Episode sebelumnya...
Bumi yang melihat itu menggigit bibir bahwanya, entah kenapa itu terlihat sangat seksi di matanya.
Bintang dan Bumi sepertinya tidak menyadari bahwa bunga-bunga cinta telah bermekaran di hati mereka berdua.
###
Happy Reading & Enjoy Guys.
###
Bintang dan Bumi selonjoran di depan TV. Mereka berdua saat ini sedang berada di Apartement Bintang. Waktu baru menunjukkan pukul delapan malam.
Mereka merasa sangat kekenyangan.
###
Bintang tadinya hanya berniat ingin membantu mengajari Bumi membuat sate Bali justru merasa kaget saat sudah tiba di Apartement Bumi. Meja makan Bumi sudah di penuhi dengan daging-daging cintang uji coba Bumi yang sepertinya gagal?.
"Hari ini elo gak usah bantuin gue masak, gue udah kerjain semuanya seharian, elo cuman harus temenin gue makan dan cobain dari daging-daging yang udah gue cincang ini tingkat asinnya tuh berbeda-beda, rasanya juga beda-beda. Tugas elo adalah bantuin gue buat nentuin mana yang paling enak. " Ujar Bumi sambil memperlihatkan beberapa wada yang berisi daging cincang.
"Mas buat sebanyak ini sendirian?. " Tanya Bintang merasa tidak percaya Bumi melakukannya seorang diri.
"Ya iyalah masak pake bantuan tuyul. "
"Hahahaha ya bisa aja kan mas. " Bintang terkekeh.
"Enak aja lu, ya gue sendirian lah. Apasih yang gak bisa gue lakuin seorang diri. "
"Idihhhh sombong amat. "
"Udahhhh, deh tugas elo malam ini cuman buat bantuin gue nyicipin daging-daging itu. "
"Tapi ini gak ada daging b*binya kan mas?. " Bintang memastikan takut Bumi sedang menjahilinya.
"Enggak lah, elo tuh mikirnya negatif mulu ya ke gue. Inituh cuman daging ayam sama daging sapi. Lagian gue juga gak makan daging b*bi. Bisa-bisa Mak gue di surga sana bangkit dari kubur. " Jelas Bumi.
Bintang mengangguk-anggukkan kepalanya pertanda ia sudah mengerti jika Bumi memeluk agama yang sama dengannya.
"Ini bukan uji coba yang gagal kan mas Bumi kok cincangan dagingnya aneh gini. " Tanya Bintang yang masih tidak percaya, ia merasa sayang kepada daging-daging itu kalau nanti akhirnya akan di buang melihat bentuknya yang asal di cincang. Beberapa daging terlihat masih utuh belum di cincang sepenuhnya.
"Enggak lah elo cobain aja mana yang menurut lo paling pas berarti itu yang bakalan gue pilih juga. "
Cincangan daging itu tentunya belum sepenuhnya menjadi sate, karena nantinya akan di tempelkan pada batang serai. Sate Bali memang tidak seperti sate-sate pada umumnya.
Tanpa banyak argumen lagi Bintang dan Bumi duduk di meja makan sambil menentukan rasa mana yang paling pas nantinya untuk di hidangkan pada saat acara ulang tahun Shanti. Bumi tentunya tidak lupa membeli sampel sate Bali yang akan mereka bandingkan pada daging-daging yang sudah Bumi cincang.
###
Bintang dan Bumi saat ini terlihat sedang berbincang-bincang.
"Btw, ibu lo katanya pernah punya warung padang gitu yah. " Tanya Bumi memulai obrolan.
"Hmmmm iya. " Jawab Bintang.
"Kenapa tutup?. " Bumi penasaran.
"Emangnya mas gak di ceritain sama Ayah?. "
"Hmm cerita sih cuman bilang warungnya di jual. "
"Hmm, jadi dulu pas mau naik kelas 2 SMA saya pernah sakit terus di operasi mas. Di kepala saya dulu ada tumor, untungnya masih kecil banget tapi tumor itu bikin saya sering pingsan di sekolah. " Bintang mengingat-ingat masa lalunya.
"Karena waktu itu ekonomi lagi sulit banget yah mas, terus kakak saya yang pertama masuk penjara karena kedapatan jual sabu-sabu buat bantuin saya berobat. " Tanpa sadar matanya berkaca-kaca.
"Waktu itu gak ada pilihan lain selain menjual satu-satunya tempat usaha itu, karena kalau gak di operasi waktu itu tumornya bakalan membesar kata dokternya, makanya sekarang saya kuliah dan sekarang lagi libur ya udah saya manfaatin aja buat kerja, biar gak terlalu nyusahin mereka. " Air mata Bintang akhirnya jatuh juga, ia sebenarnya malu menangis di depan Bumi, kenapa juga ia harus menceritakan masa lalunya yang buruk itu.
Bumi memberikan tissu kepada Bintang.
"Aduhh maaf yah mas kok jadi melow gini, jadi malu saya. " Bintang sambil menghapus air matanya.
