Sepulang dari kerja Tian masuk ke dalam rumah. Ia mengerutkan keningnya karena rumah nampak sepi dan gelap.
" Kemana Rebeca ya?" Gumam Tian.
Tian masuk ke dalam kamarnya tiba tiba...
" Rebeca!!" Teriak Tian menghampiri tubuh Rebeca yang tergeletak di lantai dengan pergelangan tangan yang mengeluarkan banyak darah.
" Rebeca bangun! Jangan tinggalkan aku Rebeca! Rebeca ku mohon bangun sayang! Kenapa kau melakukan semua ini? Bangun sayang! Jangan buat aku cemas!" Ucap Tian menepuk pipi Rebeca.
Tian segera membawanya ke rumah sakit. Sampai di sana Rebeca mendapat perawatan intensif karena darah yang keluar cukup banyak.
Tian duduk di kursi samping ranjang sambil terus menggenggam tangan istri tercintanya.
" Rebeca aku mohon bangunlah! Jangan seperti ini! Jangan tinggalkan aku! Aku berjanji akan menuruti semua ucapanmu sayang. Aku mohon bangunlah!" Ucap Tian menciumi punggung tangan Rebeca.
Rebeca tidak bergeming. Ia masih setia menutup matanya.
" Jika kau bahagia melihat aku menikah dengan Yeshi, aku akan menikahinya sayang. Aku akan menikahi Yeshi secepatnya. Tapi aku mohon sadarlah! Buka matamu!" Ujar Tian.
Entah keajaiban atau kebetulan, tiba tiba Rebeca membuka matanya.
" Benarkah itu Tian?"
Tian menatap Rebeca.
" Kamu sadar sayang, syukurlah aku sangat bahagia. Aku sangat takut kehilanganmu sayang." Ucap Tian bahagia sambil memeluk Rebeca.
" Apa kau akan menikahi Yeshi demi kebahagiaanku?"
Tian kecewa dengan pertanyaan Rebeca. Ia sudah sangat mencemaskannya namun justru pertanyaan itu yang muncul dari bibirnya.
" Demi kebahagiaanmu aku akan menikahinya." Ucap Tian.
" Aku bahagia Tian, akhirnya aku bisa hidup bahagia dengan harta yang akan aku miliki. Tidak ada kebahagiaan yang lebih besar dari ini. Terima kasih." Sahut Rebeca.
Tian memejamkan matanya menahan rasa emosi dalam dadanya.
" Jadilah suami yang baik untuk Yeshi! Aku tidak mau sampai dia mengeluhkan sikapmu padaku. aku tidak mau kehilangan semua yang telah ia berikan padaku Tian. Apa kau bisa melakukannya?" Tanya Rebeca memastikan.
" Aku akan melakukan sesuai perintahmu." Ucap Tian menganggukkan kepalanya.
" Jika ini maumu aku akan mewujudkannya Rebeca, masalah nanti aku bisa mencintainya atau tidak, tergantung pada perlakuanmu padaku. Semoga kau selalu bahagia." Batin Tian.
" Aku akan memberi kabar pada Yeshi agar dia bisa menyiapkan uangnya untukku." Ujar Rebeca tersenyum bahagia.
Rebeca segera menelepon Yeshi.
" Halo Yeshi." Sapa Rebeca setelah Yeshi mengangkat panggilannya.
" Iya Mbak, gimana?" Tanya Yeshi di sebrang sana.
" Tian mau menikahimu."
Yeshi tersenyum bahagia mendengarnya.
" Kau siapkan saja pernikahan dan apa yang kau janjikan padaku." Sambung Rebeca.
" Siap Mbak, terima kasih sudah mau berbagi Mas Tian padaku. Semoga kita hidup bahagia Mbak." Ucap Yeshi.
" Semoga saja Yes." Sahut Rebeca mematikan sambungan ponselnya.
Yeshi memeluk ponselnya sambil terus tersenyum.
" Akhirnya aku mendapatkanmu Mas. Aku berharap kau bisa bersikap adil padaku." Monolog Yeshi.
" Kenapa kau senyam senyum begitu?" Tanya tuan Reno yang baru saja pulang bekerja.
" Aku bahagia karena Mas Tian bersedia menikah denganku walau aku hanya menjadi istri keduanya." Sahut Yeshi.
" Apa kau sudah memikirkan matang matang keputusanmu ini sayang? Jangan sampai kau menyesal pada akhirnya. Hidup di madu itu berarti kau harus siap siap sakit hati. Apalagi Tian tidak mencintaimu. Dia sangat mencintai istrinya sayang. Jangan mengambil keputusan secara terburu buru. Masih ada waktu untuk membatalkan dan mengubah keputusanmu." Ujar tuan Reno mendekati Yeshi yang sedang duduk di lantai beralaskan karpet dengan laptop yang masih menyala di depannya.
" Aku sudah memikirkannya Om. Aku juga sudah menyiapkan mentalku sekuat mungkin. Aku tidak akan menyia-nyiakan kesempatan ini. Aku akan tetap menikah dengannya, tolong siapkan pernikahan kami segera ya Om. Om cukup mendoakan kebahagiaanku saja, jangan pikirkan tentang nasibku Om. Aku yang memilih jalan ini, jadi Om tidak usah khawatir. Aku wanita yang kuat Om." Ucap Yeshi seolah tahu apa yang menjadi pikiran omnya.
" Om percaya padamu sayang. Jika kau sudah tidak mampu bertahan, kembalilah pada Om. Rumah ini rumahmu juga, dan pintu rumah ini selalu terbuka untukmu sayang." Ucap tuan Reno mengelus kepala Yeshi.
" Terima kasih Om. Om memang pria terbaik di dunia ini. Aku bahagia memiliki Om sepertimu." Ucap Yeshi.
" Sejak kedua orang tuamu meninggal, Om lah yang bertanggung jawab atas dirimu. Om harus memastikan kebahagiaanmu, tapi Om juga tidak bisa memaksa ataupun melarangmu. Om hanya bisa mendoakan yang terbaik untukmu." Ujar tuan Reno.
" Terima kasih Om." Ucap Yeshi.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Pagi hari Yeshi menjemput Tian di rumahnya untuk melakukan fitting baju pengantin.
" Ayo Mas!" Ajak Yeshi menarik tangan Tian.
" Lepas! Aku bisa jalan sendiri." Ucap Tian menatap tangannya.
" Baiklah, maaf Mas." Ucap Yeshi.
Rebeca yang melihat sikap Tian segera mencubit pelan pinggang Tian. Tian hanya bisa memejamkan mata menahan sesak di dadanya. Ia merasa seperti barang yang sedang di tawar oleh pembelinya. Tidak ada harganya sama sekali.
Yeshi masuk ke dalam mobil, Tian masih berdiri di tempatnya.
" Tian buruan susul Yeshi! Jangan sampai pernikahan ini gagal! Atau kau akan melihat aku...
" Baiklah." Sahut Tian segera menyusul Yeshi ke dalam mobil.
Tian melajukan mobil Yeshi menuju sebuah butik ternama langganan keluarga Charlos. Di dalam mobil Tian hanya diam saja membuat Yeshi bosan.
" Mas terima kasih sudah mau menerimaku sebagai bagian dari hidupmu." Ucap Yeshi memecah keheningan.
" Jangan merasa senang dulu Yeshi, kau tidak tahu bagaimana nasibmu setelah ini." Ujar Tian tanpa menoleh sedikitpun.
" Nasibku bergantung pada perlakuanmu kepadaku Mas. Kalau kau bisa bersikap adil pada kami maka aku pasti akan bahagia. Tapi sebaliknya, jika kau memperlakukan aku dengan buruk maka aku akan menderita. Walaupun kau tidak bisa mencintaiku setidaknya kau bisa bersikap baik padaku. Secara tidak langsung aku ikut menyumbang kebahagiaan istrimu kan." Ujar Yeshi menatap Tian.
Tian menatapnya sekilas lalu kembali fokus ke depan. Ia mengakui jika ucapan Yeshi ada benarnya juga.
" Setelah menikah aku harap kau bisa bersikap adil Mas. Walaupun kau tidak bisa memberikan hakku tapi jangan pernah melarangku untuk melakukan kewajibanku." Ucap Yeshi.
" Apa maksudmu?" Tanya Tian.
" Biarkan aku menjalankan tugasku sebagai istri, seperti mengurusmu misalnya." Ujar Yeshi.
" Rebeca tidak akan membiarkan semua itu terjadi. Dia yang akan mengurus dan menyiapkan semua keperluanku." Sahut Tian.
" Ya siapa tahu Mbak Rebeca akan sibuk setelah ini. Kita kan tidak tahu apa yang akan terjadi ke depan. Apalagi Mbak Rebeca sekarang banyak uang. Siapa tahu dia akan sibuk shopping, kumpul sama teman temannya, atau arisan sama ibu ibu sosialita." Sahut Yeshi.
" Benar kata Yeshi, bisa saja Rebeca melakukan semua itu. Apalagi itu impiannya selama ini, menjadi ibu ibu sosialita." Ujar Tian dalam hati.
" Beda lagi sama aku Mas, aku justru akan menjadi seorang ibu rumah tangga. Apalagi aku tidak punya teman di sini. Aku hanya punya Om Reno saja." Sambung Yeshi.
" Jangan bersedih! Kau pasti akan mendapatkan banyak teman di sini." Sahut Tian.
" Aku tidak butuh siapapun Mas, yang aku butuhkan hanya kamu. Semoga aku bisa hidup bahagia bersamamu." Ucap Yeshi.
" Kau menaruh harapan besar padaku Yeshi, aku jadi gamang begini. Semoga Tuhan menunjukkan jalan terbaik untuk kita bertiga." Batin Tian.
Tekan like untuk mendukung karya author ya...
Terima kasih untuk readers yang telah mensuport author semoga sehat selalu...
Miss U All...
TBC...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments
Usup Sup
satu kata buat Rebecca keterlaluan
2024-11-11
0
Ganuwa Gunawan
ya mungkin juga sih s Rebec jdi sibuk ngitung duit nya yg banyak..takut pda ilang..maklum kn s Rebec baru jdi orang kayaaaaaah
2023-03-27
0
sella surya amanda
lanjut
2023-01-15
1