"Minum dulu!" Faya menyodorkan sebotol air mineral dingin yang dibelinya tadi saat masuk ke dalam mobil dan duduk di balik kemudi. Seruni pun langsung meraihnya kemudian meneguknya hingga tandas, yang membuat Faya melongo. "Su-sudah tenang? Mau minum lagi?" Tanya Faya hati-hati takutnya Seruni belum sadarkan diri.
"Kok kita masih di sini Fa? Jam berapa ini?" Seruni melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya, ternyata sudah pukul dua belas. Akhirnya Faya bisa bernafas dengan lega, itu tandanya sahabatnya itu sudah kembali ke setelan awal.
"Kan tadi kamu ngajak makan dulu." Sahut Faya.
"Ya udah, ayo jalan keburu sore." Ajak Seruni yang membuat Faya segera melesatkan mobilnya meninggalkan pelataran cafe.
Seruni menyandarkan punggungnya ke sandaran jok, kemudian memejamkan matanya. Entah mengapa ia habis makan bukannya kenyang tapi malah capek. Perlahan nafas Seruni terdengar teratur, pertanda ia sudah tertidur lelap.
Faya melirik sahabatnya itu yang nampak damai dalam tidurnya. Faya pun menghembuskan nafas panjang, butuh kesabaran ekstra dalam menghadapi Seruni saat sedang marah. Faya layaknya air yang mampu memadamkan api yang berkobar dalam diri Seruni. Ya, anggap saja Faya sebagai pawangnya.
Sudah dua jam lamanya Faya berkendara, namun belum ada tanda-tanda Seruni akan terbangun dari tidur lelapnya. Merasa capek, Faya pun menghentikan mobilnya di sebuah rest area untuk beristirahat sebentar. Ia tak ingin mengganggu tidur Seruni yang nampak tenang untuk menggantikannya mengemudi.
Perlahan kelopak mata Seruni mengerjap kemudian terbuka diiringi dengan uapan lebar.
"Hoooaamb!" Seruni segera menutup mulutnya dengan telapak tangannya. "Ini dimana Fa? Udah sampe?" Seruni celingukan memperhatikan keadaan sekitar.
"Baru setengah jalan. Ini di rest area. Aku capek, jadi berhenti sebentar disini." Jelas Faya yang memang terlihat kelelahan.
"Ya udah sini gantian, biar aku yang nyetir. Kamu bisa istirahat. Mana MAP-nya?" Seruni meminta ponselnya yang tadi digunakan Faya sebagai penunjuk jalan. Faya menunjuk ponsel yang sejak tadi tergeletak di atas dashboard. Seruni dan Faya segera keluar dari mobil untuk berganti posisi.
Mobil kembali melaju menyusuri jalanan. Kali ini Seruni lah sebagai pengemudinya, dan Faya yang tertidur di jok samping kemudi.
Seruni nampak jeli memperhatikan kanan kiri jalanan yang dilewatinya. Ia berusaha merekamnya ke dalam memori otaknya agar jika nanti mereka pulang larut malam tidak tersesat karena sudah hafal dengan jalan yang dilaluinya.
Seruni membelokkan mobilnya ke dalam pom bensin untuk mengisi bahan bakar terlebih dahulu. Ia mengisi penuh bahan bakar mobilnya agar nanti saat pulang larut tak kehabisan bahan bakar seperti cerita di novel-novel horor yang pernah dibacanya. Seperti kehabisan bensin atau mogok di dekat kuburan misalnya, kan serem jadinya. Hiiiiii, membayangkannya saja sudah membuat tubuh merinding disco.
Dilajukannya kembali mobilnya. Jarak tempuh masih sekitar empat puluh menitan lagi. Sudah dipastikan sampai sana nanti sekitar kurang lebih jam empat sore.
*****
Akhirnya mobil yang dikendarai oleh Seruni tiba di pelataran luas depan sebuah klinik yang bertuliskan "Klinik Terapi Spiritual Mbah Suro" Seruni segera membangunkan Faya yang masih tertidur lelap.
"Fa, bangun udah sampe ini." Diguncangnya pelan tubuh Faya.
"Heeemm!" Gumam Faya masih dengan mata terpejam.
"Ish, dasar kebo!" Gerutu Seruni pelan kemudian memukul bahu Faya agak keras hingga membuat sang empunya terlonjak kaget.
"Eh monyet, jaran, kebo, gudel!" Latah Faya menyebut sebagian penghuni kebun binatang.
"Kamu ini yang kebo, dibangunin dari tadi susah." Sungut Seruni kesal.
"Udah sampe ya?" Faya meringis sambil garuk-garuk kepala persis seperti salah satu binatang yang tadi disebut olehnya. "Kok sepi?" Faya memperhatikan keadaan sekitar dari dalam mobil. "Bulu kuduk ku udah merinding duluan Run." Faya meraba tengkuknya. "Kenapa sih, rumah dukun itu hawanya selalu serem?"
"Tapi gak seserem tempat Ki Parto tadi Fa." Sanggah Seruni. "Lagian ini tempatnya bagus lebih terawat dan banyak rumah juga yang berjajar di sekitarnya. Ayo turun, Mungkin jam prakteknya sudah usai." Seruni dan Faya melihat jam tangannya yang ternyata sudah jam empat lebih lima belas menit. "Siapa tahu nanti Mbah Suro kasihan lihat kita yang datang dari jauh."
Akhirnya mereka berdua turun dari mobil, kemudian bergandengan tangan masuk ke dalam teras klinik yang dipenuhi kursi tunggu yang berjajar rapi tanpa penghuni. Mungkin memang jam prakteknya sudah usai.
Seruni memberanikan diri mengetuk pintu klinik yang terlihat rapat itu dengan was-was, karena takut kejadian pintu terbuka sendiri seperti di tempat Ki Parto terulang lagi.
*****
*****
*****
Jangan lupa Like Komen dan Votenya, saweran kopi dan bunganya juga boleh ☕☕🌹🌹
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 147 Episodes
Comments
Zahra🌼
Monyet donk 🤭😂😂😂
2023-02-22
4
Zahra🌼
Yasalaaaaaamm 🤣🤣🤣🤣🤣
2023-02-22
4
Zahra🌼
kebanyakan nonton sama baca yang horor-horor ini 😂😂😂😂
2023-02-22
4