Setelah tiga hari di rawat akhirnya Kaisar di perbolehkan pulang.
"Pulang ke rumah ya?" tawar Akira entah ke berapa kalinya.
"Iya, biar ada yang urus." timpal Farid yang ikut menjemput putranya pulang dari rumah sakit.
"Di penthouse juga ada yang urus, kan aku ada Krystal."
"Krystal?" tanya Farid yang tidak tahu menahu tentang gadis itu, 'Kok kaya nama anaknya Kris yang kabur itu ya?' pikir Farid.
"Iya, Krystal! Asisten rumah tangga sih, tapi sudah aku anggap kaya adik." jawab Kaisar dengan sangat yakin dengan keberadaan gadis yang sudah ia anggap seperti adiknya, padahal yang ia lakukan dengan Krystal lebih dari seorang kakak dan adik.
'Kakak mana yang memeluk pinggang adiknya dengan mesra?' batin Liora yang sedari tadi diam, ia kehilangan moodnya karena menyimpan rasa sakit hatinya sejak kemarin.
Sekilas tapi pasti, ia ingat dimana Kaisar duduk berduaan dengan Krystal di bangku taman, merangkulnya seolah-olah Kaisar lupa bahwa ia punya Liora.
"Emm, bagaimana kalau nanti Liora kunjungi Kaisar sampai dia sembuh total?" tiba-tiba saja otak cemerlangnya memikirkan hal yang akan menghentikan kedekatan Krystal dan Kaisar.
"Duh! Gimana ya, sayang. Kita sih percaya sama kamu, tapi Kaisar..."
Farid menatap jahil pada anak dan calon menantunya itu.
"Pa! Apaan sih, aku nggak bakalan ngapa-ngapain Liora kali."
"Oh ya?" Farid kembali menggoda putranya, "Di apa-apain juga nggak apa-apa, ya kan Ma? Biar segera menikah, nggak pakai lama."
Liora cuma tersenyum kecut mendengarnya, bagaimana mungkin Kaisar berminat padanya kalau ada gadis lain yang mencuri perhatian pria itu darinya?
🦋
🦋
🦋
Krystal menelan rasa pahit merasakan betapa dinginnya sikap Liora padanya.
Setelah kepulangan Akira dan Farid hanya tinggal Liora yang memutuskan untuk mengurusi tunangannya itu.
Bahkan, saat mereka berpapasan di dapur pun, Liora yang ia kenal lembut dan ramah sama sekali tidak menyapanya.
Krystal bersembunyi di luar ruangan kamar Kaisar sambil bersandar di dinding.
"Sudah tiga hari tidak bertemu, aku rindu kamu, Kak." lirihnya, ia tahu ia salah menyimpan rasa pada seseorang yang sudah punya tunangan.
Sesekali, ia mengintip dimana Liora dengan telaten menyuapi Kaisar dan itu membuat hatinya terbakar api cemburu.
"Li, sudah malam lebih baik kamu pulang." kata Kaisar, ia tidak enak pada gadis itu karena sudah tiga hari seharian merawatnya.
"Tapi kamu,"
"Nggak papa, ada Krystal kok, aku juga udah baikan tangannya sudah lebih baik." kata Kaisar meyakinkan sambil menggerakkan tangan kanannya.
Kemudian, pria itu melemparkan senyum lembutnya pada Liora, di tambah sentuhan halus di puncak kepalanya, sehingga membuat Liora luluh dan menuruti perintah tunangannya.
Kaisar menatap langit-langit kamar, sudah tiga hari ia tidak bertemu Krystal, bahkan saat ia pulang ke rumah tadi gadis itu tidak menyambutnya, entah kemana perginya gadis itu tadi.
Kaisar mendesis saat merasakan kakinya yang masih agak sakit untuk di gerakkan karena lututnya masih agak biru.
Tapi, ia berusaha mencari gadis kecilnya itu.
Kaisar pelan-pelan melangkahkan kakinya menuju kamar Krystal yang pintunya tak tertutup rapat, perlahan ia membuka daun pintu hingga tampak Krystal yang tengah terlelap.
Kaisar menengok ke arah jam dinding di kamar itu, "Baru jam segini sudah tidur, dasar bocah." lirih Kaisar sambil terkekeh, ia mendekati Krystal dan duduk di bibir ranjang.
