Sesampainya di rumah Yeshi, ia masuk ke dalam sambil mendorong kursi roda Tian di ikuti Rean dari belakang membawakan koper mereka. Tuan Reno menyambut mereka dengan tangan terbuka.
" Selamat datang sayang, selamat datang Tian. Semoga kau betah tinggal bersama kami di sini." Ucap tuan Reno hangat.
Tian menganggukkan kepala lalu menyalaminya dengan takzim seolah mengucapkan terima kasih pada tuan Reno.
" Semoga kalian bahagia." Ucap tuan Reno.
" Amin, terima kasih Om." Ucap Yeshi.
" Om sudah memasang lift untuk sampai ke lantai atas, jadi kalian tidak perlu repot pindah ke kamar bawah." Ujar tuan Reno.
" Terima kasih Om, Kau memang Om terbaik di dunia ini." Ucap Yeshi tersenyum lebar menatap tuan Reno.
Ya rencananya Yeshi mau pindah di kamar tamu yang ada di lantai bawah, karena tidak mungkin ia mendorong kursi roda menaiki tangga untuk sampai ke kamarnya. Hingga akhirnya tuan Reno memasang lift.
" Mas kamu mau duduk di sini dulu apa mau langsung istirahat di kamar?" Tanya Yeshi menatap Tian.
" Di sini?" Tian menganggukkan kepalanya.
" Baiklah, aku akan membawamu keliling rumah ini. Biar kau tidak tersesat saat berjalan jalan sendiri nanti. Karena mulai besok aku harus bekerja memimpin perusahaan." Ujar Yeshi.
Tian mencekal tangan Yeshi sambil menatapnya. Ia memejamkan matanya seolah meminta maaf pada Yeshi. Karena dia, Yeshi jadi harus bekerja.
" Tidak usah di pikirkan Mas! Jalani saja dengan semangat dan ikhlas Mas. Semua pasti akan terasa mudah. Kewajiban seorang istri adalah membantu suaminya di saat susah seperti ini. Walaupun aku hanya istri keduamu tapi aku akan selalu mengurus dan mendampingimu bagaimanapun keadaanmu sampai kau sendiri tidak menginginkan kehadiranku." Ujar Yeshi membuat Tian terharu. Ia hanya bisa menundukkan kepala tanpa bisa menatap mata Yeshi.
" Om aku keliling rumah dulu ya." Ucap Yeshi menatap tuan Reno.
" Silahkan sayang." Sahut tuan Reno.
Yeshi mendorong kursi roda Tian membawa Tian berkeliling rumah. Sampai di taman belakang, Yeshi berhenti di sana. Ia duduk di atas batu di depan Tian.
" Besok kalau kamu bosan, kamu bisa ke sini Mas. Sebelum aku berangkat kerja, aku akan menyiapkan semua keperluanmu. Jam makan siang aku akan pulang menyiapkan makan siang untukmu, dan aku pulang jam empat sore. Akan aku usahakan untuk tidak lembur supaya aku bisa memandikanmu dan menyiapkan makan malammu." Ujar Yeshi menatap Tian.
Tian menganggukkan kepalanya.
" Oh ya, aku sudah membuat jadwal terapi dengan dokter Richard, kita akan terapi tiga kali dalam satu minggu. kamu tidak keberatan kan?" Tanya Yeshi.
Tian menggelengkan kepala.
" Syukurlah kalau begitu." Ujar Yeshi.
" Sekarang kita ke kamar ya, istirahat! Aku merasa lelah banget Mas." Lagi lagi Tian membalasnya dengan anggukkan kepala.
Yeshi membawa Tian ke kamarnya. Mereka masuk ke dalam, Tian memindai seisi kamar Yeshi yang ternyata jauh lebih besar dari kamar utama di rumah Yeshi yang di berikan kepada Rebeca. Penataan tempat yang bagus membuat kamar Yeshi nampak indah.
" Aku bantu berbaring Mas."
Yeshi membantu Tian membaringkan tubuhnya di atas ranjang.
" Istirahatlah Mas! Aku akan membangunkanmu saat makan siang nanti." Ujar Yeshi.
Saat Yeshi hendak pergi, Tian mencekal tangannya. Ia menggelengkan kepalanya seolah Yeshi tidak boleh pergi darinya. Tian menepuk ranjang di sisi sampingnya, Yeshi tersenyum mengerti akan kode yang Tian berikan padanya.
" Baiklah, aku tidak akan kemana mana. Biar bi Sari saja yang memasak makan siang untuk kita." Ujar Yeshi.
Yeshi naik ke atas ranjang, ia berbaring miring di samping Tian. Ia menatap wajah Tian yang nampak berseri. Satu kata untuk Tian, sempurna.
Tian pun menatap Yeshi dengan perasaan tak menentu.
" Yeshi menatapku seperti itu, membuatku jadi salah tingkah aja. Entah kenapa tatapannya sangat meneduhkan hatiku. Aku sangat bersyukur memiliki istri sepertimu Yeshi. Kau anugerah Tuhan yang terindah untukku. Ketulusanmu sangat murni Yeshi. Semoga aku bisa mencintaimu dengan sepenuh hatiku tanpa adanya Rebeca di dalam hatiku." Batin Tian.
