hubungan Yeshi dan Tian semakin dekat. Terapi Tian mulai membuahkan hasil, Tian bisa berdiri walau hanya sebentar saja tapi untuk melangkah dia belum bisa.
Seperti pagi ini, Tian mencoba pindah dari kursi roda ke ranjangnya dengan di awasi Yeshi yang berdiri di sampingnya.
" Hati hati Mas! Pelan pelan saja jangan di paksakan!" Ujar Yeshi di balas anggukkan kepala oleh Yeshi.
Tian mulai berdiri dengan kedua kakinya, saat ia hendak melangkah tiba tiba tubuhnya terhuyung ke depan.
" Mas." Pekik Yeshi menahan tubuh Tian namun ia tidak kuasa sampai....
Brugh...
Cup...
Keduanya jatuh ke ranjang dengan posisi Tian menindih tubuh Yeshi dan bibirnya tepat menempel di bibir Yeshi. Yeshi melotot menatap mata Tian begitupun sebaliknya.
Deg deg deg..
Jantung keduanya berdetak sangat kencang.
" Ya Tuhan bibir ini... Begitu lembut dan kenyal. Jantungku serasa mau copot." Batin Yeshi.
" Jantungku rasanya berdesir seperti ada ribuan kupu kupu yang beterbangan di dalam sini. Apa ini yang di namakan puber kedua? Aku jatuh cinta lagi pada orang yang berbeda. Yeshi.. Kau harus bertanggung jawab karena telah mencuri hati dan cintaku. Aku ingin cepat cepat sembuh agar aku bisa mengatakannya padamu." Batin Tian.
" Mas kau berat." Ucap Yeshi membuat Tian tersadar dari lamunannya.
Tian mencoba menggeser tubuhnya walau kesusahan. Yeshi membantunya naik ke atas ranjang. Tian duduk bersandar pada tumpukkan bantal.
Yeshi duduk sering menghadap Tian di tepi ranjang. Ia menatap Tian yang saat ini sedang menatapnya juga.
" Mas sebenarnya ada yang aku sembunyikan darimu." Ucap Yeshi.
Tian mengerutkan keningnya.
Yeshi mengambil sebuah stopmap dari laci lalu memberikannya kepada Tian.
" Ini surat perpisahan dari mbak Rebeca Mas."
Deg...
Jantung Tian berdetak sangat kencang.
" Sebenarnya mbak Rebeca mengirimnya satu bulan yang lalu, tapi aku menyimpannya. Aku tidak mau menyakiti hatimu Mas, apalagi keadaanmu saat itu tidak memungkinkan. Aku tidak mau kamu kepikiran masalah ini dan tidak fokus sama terapimu. Sampai tadi malam mbak Rebeca meneleponku dan marah marah padaku saat aku memberitahunya jika berkas ini belum sampai ke tanganmu. Aku minta maaf Mas! Dengan terpaksa aku harus memberikan berkas ini padamu sekarang." Terang Yeshi.
Tian membuka berkas itu lalu membacanya.
" Mbak Rebeca bilang, kau harus menandatanginya Mas karena mbak Rebeca akan segera menikah dengan Yoga." Lirih Yeshi.
" Tidak ku sangka kau benar benar membuangku Rebeca. Aku akan menuruti apa yang ku inginkan." Batin Tian.
" Apa kau mau menandatanganinya Mas? Kalau tidak, aku akan membujuk mbak Rebeca supaya dia tidak jadi menceraikanmu." Ujar Yeshi.
Tian diam tidak bergeming. Yeshi menyimpulkan jika Tian tidak mau menandatanganinya.
" Baiklah tidak usah di tanda tangani, aku akan menelepon mbak Rebeca dan membujuknya." Ucap Yeshi meminta berkas itu kembali. Namun siapa sangka jika Tian mengambil pena lalu membubuhkan tanda tangannya di sana.
" Mas apa kamu sadar dengan apa yang kamu lakukan?" Tanya Yeshi menatap Tian.
Tian menganggukkan kepalanya.
" Apa kau sudah memikirkan semua ini dengan matang? Jangan sampai kau menyesali keputusanmu ini Mas." Ujar Yeshi.
Tian menggelengkan kepalanya.
" Baiklah kalau begitu, aku akan mengantar berkas ini ke rumah mbak Rebeca." Ujar Yeshi.
Tok tok...
Pintu kamar Yeshi di ketuk dari luar.
" Masuk." Ucap Yeshi.
Ceklek...
Pintu terbuka menampilkan bi Sari yang berdiri di sana.
" Maaf Non, ada mbak Rebeca di bawah. Katanya beliau ingin menemui Den Tian." Ucap bi Sari
" Suruh dia tunggu sebentar Bi, kami akan segera turun." Ucap Yeshi.
" Baik Non." Sahut bi Sari undur diri.
" Mungkin mbak Rebeca mau mengambil berkasnya Mas, ayo kita turun!" Ujar Yeshi di balas anggukkan kepala oleh Tian.
Keduanya turun ke bawah menggunakan lift. Yeshi mendorong kursi roda Tian menuju ruang tamu. Di sana nampak Rebeca sedang duduk sendiri.
" Tian." Ucap Rebeca menghampiri Tian.