Ia menatap lembut Krystal yang tengah terlelap, "Cantiknya." puji Kaisar, tangannya bergerak lembut menyusuri wajah indah itu dari kening, hidung, hingga ke bibir.
Berhenti di bibir, jemari besarnya mengusap lembut benda kenyal milik Krystal.
"Kenapa tidak jenguk aku? Padahal aku sudah menolong kamu." katanya berbisik lalu entah dorongan darimana, ia mencuri kecupan singkat dari bibir gadis itu.
"Enggh.." Krystal menggeliat dalam tidurnya, merasa terganggu dengan rabaan di wajahnya dan sentuhan di bibirnya.
Ia membuka matanya sedikit demi sedikit, agak susah karena matanya sedikit sembab, ia menangis dulu sebelum tidur, gara-gara rasa cemburu yang tak masuk akal.
"Tuan? Ngapain disini?" tanyanya dengan suara serak.
Kaisar mengernyit tidak suka dengan apa yang ia dengar, "Kamu bilang apa?!"
"Please deh, saya lagi malas ngomong banyak baru bangun tidur ini! Jangan budek dulu lah." seloroh gadis itu sambil mengubah posisinya jadi miring ke arah Kaisar.
Kaisar menjawil hidung mancung itu kemudian mencubitnya gemas hingga memerah, "Kakk! Mau aku mati?!" pekik gadis itu sambil mengusap hidungnya.
"Lebay!" ejek Kaisar, akhirnya ia memanggil dengan akrab lagi.
"Ngapain disini, orang sakit istirahat!" ketus Krystal.
"Kamu kemana saja, kenapa tidak menjenguk aku?" tanya Kaisar tanpa banyak basa-basi lagi.
"Sibuk!" jawabnya singkat dan judes.
"Aku kecelakaan karena lindungi kamu, tapi kamu malah..." Kaisar menunduk kecewa, ia melindungi Krystal hingga jadi begini, eh yang di lindungi tidak perduli.
Krystal lagi-lagi jadi merasa bersalah.
Ia duduk dan mendorong dagu Kaisar ke atas agar melihatnya.
'Apa setelah kecelakaan kepala pria ini terbentur? Kenapa jadi lembek sekali?' pikir Krystal.
"Maaf, soalnya rumah sakit itu tempat Disha koas dan Darren kerja disana dan juga..."
"Juga apa?!" tanya Kaisar penasaran, tapi kalau Krystal jujur ia seperti pelakor dong?
"Nggak enak sama keluarga kamu dan ada Mbak Liora juga, jadi buat apa aku disana." kata Krystal mengambil jalan tengah, ia tidak perlu mengaku di usir Liora tapi intinya sama ia tidak datang karena takut pada Liora.
"Astaga, Krystal kamu kan sudah aku anggap seperti adik, kita berteman, aku bisa menjelaskan pada mereka kalau__"
"Apa kakak gila?! Yang ada papa dan mama kakak itu menyuruh aku pulang." dengus gadis itu sebal mendengar ide konyol Kaisar.
"Hmm, maaf. Harusnya aku berterimakasih karena kakak sudah menyelamatkan aku." ucap Krystal yang sudah menstabilkan emosinya.
"Dasar bocah labil." cibir Kaisar, yang di balas cubitan pada perutnya.
"Akhh!"
Kaisar memekik sakit karena cubitan kecil yang di berikan Krystal.
"Memang benar kan kau cuma bocah kecil yang labil."
"Enak aja, aku sudah dewasa tau."
"Oh ya?" goda Kaisar.
"Iyalah, dua bulan lagi usia aku dua puluh satu tahun loh, kak!" ucapnya bangga.
"Sudah dewasa dong, ya?"
"Sudah lah!"
"Sedewasa apa sih, kamu?" pancing Kaisar yang masih saja meremehkan Krystal yang bangga dengan usianya.
Bagi, Krystal ia sudah dewasa karena usianya dan juga bentuk tubuhnya yang seksi.
Ya, seksi.
Dan Kaisar menyadarinya sekarang saat gadis itu berdiri di atas kasurnya dan kausnya yang ketat mencetak bentuk tubuhnya dengan sempurna.
"Lihat, aku tinggi!" ucap Krystal sambil berkacak pinggang dengan ekspresi menggemaskan.
'Haish! Bocah ini sangat kekanakan, tidak tahu apa jika aku pria dewasa dan normal, kenapa malah menunjukkan dirinya seperti itu?' batin Kaisar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments