"Seruni!"
"Nduk, Run!"
"Ka-kamu siapa?"
"Wes ojo kuwatir nduk, mbesok yen wayae bali, nyai bakal bali dewe. Saiki tenangno pikir mu!"
"Ka-kamu siapa?"
"Kamu siapa?"
"Kamu siapa?"
"Run, hey bangun sayang. Runi, hey, kamu kenapa Run?" Mama Amara mengguncang pelan tubuh anaknya yang sejak tadi bergumam-gumam tidak jelas. Nampak titik-titik keringat membasahi dahi Seruni.
"Run!" Sekali lagi Mama Amara mengguncang tubuh anaknya. Tak berselang lama mata Seruni terlihat mengerjap beberapa kali, kemudian terbuka lebar.
"Mama!" Seruni tersentak dan langsung terduduk seraya mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru ruangan. Setelah disadari kalau dirinya sedang berada di kamarnya, Seruni pun menghembuskan nafas lega.
"Ini minum dulu." Mama Amara meraih gelas yang ada di atas nakas kemudian menyodorkan kepada anaknya. Seruni segera meraihnya kemudian meneguknya hingga tandas. Setelah gelas itu kosong, Mama Amara segera meraihnya kembali kemudian meletakkannya ke atas nakas lagi.
"Ada apa? Kamu mimpi buruk?" Tanya Mama Amara setelah dirasa anaknya itu sudah lebih tenang. Seruni hanya menggeleng lemah. "Habis maghrib nggak boleh tidur. Untung tadi Mama ke sini, Mama mau ajak kamu makan. Eh, malah kamu ngelindur bergumam-gumam nggak jelas kayak tadi."
Memang tadi setelah mandi Seruni merasa ngantuk berat. Padahal, harusnya setelah mandi itu seger bukanya malah ngantuk.
"Memangnya tadi Runi bilang apa ma?" Tanya Seruni penasaran.
"Entahlah, nggak terlalu jelas. Cuci muka sana, habis itu kita makan." Mama Amara langsung keluar meninggalkan anaknya yang masih terbengong di atas tempat tidur.
"Siapa sebenarnya tadi yang memanggil-manggil nama ku?" Gumam Seruni pada dirinya sendiri. Seruni segera turun dari tempat tidurnya menuju ke kamar mandi untuk membasuh wajahnya agar mimpinya tadi tidak mengganggu pikirannya. Namun nihil! Sesaat setelah membasuh mukanya, ia seolah melihat bayangan di belakangnya melalui pantulan cermin yang ada di hadapannya. Seruni tidak menjerit, namun ia reflek membalikkan tubuhnya dan tidak mendapati siapapun di belakangnya. Seruni bergidik ngeri, ia pun segera keluar dari kamar mandi dan juga kamarnya menuju ke ruang makan di mana mamanya sudah menunggunya.
*****
Seruni menghampiri mamanya yang sudah duduk cantik di ruang makan. Ya, hanya ada dirinya dan mamanya di ruang makan tersebut karena hanya mereka berdua yang tinggal di rumah itu. Papa Seruni sudah meninggal dua tahun yang lalu. Makanya mamanya akan merasa kesepian saat Seruni menginap di rumah Faya. Mama Amara malah lebih suka kalau Faya yang menginap di rumahnya.
"Aku pikir ini udah larut ma, ternyata baru mau isya' hehe...." Ucap Seruni cengengesan seraya menarik kursi untuk didudukinya. Sedangkan Mama Amara hanya menggelengkan kepalanya.
"Makanya kalau maghrib jangan tidur, pamali!" Mama Amara mengingatkan anaknya.
"Iya ma, maaf! Seruni juga gak tau, tiba-tiba aja ketiduran. Mungkin Seruni kecapean." Ujar Seruni. "Oh ya ma, besok Runi pulangnya agak telat karena mau cari bahan sama Faya buat tugas."
"Iya, nggak papa! Yang penting hati-hati dan jangan lupa buat selalu ngabari Mama, agar Mama nggak khawatir kayak kemarin."
"Iya ma, maaf! Beneran kemarin itu Runi lupa."
"Ya sudah, cepat habiskan makan mu lalu istirahat." Seruni mengangguk patuh.
Seusai makan malam, Seruni kembali ke kamarnya dan langsung merebahkan tubuhnya ke atas tempat tidur. Dipandanginya langit-langit kamarnya seraya mengingat-ingat kembali mimpinya tadi.
"Siapa dia sebenarnya? Dia tadi kalau nggak salah sempat nyebut nyai. Nyai siapa? Nyai ronggeng atau nyai siapa? Apa aku telepon Faya aja ya buat kasih tahu mimpi ku tadi ke dia? Ah, besok aja ngomong langsung lebih enak."
Seruni terus mengingat-ingat mimpinya tadi tanpa sadar ia tertidur pulas hingga pagi menjelang. Karena keadaan perut yang kenyang sangat mendukung tidur lelapnya.
Seruni membuka matanya seraya merenggangkan otot-otot tangannya yang terasa sedikit kebas. Mungkin semalam tangannya itu tertindih oleh tubuhnya saat ia tertidur. Perlahan ia bangkit dari tempat tidur. Saat dirinya melangkah ingin ke kamar mandi, ekor matanya tak sengaja melihat gorden jendelanya yang melambai-lambai seperti tertiup angin. Seruni pun mengurungkan niatnya untuk ke kamar mandi. Ia melangkah mendekati jendela kamarnya yang ternyata sedikit terbuka. Pantas saja gordennya melambai-lambai tertiup angin.
Di luar sana nampak masih sedikit gelap karena waktu baru menunjukkan pukul lima lebih. Sejenak Seruni terdiam menerka-nerka, apakah dirinya semalam lupa mengunci jendela kamarnya? Entahlah, Seruni tak ambil pusing. Ia segera menarik gordennya dan menutup kembali jendela kamarnya. Setelah itu ia segera berlari masuk ke kamar mandi.
*****
*****
*****
Jangan lupa Like Komen dan Votenya, saweran kopi dan bunganya juga boleh ☕☕🌹🌹
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 147 Episodes
Comments
Zahra🌼
Awas ada penampakan Run 🤭😂😂😂
2023-02-22
4
Zahra🌼
Dengerin itu Run 🙄🙄🙄
2023-02-22
4
Zahra🌼
weleh kok serem, apa itu tadi nyai-nyai yang ada di dalam mimpi Seruni ya 🤔🤔🤔🤔
2023-02-22
4