"Kaisar!" panggil Akira mencari-cari putranya saat tadi sempat di persilahkan masuk oleh Krystal yang tak terindahkan kehadirannya karena Akira terlanjur khawatir.
"Mama?" jawab Kaisar lemah yang tentu tidak di dengar oleh wanita setengah baya yang belum sampai ke kamar anaknya itu.
Akira menatap kasihan pada anak pertamanya itu, "Kan, firasat ibu itu gak akan salah, kamu ngeyel sih!" omel Akira, sambil melihat jam dinding di kamar putranya.
"Jam delapan malam, kamu sudah makan malam?" Kaisar cuma menggeleng, "Pembantu kamu masak gak sih?" tapi Kaisar hanya mengedikan bahunya saja.
"Udah minum obat?"
"Baru mau minum obat." jawab Kaisar yang lemas dan menggunakan kesempatan ini untuk manja-manja pada sang ibu.
Akira menyentuh kening Kaisar, "Nggak terlalu panas lagi, kamu kompres sendiri?" tanya Akira, ia sadar ada baskom dan kain basah di nakas.
"Oh, itu kayanya si, Krystal." jawab Kaisar cuek.
"Krystal? Siapa? Kamu gak selingkuh kan?" tuduh Akira yang merasa aneh.
"Ya gak lah, Liora aja aku udah ribet apalagi nambah cewek."
"Terus, Krystal siapa?"
"Ya itu asisten rumah tangga yang Maxime bawa buat aku, habisnya aku butuh orang buat masak juga gak cuma bersihin rumah." jelas Kaisar dengan susah payah.
"Krystal namanya? Kok kaya anak muda?"
Akira terheran-heran, pembantu anaknya namanya kok aesthetic sekali seperti anak muda jaman sekarang.
"Lha terus siapa harusnya? Sumi gitu? Itu sih pembantunya nenek, mbok Sumi." seloroh Kaisar.
"Dah lah, mama kesini mau temani aku apa mau kepo sama pembantuku?!" kesal Kaisar merajuk, memeluk perut mamanya yang sedang dalam posisi duduk.
"Manja! Gaya banget tinggal sendirian, nyatanya sakit aja masih manja." omel Akira tapi tetap memanjakan putranya.
"Kamu gak pusing lampunya hidup kaya gini?" tanya Akira saat merasakan kepala Kaisar terus saja bersembunyi dengan mendusal di perutnya.
Akira berinsiatif mematikan lampu, ia paham sejak kecil Kaisar tidak suka kamarnya terang saat sedang sakit sungguhan begini, pusing katanya.
"Diam disini, mama mau cari makanan buat kamu makan, terus minum obat!"
Kaisar hanya menatap aneh pada mamanya yang tetap perhatian meski selalu saja mengomel, mengoceh tiada henti.
"Mbak?"
Akira mencari-cari keberadaan Krystal yang ternyata tengah duduk di belakang dengan segelas air putih yang ia tatap dengan pandangan kosong.
"Mbak?!" panggil Akira lebih keras, mengagetkan Krystal.
"Eh? Nyonya?"
"Mbak gak masak? Kok Ishar belom makan?"
"Ishar?" gumamnya heran, beberapa detik kemudian Krystal langsung mudeng, "Oh, tadi saya bangunkan untuk makan tapi tidak mau."
"Huh! Dia ini emang ngeyel banget." oceh Akira sambil membuka tutup saji di meja tempat Krystal duduk.
"Itu, mbak Liora yang bawa." Krystal memberi info dengan sopan.
"Liora? Gak salah aku pilih jodoh buat anakku." ucap Akira sambil menyiapkan nasi dan lauk di atas piring.
Krystal memanyunkan bibirnya saat Akira beranjak dari sana, "Iya gak salah nyonya cari jodoh buat anaknya, tapi kayanya ibunya mbak Liora yang salah cari jodoh buat anaknya." gerutunya saat mengingat kembali Kaisar yang dengan kasar menarik rambutnya sampai terlepas dari kulit kepalanya.
"Huh! Rambutku yang selalu aku rawat..." ujarnya sambil mengelus kepalanya.
...****************...
Di rumah sakit...
Disha memijat pelipisnya pelan, ia sangat lelah ternyata koas sangat melelahkan.
Ia bahkan cuma tidur sebentar setiap harinya.
Tak!
Disha mendongak melihat siapa yang meletakkan air mineral di atas meja yang ia jadikan tempat sandaran sejak tadi.
"Dokter Darren?" gumamnya.
"Panggil kakak aja kaya biasa."
Darren ikut duduk mengambil posisi bersebrangan dengan Disha.
"Nggak bisa gitu dong, kan ini di rumah sakit."
"Rumah sakit bapak kamu juga." canda Darren, yang membuat Disha memberengut.
"Nggak bisa gitu juga, gak profesional namanya." jawab Disha serius.
"Kamu ya, di antara Krysie sama Shine, cuma kamu yang sikapnya serius sekali." ujar pria itu dengan kekehan kecil, di susul cubitan kecil yang ia lakukan di pipi kiri Disha.
"Jangan capek-capek, pipi kamu makin tirus aja."
Ini dia, ini!
Ini yang membuat Disha si pendiam jadi menyimpan rasa pada pria tampan ini.
"Kok merah? Kamu sakit?" tanya Darren, sontak Disha menutupi kedua pipi dengan tangannya.