" Jangan menatapku begitu Mas! Nanti kamu jatuh cinta lhoh. Kalau kamu jatuh cinta, kamu akan bingung memilih antara aku dan mbak Rebeca. Akan lebih baik kalau kamu tidak memiliki perasaan apa apa padaku seperti sekarang ini. Karena setelah kau sembuh nanti aku harus mengantarmu pada mbak Rebeca kan. Aku berharap semoga kalian hidup bahagia Mas,dan tidak kan ada lagi Yeshi Yeshi yang lainnya." Ujar Yeshi menahan sesak di dadanya.
Tian menggenggam tangan Yeshi. Sepertinya ia hendak mengatakan sesuatu padanya.
" Aku mau istirahat Mas." Ucap Yeshi memunggungi Tian.
" Andai kamu tahu Yeshi, hati ini pasti akan memilihmu daripada Rebeca. Tapi aku tidak tahu apa yang akan terjadi kedepannya. Aku hanya bisa berdoa semoga kita selalu bersama." Batin Tian.
Yeshi menahan tangisnya dalam diam.
" Aku bisa berkata seperti itu di bibir, tapi hatiku tidak mengijinkannya. Entah kenapa aku ingin menuruti egoku untuk memilikimu sepenuhnya Mas. Tapi aku harus sadar, jika cintamu bukan untukku. Aku hanya orang ketiga yang tidak kau inginkan. Selamanya aku akan menjadi orang ketiga. Aku harus kuat! Aku serahkan semuanya pada takdir Tuhan. Jika memang kami berjodoh, maka kami akan selalu bersama. Jika memang kami di takdir kan hidup bertiga, aku berdoa semoga kami selalu bahagia." Ujar Yeshi dalam hati.
Tak lama Tian mengguncang bahunya dengan pelan. Yeshi membalikkan tubuhnya menghadap Tian.
" Kau butuh apa Mas? Mau ke kamar mandi?" Tanya Yeshi di balas anggukkan kepala oleh Tian.
" Ayo!" Yeshi turun dari ranjang.
Yeshi membantu Tian ke kamar mandi. Tanpa malu ia melepas celana Tian lalu membantunya buang air kecil. Setelah selesai, ia kembali membaringkan Tian ke atas ranjang.
Tian duduk bersandar pada headboard, ia meminta ponsel pada Yeshi, Yeshi segera memberikannya. Nampak Tian menuliskan sesuatu, lalu menunjukkannya pada Yeshi.
Jangan bersedih ataupun menangis lagi! Aku akan merasa sangat bersalah jika melihatmu seperti itu. Aku merasa menjadi beban dalam hidupmu Yeshi. Aku mohon jangan bersedih lagi! Aku tidak sanggup melihatnya.
Yeshi menatap Tian dengan mata berkaca kaca.
" Maaf Mas, aku tidak bermaksud begitu. Aku hanya sedih membayangkan saat aku mengantarmu kembali kepada mbak Rebeca. Aku tidak tahu, apa aku sanggup atau tidak melakukannya. Aku benar benar mencintaimu Mas dan aku ingin selalu bersamamu. Tapi aku tidak bisa egois, aku tidak mau membuatmu lebih menderita lagi dari sekarang. Aku ingin kau hidup bahagia walaupun kenyataannya kebahagiaanmu bukan bersamaku." Ucap Yeshi mengusap air matanya.
" Tapi kau tenang saja Mas! Mulai hari ini aku tidak akan bersedih lagi. Aku harus kuat demi menguatkanmu. Sekarang aku akan mengambilkan makan siang untukmu, kita makan siang di sini saja ya Mas." Ujar Yeshi mencoba untuk tersenyum.
Tian tersenyum menatap Yeshi.
" Kau memang wanita yang baik Yeshi, semoga aku bisa membahagiakanmu. Aku akan memberikanmu kejutan saat aku sudah sembuh nanti. Semoga kau senang dengan kejutanku nanti." Ucap Tian dalam hati.
Yeshi keluar dari kamarnya menuju dapur. Ia mengambil makanan untuk makan siang mereka berdua. Setelah selesai, ia kembali ke kamar dengan nampan berisi makanan di tangannya.
" Makan dulu Mas." Ucap Yeshi duduk sering menghadap Tian di tepi ranjang.
" A' "
Yeshi menyuapi Tian dengan telaten. Tian mengunyah makanan sambil terus menatap Yeshi.
" Mas jangan menatapku seperti itu! Aku jadi salting nih, terus nanti kalau aku baper gimana?" Tanya Yeshi menaik turunkan alisnya menggoda Tian.
Tian terkekeh melihatnya. Yeshi nampak terpesona dengan senyuman Tian.
" Senyumanmu manis sekali Mas. Membuatku semakin jatuh ke dalam pesonamu. Aku semakin berharap kita bisa selalu bersama. Aku mencintaimu Mas." Ucap Yeshi menatap Tian.
Tian hanya tersenyum, ia mengambil sendok di tangan Yeshi lalu menyuapi Yeshi. Dengan senang Yeshi menerima suapan itu. Mereka nampak seperti pasangan romantis yang bahagia.
TBC.....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments
Ganuwa Gunawan
jng salah milih ya Tian..
pilih Yesi s ibu peri..jng pilih Rebec s mak lampir
2023-03-27
1