Seperti harapan sang ayah, Kaisar tumbuh dewasa dengan kemampuannya untuk membangun kerajaannya sendiri.
Terlepas dari dirinya yang juga menjadi pewaris, tapi ia juga merintis bisnis lainnya yang terbaru adalah perhotelan.
Setelah sukses dengan agensi entertainment yang ia buat, ia mencoba menggeluti bidang lainnya.
Seperti tak pernah puas, Kaisar terus berusaha memperluas kekuasaannya tanpa perduli jika hatinya hampa tanpa cinta yang lain selain cinta keluarga.
Akira menghampiri anak pertamanya yang tengah sibuk dengan berkas dan komputernya, "Minum susunya, terus tidur!" kata Akira sambil meletakkan segelas susu full cream di atas meja kerja Kaisar.
"Aku bukan anak-anak lagi, mama!" protesnya, namun ia tetap meminum susu yang di bawa Akira.
"Kamu ini, bagian mana yang tidak di turunkan papa kepadamu, mama yang mengandung mu, tapi dari fisik sampai kebiasaan kamu persis seperti papa." oceh ibu empat anak itu.
Ya, empat.
Saat, usia Kaisar 20 tahun, bisa-bisanya mamanya melahirkan bayi perempuan yang di beri nama Sara Tsanaya Putri Danuarta.
Dimana adiknya itu adalah penyandang nama terpanjang di keluarganya.
"Harusnya, mama sekarang kelonin Sara aja." ucapnya datar.
Reflek, Akira menepuk bahu tegap sang anak, "Semua anak mama sudah tidur,kecuali kamu, lihat!", Akira menunjuk pada jam dinding yang menunjukkan waktu pukul sebelas malam.
"Jam sebelas dan kamu sedang apa sekarang?"
"Teleponan sama Liora." jawab Kaisar asal saja.
"Kamu ini!" cibir Akira, anaknya mengejeknya sepertinya, "Lanjut besok, ini waktunya istirahat, jangan lupa luangkan waktu untuk Liora besok."
"Iya mama cerewet." jawabnya malas.
"Ishar!" pekik Akira, yang membuat Kaisar memutar bola matanya malas.
Namun, meski begitu ia sangat menyayangi mamanya.
Mama yang tak pernah membandingkan dirinya dengan adik-adiknya, yang tetap memperlakukannya sama, meski dia seorang kakak yang punya tiga adik.
Tapi tetap saja, mamanya itu terobsesi dengan anak perempuan, jadi sudah pasti mamanya selalu lebih dekat dengan Ayura, Sara, bahkan Liora, tunangannya.
Ya, dia sudah bertunangan.
Akhirnya, di usianya yang ke dua puluh tujuh ia menerima saran orangtuanya untuk bertunangan dengan seorang gadis baik bernama Liora.
Sudah berjalan dua tahun, tapi bagi Kaisar ini hanya sebuah formalitas.
Ia tak pernah merasakan getaran apapun saat bersama Liora.
Apa dia tidak normal?
100% normal!
Ia masih suka melihat cewek seksi di club malam, tapi tidak untuk merasakan cinta.
Diam-diam begini, Kaisar juga suka ke club sekedar minum dan menghibur diri bersama Kevin, Steve dan Maxime, teman-temannya.
Baginya, hidup cuma sekali dan cinta juga cuma sekali, ia terus menjaga hatinya untuk seorang yang tepat, yang belum ia temukan.
Bahkan ia menjaga hatinya dari tunangannya, sekalipun!
...****************...
"Oi!" pria tampan berdarah campuran Amerika- Indonesia itu melambaikan tangan pada pria yang ia tunggu.
Satu pria lainnya, melihat jam tangan yang melingkar di pergelangan tangan atletisnya.
"Ini sudah dini hari, kita nungguin lo, hampir tiga jam." kata Steve, sambil mengisyaratkan angka tiga dengan tiga jemarinya.
"Banyak kerjaan." jawab Kaisar enteng, lalu mendudukkan dirinya di sebelah Max, pria yang memanggilnya tadi.
Sehabis ia memastikan mamanya tidur, ia diam-diam keluar untuk pergi ke club.
Ya, selama ini mamanya tidak tahu kelakuannya yang mulai bebas.
Lelaki dewasa itu bahkan berpikir.
Sepertinya, Kaisar harus tinggal sendiri agar memiliki privasi dan kebebasan.
"Sok sibuk lo!" cibir Maxime, sembari menuangkan wine ke gelas.
Kaisar memutar bola matanya malas, tangannya bergerak untuk menyalakan api di ujung rokok yang kini di apit di antara jari tengah dan telunjuknya.
"Emang sibuk, pacaran aja gak sempet." celetuk Kevin lagi.
"Kasian jadi Liora, pasti gak enak di cuekin ayang." sambung pria berwajah oriental itu, berniat meledek sang sahabat.
"Stop! Gue dateng ke kalian tuh ada perlu penting, bukan minta di ledekin." ucapnya kesal, sambil mengaburkan asap yang ia ciptakan ke udara, lebih tepatnya ke arah Kevin, yang membuat lelaki oriental itu terbatuk-batuk.
"Sialan lo ya, Sar!" kesal Kevin sambil mengibaskan sebelah tangannya di depan wajahnya, "Udah bau rokok, campur sama bau napas lo lagi, jijik gue!"
Sar?
Emang ya Kevin ini, emang dia tim SAR apa di panggil begitu.
"Rasain tuh jadi bau sangit, abis ini cewek-cewek gak ada yang mau di tempelin Kevin." ucap Steve asal, di susul gelak tawa karena melihat reaksi Kevin yang di kerjai oleh Kaisar.
Kaisar pendiam, dingin, datar tapi saat bersama dengan sahabatnya Kaisar agak berbeda.
Aura seriusnya pudar, wajah datarnya tersenyum bahkan tertawa atau mengumpat.
"Lah biasanya ada yang mau sama Kevin emangnya?" ledek Kaisar yang mengundang gelak tawa Steve dan Maxime.
...****************...
"Gimana, Kai?" tanya Maxime, setelah memastikan bahwa sahabatnya itu sudah puas memeriksa penthouse yang terletak di gedung apartemen miliknya.
"Oke juga, yaudah gue beli, sekalian sama gue butuh asisten buat bersihin dan rapihin semua ini."
Maxime mengangguk setuju, akhirnya Kaisar yang selama ini menjadi satu-satunya di antara mereka yang masih hidup di tengah hangatnya keluarga memutuskan untuk hidup sendiri.
"Kapan mau di tempati?"
"Besok bisa?"
"Pokoknya beres!" sahut Maxime, menirukan gaya bicara dalam film komedi jaman dulu.
"Lo udah bilang sama, mama lo?"
Kaisar menggeleng, tapi matanya tetap menyusuri setiap bagian penthouse yang akan ia tempati, berjalan pelan di iringi Maxime di sebelahnya.
"Kalau gak boleh?" tanya Maxime.
"Kenapa? Lo takut ini gak jadi gue beli?" celetuk Kaisar sembarang.
"Yoi lah, cuma sama lo gue jual mahal!" tukas Maxime yang sebenarnya bercanda.
"Lumayan kan daripada sama orang, jual murah mending sama lo!" timpalnya lagi yang mendapat toyoran dari Kaisar.
"Btw, kenapa mendadak mau tinggal sendiri? Biar lo bisa nganu sama Liora diam-diam pasti?" tebak Maxime, pria tampan ini memang berotak mesum, bahkan Maxime memanfaatkan wajahnya untuk memikat para gadis.
"Dasar otak rusak!" cibir Kaisar tak melewatkan kesempatan untuk menggeplak kepala Maxime.
"Sensi amat sih, heran!" ketus Maxime yang mungkin kesal mendapat toyoran dan geplakan dari Kaisar.
"Gue gak mungkin lakuin hal kaya gitu ke Liora!" bantah Kaisar.
"Jangan-jangan lo, gay?"
"Max! Lo minta gue lempar dari balkon? Hah?!" ancamnya.
"Ya lagian, lo gak pengin gitu sama Liora?
"Nggak." sahutnya singkat, ia membuka pintu menuju balkon.
"Tapi lo suka sewa cewek di klub." cecar Maxime, ia tahu Kaisar bukan tipe cowok nakal, Kaisar di besarkan dalam keluarga yang harmonis, terpandang dan beretika.
Ia bertanya hanya untuk memastikan saja.
Lagian, ia sering tau Kaisar menyewa cewek tapi cuma di diamkan saja, makanya tadi dia bertanya apa Kaisar, gay?
"Cuma gabut doang." jawab Kaisar enteng, sambil memandangi lampu kota yang nampak dari dimana ia berdiri.
"Hah?!" pekik Maxime, temannya yang satu ini emang agak laen.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments
Gadih Hazar
Full dialog luar biasa kak.. mungkinkah dari gaya penulisan menggambarkan tipe si author nya...? kalau aku mungkin tipe yang suka menyendiri mungkinkah tipeku mempengaruhi gaya tulisanku yang lebih banyak bercerita dari pada dialog kak? hehehe namun krisanmu di karyaku sangat mbantu ku utk berkembang kakak, sekali lagi terimakasih..🙏
2023-02-04
1