"A-apa? Masa sih?" jawab Disha gugup, "Duh, ketahuan dong kalau aku salting." batin Disha cemas.
"Lucu banget pipi kamu kaya tomat, kalau Krysie gak mau nikah sama saya, kamu saja ya yang nikah sama saya?" iseng Darren.
"Hah?"
Di luar dugaan respon Disha sangat serius seolah benar-benar terkejut.
Darren mengacak kecil rambut hitam Disha, "Santai, kamu serius amat sih. Saya cuma bercanda kok."
Ada rasa lega, juga ada rasa kecewa saat Darren mengucapkan itu.
Disha memang menyukai Darren tapi ia juga tidak punya jawaban jika seandainya Darren ingin menikahinya. Sebab itulah, dia merasa lega, tapi ia kecewa karena yang tadi cuma bercanda.
"Jangan serius - serius."
Darren menjentikkan jari di depan wajah Disha yang masih terbengong-bengong, hingga mata sipit itu berkedip sekali.
"Senyum dong, jangan datar terus, semangat! Mata sipit kamu itu kalau senyum cantik banget, kaya bulan sabit." puji Darren yang semakin membuat pipinya bersemu merah.
"Jangan lupa minum air yang banyak, jaga daya tahan tubuh kamu." pesan Darren sebelum akhirnya benar-benar meninggalkan Disha yang merasakan gejolak di dadanya.
Gadis itu memegangi dada kirinya yang berdebar-debar, "Tidak bisakah dia buat aku saja, Tuhan? Huft... aku benar-benar mencintainya, bukan cuma suka, tapi ini cinta."
...****************...
Besok paginya...
"Ishar, mama pulang dulu, adik-adik sama papa pasti butuh mama, kamu jaga kesehatan, makan makanan kamu nanti Krystal yang urus, minum obat juga, awas aja kalau sampai nggak mau!" ancam Akira, sambil memakai tas selempangnya.
Ya, semalam wanita itu menginap di penthouse karena merasa anak pertamanya butuh dirinya.
"Krystal, tolong ya!" pesan Akira pada Krystal yang tengah membersihkan lantai ruang tamu.
Sebenernya, Akira merasa aneh kenapa putranya mencari pembantu yang usianya begitu muda seperti Krystal.
Akira tidak yakin bahwa Krystal itu kompeten, apalagi semalam Kaisar bilang ,ini pertama kalinya Krystal bekerja, itu berarti gadis itu tidak berpengalaman kan?
"Hah! Sudahlah, besok saja aku pikirkan soal pembantu anak itu." gumam Akira sambil memasuki lift menuju lantai bawah.
"Tuan sarapan, tadi nyonya membuat bubur ayam untuk anda." kata Krystal membawa nampan berisi semangkuk bubur dan segelas air hangat.
Kaisar tak bergeming, ia malah sibuk dengan laptopnya.
"Tuan makan dulu, nanti saya__"
"Kamu cerewet kaya mama." desis Kaisar tanpa mengalihkan pandangannya dari layar laptop.
Jengah dan takut kena omel nyonya Akira, Krystal memilih memaksa pria itu makan dengan menyuapinya.
"Eh? Kamu ngapain?"
"Makan, Tuan." suruh Krystal dengan nada datar dan ekspresi galak, tapi Kaisar tak perduli.
"Ishar makan!" tekan gadis itu yang membuat pria itu mengalihkan pandangannya dan matanya membulat sempurna ke arah Krystal.
"Kamu ya__mmph!"
"Kunyah!" titah Krystal saat berhasil memasukkan sesendok bubur ke mulut majikannya yang seperti anak kecil.
"Tuan kalau sakit seperti anak kecil saja." oceh Krystal.
"Berani ya kamu ini cuma__mmp!"
Sekali lagi , Krystal berhasil memasukkan sesendok bubur.
Lama kelamaan, Kaisar menurut ia makan meski harus di suapi dengan tak ikhlas.
"Masih sakit, jangan galak-galak." sindir Krystal saat melihat ekspresi judes dari Kaisar.
Kaisar tak menanggapi, "Minum, lalu minum obatnya."
"Nggak mau minum air hangat!" tolak Kaisar.
"Orang sakit harus minum air hangat saat minum obat." jelas Krystal.
"Nggak suka!"
"Jangan kaya anak kecil deh lo, tadi mama lo yang suruh! Manja deh." ucap Krystal sebal, ia keceplosan saking jengahnya dengan sikap kekanakan Kaisar.
"Heh!" bentak Kaisar, yang kaget dengan ketidaksopanan pembantunya.
Krystal hanya menutup mulutnya kikuk dengan ekspresi lucu yang tak lepas dari mata Kaisar yang melotot, lalu kabur dari sana, "Jangan lupa obatnya!" teriaknya sembari kabur, takutnya kena omel.
Semenjak, ada Krystal sepertinya hidup Kaisar sedikit berbeda.
Meski di rumah orangtuanya ada adik-adiknya cuma ia tak pernah melakukan pertengkaran kecil bersama adik-adiknya kecuali saat mereka masih kecil.
Ia selalu bersikap serius, kadang bercanda paling cuma ikut-ikutan saja saat Samudra sedang cekcok dengan Ayura dan Sara.
Kaisar tersenyum miring menyadari ada sedikit perubahan di tatanan hidupnya yang terlalu serius itu.
"Pembantu itu sangat berani, aku harus tanya Max, darimana ia dapat pembantu abg labil yang tidak sopan itu."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments