Malam semakin larut, namun mata Seruni masih belum bisa terpejam. Tadi setelah mereka makan malam bersama Reksa ala kadarnya, mereka langsung kembali lagi ke kamar untuk beristirahat. Efek perjalanan jauh ternyata masih melekat di tubuh keduanya. Namun hingga larut, Seruni masih terjaga. Sedangkan Faya sudah tertidur pulas di sampingnya.
Diliriknya jam yang menggantung di dinding kamar tersebut yang ternyata sudah menunjukkan pukul sepuluh malam. Seruni bangkit dari tidurnya kemudian melangkah keluar dari kamar. Dilihatnya ruang tamu yang sudah gelap gulita karena lampunya yang sudah dimatikan oleh sang pemilik rumah.
Seruni melangkah menuju ke pintu rumah tersebut yang sudah terkunci rapat. Dibukanya perlahan pintu tersebut agar tak menimbulkan bunyi yang dapat membangunkan sang pemilik rumah.
Ceklek.. ceklek..!!
Pada putaran kedua, kunci yang mengeratkan antara daun pintu dan kerangka pintu itu pun akhirnya terbuka. Meskipun sudah sepelan mungkin tapi tetap saja masih menimbulkan bunyi. Seruni langsung menarik handle pintunya. Seketika itu udara malam langsung menerpa permukaan kulitnya.
Diperhatikannya keadaan di luar rumah yang nampak sunyi sepi dan dingin itu. Sinar rembulan yang terang benderang malam itu membuat Seruni terhanyut, kemudian ia melangkahkan kakinya keluar dari rumah.
"Indah sekali malam ini." Gumamnya pelan saat sudah berada di teras rumah seraya mendongakkan kepalanya ke langit. "Apakah malam ini bulan purnama?" Gumamnya sekali lagi seraya menyunggingkan senyumnya.
Entah mengapa ia merasa sangat bahagia hanya dengan melihat bulan yang bersinar terang menerangi bumi dan bintang yang bertaburan di langit yang cerah itu.
Pluk!
Satu tepukan lembut mendarat di bahunya yang membuat Seruni terlonjak kaget.
"Astaghfirullah!" Seruni mengelus dadanya yang sedikit berdenyut akibat rasa terkejutnya. Ia belum berani menoleh ke belakang hingga seseorang berbisik lirih di telinganya.
"Kok belum tidur? Ngapain malam-malam begini di luar rumah?"
Bulu kuduknya yang tadi sempat berdiri akhirnya bisa normal kembali. Ia kenal betul pemilik suara itu meski baru tadi bertemu, Reksa!
Ya, Reksa yang tadinya belum tertidur samar-samar indera pendengarannya mendengar bunyi pintu yang dibuka. Akhirnya ia pun langsung keluar dari kamarnya dan melangkah ke depan. Dan benar saja, pintu rumahnya dalam keadaan setengah terbuka. Ia pun bergegas menuju pintu dan ingin menutupnya kembali karena ia pikir pintunya terbuka karena dorongan angin. Namun matanya tak sengaja melihat siluet tubuh seseorang yang berdiri di depan teras rumahnya. Ia pun memberanikan diri menghampiri orang tersebut yang ternyata adalah Seruni.
Seruni pun langsung membalikkan tubuhnya ke belakang dengan senyum yang mengembang setelah mengetahui itu adalah Reksa.
"Kok belum tidur?" Ulang Reksa. "Apa ada yang mengganggu pikiran mu?"
Seruni menggeleng. "Lihatlah, langit nampak indah malam ini." Seruni menunjuk ke atas langit. Reksa pun mengikuti arah tunjuk Seruni kemudian ia tersenyum.
"Itu namanya bulan purnama." Ucap Reksa menanggapi. Seruni mengangguk. "Maka dari itu bapak tidak bisa diganggu malam ini." Seruni kembali mengangguk paham. "Biasanya aku juga ikut bersemedi bersama bapak, tapi karena tadi pas waktu mau mulai terdengar bunyi ketukan pintu berkali-kali, terpaksa aku urungkan."
"Maaf!" Ucap Seruni menunduk merasa bersalah karena sudah mengganggu.
"Sudahlah tidak apa-apa, masih banyak waktu." Reksa mengulas senyum. "Apa ada yang ingin kamu ceritakan kepada ku? Agar beban pikiran mu sedikit berkurang." Perlahan Reksa menggenggam tangan Seruni, dan Seruni pun tak menolaknya.
Seruni kembali menatap dalam mata Reksa di bawah sinar bulan purnama malam ini. Mata mereka saling mengunci, menyelami dalamnya perasaan yang tiba-tiba muncul tanpa bisa dicegahnya.
Perlahan Reksa semakin mengikis jarak di antara mereka berdua. Kemudian tanpa izin ia mendaratkan kecupan dalam di kening Seruni, membuat sang empunya terpejam menikmati dan meresapi ciuman hangat tersebut.
"Ayo kita duduk di sana!" Reksa menunjuk kursi yang ada di teras rumahnya dengan tangan kirinya. Sedangkan tangan kanannya masih menggenggam erat tangan Seruni. Seruni pun mengikuti langkah Reksa menuju kursi tersebut dan mereka mendudukkan diri berdampingan.
"Kamu bisa cerita awal mula kamu bisa seperti sekarang ini." Reksa meremas tangan Seruni yang ada dalam genggamannya seolah menyalurkan kekuatan. Seruni yang terbawa suasana pun mulai menceritakan awal mula kisahnya yang membuat dirinya seperti sekarang ini.
*****
*****
*****
Jangan lupa Like Komen dan Votenya, saweran kopi dan bunganya juga boleh ☕☕🌹🌹
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 147 Episodes
Comments
Zahra🌼
weleh weleh kok udah nyosor duluan 🤭
2023-02-22
4
Zahra🌼
Benih-benih cinta mulai tumbuh dan bersemi 🤭
2023-02-22
4
Zahra🌼
Untung Reksa bukan demit 🤭😂😂😂
2023-02-22
4