Bumi terdiam pikirannya kemudian melayang ke masa lalunya yang tidak kalah beratnya dari Bintang. Ibunya yang meninggal karena tumor dan di saat yang sama itu Ayah Bumi pergi bersama perempuan lain meninggalkannya mereka berdua.
Entah mengapa ceritanya hampir persis dengan cetira kakak Bintang yang masuk penjara gara-gara kedapatan menjual sabu-sabu demi mendapatkan uang untuk membayar rumah sakit. Namun, yang masuk penjara bukan kakak Bumi melainkan dirinya sendiri. Yeah, Bumi pernah menjadi pengedar. Untungnya salah satu teman ayahnya yang berprofesi sebagai polisi merasa iba kepadanya dan membantunya lolos dari tuntutan hukum.
Selama 2 bulan masa tahanan itu, Ibu Bumi meninggal di rumah sakit tanpa ada seseorang disisinya. Mendengar kabar itu dunia di sekeliling Bumi seperti runtuh dalam sekejap. Satu hal yang paling memilukan pada waktu itu adalah ia tidak di beri kesempatan untuk menghadiri pemakaman ibunya sendiri. Ia terkurung dalam jeruji besi berwarna hitam dengan tembok berwarna putih di sekelilingnya. Mungkin mulai saat itu Bumi terobsesi dengan warna hitam dan putih, Atau mungkin jiwanya masih terperangkap dalam penjara itu.
"Massss?? Mas Bumi?. " Panggil Bintang menyadarkan Bumi yang terlihat melamun sedari tadi.
"Hmmm eh iya Bintang. " Bumi menyahuti panggilan Bintang.
"Kok Aprtement mas ini sepi banget emangnya mas gak ada saudara gitu.? " Tanya Bintang penasaran.
"Aku anak tunggal. " Jawabnya singkat.
"Ohh pantas aja, orang tua mas kemana?. "
"Ibu udah meninggal, Ayahhh? gak tau gue gak punya ayah. "
Mendengar hal itu Bintang jadi merasa bersalah karena bertanya hal yang sensitif.
"Aduhh maaf mas, saya gak tau. oh iya tadikan mas udah bilang pas di dapur. Maaf yah mas, saya gak niat. " Bintang mengingat ucapan Bumi yang mengatakan ibunya akan marah dan bangkit dari kubur jika ia makan b*bi.
"Enggak apa-apa kok santai aja, Ibu gue dulu meninggal karena penyakit tumor, waktu itu gue lagi ada di tahanan waktu ibu meninggal. Gue juga pernah jadi pengedar sab*-sab* gitu, sebelum kayak sekarang gue juga pernah susah sampai harus makan dari makanan sisa orang lain. " Bumi bercerita.
"denger cerita lo barusan gue jadi ingat juga sama diri gue di masa lalu. " Bumi menarik napas dan melanjutkan ceritanya.
Bintang dengan sabar mendengarkan Bumi, yang seperti senasib dengannya di masa lalu. Bintang tidak menyangka kehidupan Bumi yang terlihat serba mudah dan bergelimang harta ini memiliki masa lalu yang kelam. Pantas saja Apartement ini terlihat sangat sepi dan dingin. Bintang merasa lebih bersyukur setidaknya dirinya masih memiliki keluarga yang utuh dan mencintainya. Bintang kembali menangis terisak-iaak karena merasa terharu sekaligus kasian kepada Bumi yang hidup seorang diri.
"Hiksssssssss."
Bumi berhenti bercerita karena kaget melihat Bintang menangis.
"Kasian banget kamu, mas. "
"Eh kenapa jadi lo yang nangis kejerr kunyuk. "
"Hikssssssss mas Bumi, pantes aja rumahnya dingin banget. "
"Emang kenapa.? "
"Masnya pasti sering kepanasan. " Ujar Bintang karena tidak tau ingin berkata apa, karena harusnya ia menyemangati Bumi justru dirinyalah yang merasa sangat sedih.
Bumi menepuk-nepuk pundak Bintang.
"Udahh, udahh itu ingus loh berjatuhan awas aja kalau kena sofa gue. " Bumi mengalihkan pembicaraan agar Bintang berhenti menangis.
"Cengeng banget sih lo. " Ejek Bumi.
Bintang menghapus air matanya dan mengeluarkan ingusnya menggunakan tissu yang sedari tadi sudah berada di tangannya.
"Udah cengeng, jorok lagi ihhh. " Teriak Bumi.
Bintang kemudian mengarahkan tissu yang sudah di tempeli ingusnya itu ke arah Bumi, Bumi berlari dan langsung di kejar oleh Bintang. Mereka kemudian kejar-kejarran sambil tertawa.
###
Bersambung...
Terimakasih sudah membaca, klik like dan tulis komentar kalian. Masukan dan saran yang membangun akan lebih berguna untuk penulis kedepannya menjadi lebih baik.
Author
#kimel#
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments