Jam tujuh malam Tian duduk di sofa menunggu kedua istrinya pulang. Ada yang aneh di sini, mesti keduanya belum pulang namun Tian lebih mengharapkan kepulangan Yeshi daripada Rebeca. Ia tidak tahu apa yang sedang ia rasakan saat ini. Yang jelas hatinya merasakan kerinduan sehari tidak melihat Yeshi. Mungkin karena ia ingin meminta maaf pada Yeshi, pikir Tian.
" Mana sih kok Yeshi belum pulang juga, nggak tahu apa aku nungguin dari tadi, mana perutku udah keroncongan lagi." Gerutu Tian.
" Apa aku telepon aja ya? Tapi apa yang mau aku tanyakan padanya? Masa' aku mau bertanya, Yeshi kapan pulang? Kan gengsi. Ah... Sial!" Umpat Tian menyugar kasar rambutnya.
Tak lama suara bel rumah berbunyi.
" Itu pasti Yeshi." Ucap Tian senang. Ia segera beranjak dan membuka pintu.
Ceklek...
" Yesh.... " Tian menjeda ucapannya saat melihat Rebeca yang berdiri di sana bukan Yeshi.
" Kenapa Tian? Apa kau mengharap Yeshi yang pulang bukan aku?" Tanya Rebeca masuk ke dalam.
" Tidak bukan begitu." Kilah Tian.
" Memangnya Yeshi pergi kemana sehingga kau sangat antusias menyambut kedatangannya?" Tanya Rebeca menatap Tian.
" Dia ke rumah omnya." Sahut Tian.
" Oh, mungkin sebentar lagi dia akan pulang." Ujar Rebeca.
" Rebeca, aku lapar. Apa kau bisa membuatkan makanan untukku?" Tanya Tian.
" Aku capek Tian, mending kamu delivery aja deh. Aku mau istirahat." Ucap Rebeca menaiki anak tangga menuju kamarnya.
Tian menggelengkan kepalanya melihat tingkah Rebeca.
" Aku semakin tidak mengenalmu Rebeca kau sangat jauh dengan Yeshi yang selalu mengurusku dan tahu apa kebutuhanku. Aku jadi sangat menyesal telah membuat Yeshi marah padaku." Gumam Tian kembali duduk di sofa.
Ting tong...
Bel kembali berbunyi, kali ini Tian yakin kalau Yeshi lah yang pulang. Dengan penuh semangat ia membuka pintunya.
Ceklek...
Lagi lagi Tian harus menelan kekecewaan.
" Pesanan atas nama pak Tian." Ucap seorang kurir menenteng kantong plastik di tangannya.
" Saya sendiri, dari siapa ya Mas? Soalnya saya tidak memesannya." Ujar Tian memastikan.
" Dari istri anda Pak." Sahutnya memberikan kantong plastik itu pada Tian.
" Rebeca." Gumam Tian.
" Terima kasih." Ucap Tian menerimanya.
Tian masuk ke dalam kembali duduk di sofa. Ia segera membuka kantong plastik. Ada sebuah memo di kertas kecil, ia segera membacanya.
Maaf Mas aku memasak untuk makan malam kamu jadi aku belikan saja. Walaupun mungkin mbak Rebeca sudah menyiapkan makan malam untukmu, tapi aku tetap menjalankan tugasku untuk memastikan perutmu tetap kenyang. Aku menginap di rumah om malam ini. Selamat makan dan selamat malam.
" Yeshi." Gumam Tian meremas kertas itu.
" Sedalam itukah aku melukaimu sehingga kau mencoba menghindariku Yeshi? Maafkan aku yang tidak tahu diri ini. Aku akan menjemputmu besok pagi." Monolog Tian.
Tian membuka sterefoam makanan yang ternyata berisi ayam geprek. Ia segera memakannya, ia merasa ada yang kurang yaitu kehadiran Yeshi. Entah mengapa rasanya tidak seperti saat Yeshi menemaninya makan.
Setelah menghabiskan makanannya, ia menuju kamar Rebeca.
Saat Tian hendak membuka pintu kamar Rebeca, ia mengurungkan niatnya. Ia masuk ke dalam kamar Yeshi. Ia merebahkan tubuhnya di atas ranjang, ada ketenangan sendiri yang ia dapatkan dari sana.
" Aku akan mengirim pesan pada Yeshi untuk mengetahui kabarnya." Gumam Tian mengambil ponselnya.
Thank you tuk makan malamnya Yesh ~Tian
Tak lama Yeshi pun membalasnya.
Ok 👌~ Yeshi
Tian sedikit kecewa dengan balasan Yeshi.