" Mbak ini berkas yang kau minta, Mas Tian sudah menandatanganinya." Ucap Yeshi memberikan stopmap itu kepada Rebeca.
Rebeca menerimanya lalu...
Srek...
Rebeca menyobeknya membuat Yeshi dan Tian terkejut.
" Mbak kenapa di sobek? Apa kau berubah pikiran?" Tanya Yeshi menatap Rebeca.
" Kenapa kalau aku berubah pikiran Yeshi? Apa kau tidak senang melihatnya? Kau ingin menguasai Tian sepenuhnya?" Tanya Rebeca menatap tajam ke arah Yeshi.
" Bukan begitu Mbak, aku malah senang kalau kau berubah pikiran. Setidaknya Mas Tian tidak akan kehilanganmu." Ujar Yeshi.
" Ya Tian tidak akan kehilanganku tapi kau yang akan kehilangannya."
Deg...
Jantung Yeshi terasa berhenti berdetak.
" Apa maksudmu Mbak?" Tanya Yeshi mengerutkan keningnya.
" Aku telah mengembalikan semua yang kau berikan padaku Yeshi, dan aku akan mengambil Tian kembali darimu." Ucap Rebeca.
" Tidak bisa! Kau sudah membuang Mas Tian selama ini Mbak. Dan aku sudah pernah bilang padamu kalau aku tidak akan membiarkan kau mengambil Mas Tian dariku begitu saja. Lalu apa yang coba kau tunjukkan sekarang? Kau ingin mengambil Mas Tian dariku dan mengembalikan semua yang aku berikan padamu? Apa kau yakin akan hal itu Mbak? Bukankah kau lebih memilih uang daripada suamimu sendiri?" Serang Yeshi.
" Selama satu bulan ini aku merenungi kesalahanku Yeshi. Aku mengaku salah, aku khilaf, aku egois dan aku berniat ingin memperbaiki hubunganku dengan Tian. Apalagi ada seseorang yang sangat membutuhkan Tian di sampingku." Ucap Rebeca.
" Siapa dia?" Tanya Yeshi.
" Anak kami."
Jeduarrr.....
Bagai di sambar petir di siang bolong, Yeshi benar benar sangat terkejut mendengar ucapan Rebeca.
" Anak kalian? Anak yang mana Mbak?" Tanya Yeshi memastikan.
" Anak dalam kandunganku." Sahut Rebeca membuat Yeahi lebih terkejut lagi.
" Kau hamil?" Tanya Yeshi lagi.
" Ya aku hamil dua bulan, dan ini anak Tian. Aku ingin kami hidup bahagia bersama anak kami nanti. Aku tidak peduli walaupun kami akan hidup susah. Yang jelas anak ini membutuhkan kasih sayang ayahnya Yeshi." Ucap Rebeca.
" Dua bulan? Aku terakhir menyentuh Rebeca dua bulan yang lalu. Ya Tuhan apa yang sedang kau tunjukkan padaku? Di saat aku ingin hidup berdua bersama Yeshi kau malah mengembalikan Rebeca padaku. Apakah memang kami bertiga di takdirkan untuk bersama?" Batin Tian.
" Sekarang aku minta kemasi barang barang Tian, aku akan membawanya ke rumahku. Oh ya aku sudah mengembalikan semua yang kau berikan padaku kepada sepupuku itu. Jadi aku sudah tidak punya hutang padamu lagi. Aku akan mengirimkan surat perpisahan kalian berdua secepatnya." Ucap Rebeca.
Tubuh Yeshi nampak lemas. Ingin rasanya ia menangis meraung raung saat itu juga. Ia menatap Tian begitupun sebaliknya. Ada rasa sedih yang mendalam di dalam hati keduanya.
" Ayo Tian! Kita harus kembali ke rumah kita dan memulai hidup baru di sana. Aku sudah memesan taksi di bawah, dan kau Yeshi. Kirimkan barang barang Tian ke rumah lama kami." Ucap Rebeca.
Rebeca membantu Tian naik ke atas ranjang. Ia mendorong kursi roda Tian meninggalkan kamar Yeshi. Yeshi menatap kepergian Tian dengan berurai air mata.
" Hiks... Ya Tuhan... Kenapa semua terjadi begini? Kenapa kau memberikan cobaan bertubi tubi padaku? Di saat aku ingin bahagia hidup bersama Mas Tian, kau justru mengambilnya dariku. Hiks... Apa yang harus aku lakukan tanpamu Mas... Kenapa kau tidak menolaknya, kenapa kau tidak membawaku bersamamu? Jika saja ada sedikit rasa untukku di dalam hatimu, kau pasti tidak akan membiarkan Rebeca membawamu pergi begitu saja. Sikap diammu membuatku yakin kalau kau tidak memiliki perasaan apa apa padaku." Tubuh Yeshi luruh ke lantai. Air mata meleleh membasahi pipinya mrluapkan kesedihan yang sedang ia rasakan saat ini.
TBC.....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments
Ganuwa Gunawan
wah s Rebec tekdung anak nya s Yoga...
tapi knp minta balikan m Tian..
wah jng jng s Rebec d tinggalin ma s Yoga..
2023-03-27
1