SEMBILAN BELAS

Karena hari sudah malam, mereka memutuskan untuk menginap di tempat wisata tersebut. Setelah memastikan Seruni dalam keadaan baik-baik saja, para cowok langsung keluar dari kamar tersebut untuk menyewa satu kamar lagi agar antara cewek dan cowok bisa tidur terpisah.

Ketiga cowok tersebut mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru tempat wisata guna mencari sang kakek. Namun mereka sama sekali tidak menjumpainya. Akhirnya Alfa berinisiatif untuk bertanya kepada penjaga warung dan diikuti oleh kedua sahabatnya itu.

Saat tiba di warung yang ditunggu oleh seorang nenek, ternyata sang Kakek ada di dalam warung tersebut.

"Kek, kami mau menyewa satu kamar lagi untuk kami bertiga." Alfa langsung mengutarakan maksudnya mencari sang kakek.

"Bagaimana keadaan sahabat mu?" Sang kakek menatap tajam ke arah Alfa hingga membuat Alfa kebingungan.

"Sudah baik kek!" Bukan Alfa, melainkan Ega yang menjawab pertanyaan Si kakek. Karena Alfa masih terbengong seperti orang kebingungan, dan baru sadar saat Ega menyenggol bahunya.

"Hey, cah ganteng!" Panggil sang nenek menatap ketiga cowok tersebut. "Hati-hati yo, di manapun kalian berada, jangan pernah mengambil apapun yang bukan milikmu." Ucap si nenek yang membuat ketiga cowok tersebut saling pandang kebingungan. "Wes, nggak usah dipikir kalau memang kalian tidak merasa mengambil yang bukan milik kalian." Nenek itu tersenyum ramah. "Oh ya, kenalin nama nenek Centini dan ini suami nenek namanya Sanusi. Pasti kalian belum tahu namanya kan?"

Ketiga cowok tersebut menganggukkan kepalanya, kemudian menyebutkan nama mereka satu persatu.

"Ayo, kakek antar ke kamar kalian!" Pungkas sang kakek mengakhiri obrolan mereka. Ketiga cowok tersebut akhirnya mengikuti sang kakek melangkah menuju ke penginapan kembali. Dan Sang kakek langsung membukakan satu kamar yang berada tepat di sebelah kamar yang ditempati oleh ketiga teman cewek mereka.

"Masuklah! Jangan keluar kamar di atas jam dua belas malam!" Pesan sang kakek kemudian langsung melenggang pergi. Ruli yang baru saja ingin membuka suaranya pun tidak jadi saat melihat kepergian sang kakek.

"Ah ya sudahlah, ayo kita masuk. Udah kedinginan ini gue." Ruli langsung masuk ke dalam kamar tersebut untuk membersihkan diri, karena mereka bertiga memang masih dalam keadaan basah. Ega pun langsung ikut masuk ke dalam kamar. Sedangkan Alfa masih menatap lekat kepergian sang kakek hingga sang kakek tidak terlihat lagi dari pandangannya. Setelah itu Alfa langsung masuk ke dalam kamar.

*****

"Run, tadi kamu kenapa kok bisa tenggelam?" Faya duduk di samping Seruni yang masih terbaring lemah. Sedangkan Ghea duduk di kursi kayu yang ada di dalam kamar tersebut dan nampak mengotak-atik ponselnya. Mungkin ia sedang mengabari orang tuanya kalau mereka menginap di tempat wisata tersebut. Faya juga sudah mengabari orang tuanya dan orang tua Seruni.

"Gak tau Fa! Tadi pas aku berenang untuk menghampiri Alfa, tiba-tiba kayak ada yang narik kaki ku. Dan setelah itu pandangan ku jadi gelap dan aku nggak ingat apa-apa lagi." Jelas Seruni.

"Ya sudah, istirahatlah. Aku mau keluar dulu cari makan buat kita." Faya bangkit dari duduknya.

"Eh, aku ikut Fa." Ghea bergegas mengejar Faya yang baru saja akan membuka pintu kamar.

"Kamu di sini saja jagain Seruni, nanti aku bawakan makan."

"Tapi aku pengen keluar, pengen beli sesuatu." Kekeh Ghea.

"Sudah gak papa, kalian pergi saja. Aku baik-baik saja kok." Ucap Seruni menengahi perdebatan di antara kedua sahabatnya itu.

Tok.. tok.. tok..

Pintu kamar diketuk dari luar saat Faya dan Ghea masih berdebat tepat di belakang pintu. Faya yang sudah memegang handle pintu langsung saja membuka pintu tersebut. Dan nampak lah ketiga teman cowok mereka yang datang dengan membawa pop mie cup di kedua tangan mereka masing-masing. Akhirnya Faya dan Ghea pun tak jadi keluar dari kamar karena makanan sudah datang sendiri tanpa mereka mencarinya.