" Kenapa singkat sekali, padahal aku kan ingin ngobrol." Ujar Tian.
Apa kau sudah makan malam ~Tian
Sudah ~Yeshi
Tian berpikir hendak bertanya apa lagi pada Yeshi.
Aku minta maaf! Aku yakin kau mendengar semua perkataanku pada Rebeca. Aku tidak bermaksud menyakiti hatimu Yeshi. Aku hanya bingung harus bagaimana. Di lain sisi aku tidak mau Rebeca semakin jauh dariku dan semakin terjerumus dalam dosa. Sebenarnya aku ingin mengatakan ini setelah kau kembali ke rumah. Tapi ternyata kau justru menginap di sana. Padahal aku sudah menunggumu dari tadi 😌~Tian
Tian menanti balasan dari Yeshi.
Ting..
Aku memaafkanmu~ Yeshi
" Apa? Aku sudah panjang lebar menjelaskan dengan menulis panjang lebar seperti ini, jawabannya hanya dua kata. Astaga Yeshi... Kali ini dia benar benar marah dan kecewa sama aku." Monolog Tian.
Apa kau marah padaku? Apa kau kecewa dengan ucapanku? ~Tian
Kalau kau bertanya apa aku kecewa? Jawabannya iya. Kalau kau bertanya apa aku marah? Jawabannya juga sama, iya aku marah. Tapi aku tidak marah sama kamu, aku marah pada diriku sendiri. Aku kecewa pada diriku sendiri. Dengan percaya dirinya aku berpikir aku bisa menahan rasa sakit yang akan aku hadapi, tapi pada kenyataannya aku tidak bisa. Aku rapuh Mas.
Ini semua karena kesalahanku. Aku salah telah merebutmu dari istrimu, aku salah telah memberikan kekayaanku pada istrimu. Aku salah karena telah merenggut kebahagiaan kalian.
Tapi perlu kau ingat Mas! Jika bukan aku pasti akan ada Yeshi yang lain. Istrimu tidak akan diam saja, ia pasti akan mencari Yeshi yang mau memberikan apa yang dia mau.
Mbak Rebeca tidak membutuhkan cinta, tapi dia membutuhkan uang dan sejenisnya.
Maaf jika aku lancang berbicara kasar padamu. Aku mau istirahat, selamat malam ~Yeshi
Tian menghembuskan kasar nafasnya membaca pesan dari Yeshi.
" Yeshi benar, yang Rebeca butuhkan bukan cinta, tapi harta." Gumam Tian.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Di rumah tuan Reno, setelah mengirim pesan pada Tian,Yeshi meletakkan ponselnya di atas meja. Ia berbaring di sofa dengan paha tuan Reno sebagai bantalan. Mereka nampak seperti ayah dan anak.
" Kenapa kau tidak pulang malam ini? Apa kalian sedang ada masalah? Om lihat dari tadi kamu sedang berbalas pesan. Pasti dengan Tian kan? " Tanya tuan Reno sambil mengelus kepala Yeshi.
" Tidak Om! Aku kangen kamarku jadi aku mau menginap di sini." Sahut Yeshi.
" Om itu sudah seperti ayahmu sayang, Om tahu apa yang sedang kau rasakan saat ini. Jadi kau tidak bisa berbohong pada Om. Tapi Om tidak mau memaksamu untuk menceritakan semuanya pada Om. Yang jelas satu pesan Om padamu, jangan mengambil keputusan dalam keadaan emosi. Pikirkan baik baik keputusan yang akan kau ambil nanti. Semua ini jalan yang kau pilih sendiri, jadi kau harus sabar dalam menghadapinya." Ujar tuan Reno memberi nasehat.
" Iya Om, terima kasih sudah mendukungku selama ini." Sahut Yeshi.
" Sudah malam, sekarang tidurlah!" Ucap tuan Reno.
" Iya Om, selamat malam." Ucap Yeshi beranjak ke kamarnya.
Yeshi masuk ke dalam kamarnya. Ia merebahkan tubuhnya di atas ranjang sambil menatap langit langit kamar.
" Aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan? Aku pasrahkan saja kemana takdir akan membawaku. Jika Mas Tian mau kembali ke rumahnya dan menceraikan aku, maka aku akan menerimanya dengan ikhlas. Mungkin memang tidak seharusnya pernikahan ini terjadi. Semoga apa yang akan menjadi keputusan Mas Tian, itulah yang terbaik untuk kami." Monolog Yeshi.
Tekan like untuk mendukung karya author..
Terima kasih...
Miss U All...
TBC...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments
Ganuwa Gunawan
sabar sabar Yesi
2023-03-27
0
sella surya amanda
next
2023-01-18
1