Bintang Untuk Bumi
Happy reading. Semoga kalian suka.
Seorang gadis berambut panjang yang tergerai terlihat sedang berlari-lari kecil pada trotoar jalan raya ia terlihat baru saja keluar dari salah satu cafe di ujung jalan sana. Tubuhnya yang lumayan tinggi dengan lekukan yang indah tak bisa ditutupi oleh seragam kerjanya yang ketat.
Awal tahun dan musim hujan memang tidak dapat dipisahkan bagaikan sepasang sejoli yang selalu saling merindukan. Aspal yang dipijaknya terlihat masih basah akibat hujan yang terus-menerus mengguyur kota ini. Gadis itu tidak membawa mantel hujan, sementara sepedanya masih berada di bengkel.
Beberapa hari yang lalu saat gadis itu akan berangkat berkerja ia mendapati sepedanya dengan keadaan ban depannya yang sudah kempes yang setelah di cek pada bannya ternyata ada bekas tusukan paku sepanjang 2 senti.
Gadis itu berjalan pulang sendirian. Suasana di sekelilingnya sangat sepi. Hujan membuat orang-orang menjadi malas untuk keluar rumah.
"Ahh dingin sekali. " Ujarnya.
Gadis itu sekali-kali melangkah lebar menghindari genangan air pada trotoar jalan yang berlubang sambil menutupi kepalanya. Gerimis. Padahal hujan baru saja reda beberapa menit yang lalu, hal itu pula yang menyebabkannya terlambat pulang bekerja. Tidak mungkin juga ia harus pulang dengan berbasah-basahan.
Meskipun pulang agak terlambat tapi senyumnya terlihat sangat manis. Gadis itu memegangi tas selempangnya dengan erat, seperti takut sesuatu yang ada di dalamnya akan jatuh atau mungkin di rampas orang lain. Hari ini adalah tepat 1 bulan gadis itu bekerja dan gaji pertamanya baru saja ia terima. Kakinya yang panjang terus melangkah dengan lebar tanpa memperhatikan sekitarnya.
...Gubrak... ...
"Awww."
Gadis itu mengangkat kepalanya, terkejut.
"Ah! Punya mata gak sih. " Ujar seorang laki-laki di depannya.
"Sory, eh maaf saya gak sengaja pak eh mas, eh kak?. " Gadis itu panik dan langsung meminta maaf.
"Kak kek kak kek, aduh pakaian gue kotor kalau jalan tuh pake mata dong. gimana sih. " Bentak si laki-laki.
Laki-laki itu kemudian membungkuk untuk mengangkat kantung plastiknya yang jatuh. Terlihat dengan jelas bahwa laki-laki baru saja keluar dari laundry.
Si gadis yang berasal bersalah mencoba membantu dengan mengulurkan tangannya memegang sisi kantung plastik yang lain, namun tangannya segera di tepis oleh laki-laki itu.
..."sat.. set. ."...
Tanpa sengaja gadis itu menarik ujung pegangan plastik yang memang sudah sedikit robek. Beberapa pakaian lelaki itu akhirnya jatuh ke genangan air hujan.
Gadis itu kaget, ia melompat mundur.
"Yah yah yahhh eh elo udah gak punya mata, kayaknya juga gak punya otak yah. " Ucap laki-laki itu dengan nada yang sedikit keras sambil berusaha menyelamatkan pakaiannya yang lain agar tidak jatuh ke genangan air.
Mendengar cacian itu si gadis terperanjat dan merasa kesal juga, padahal ia sudah meminta maaf dan mencoba membantu lagi pula ini terjadi tanpa di sengaja olehnya. Pikir gadis itu, namun tidak ia katakan karena masih ada rasa bersalah di hatinya.
"Eh iya maaf mas, sini biar aku bantuin angkat atau aku bantu buat nyuciin yang kotor tadi aja mas. " Gadis itu sambil mengulurkan tangannya.
"Udah gak usah, jangan di sentuh. " Ucap laki-laki itu sambil menepis uluran tangan si gadis. Laki-laki itu kemudian memunguti pakaiannya yang kotor akibat genangan air hujan lalu memasukannya kembali ke dalam kantong kresek nya yang sudah robek setengah.
"Itu bisa saya bantu buat di cuci mas, maaf ya mas biar saya tanggung jawab mas saya.. "
"Udah, udah gak usah deh. "
"Tapi, mas. "
Lelaki itu mengangkat kepalanya dan terperangah melihat mata gadis itu, bulu matanya lentik, bola matanya berwarna coklat terang, rambut panjangnya tergerai indah. Senyumnya terlihat sangat manis, ia memperhatikan gadis itu dari kaki hingga kepala dan terfokus pada papan nama yang bertengger di baju kerja gadis itu. Sebuah ide kemudian muncul di pikirannya.
"Ya udah kalau elo maksa sini ikut gue" Sambil menarik tangan gadis itu.
"Eh kemana mas?." Gadis itu kaget karena tangannya di tarik ia reflek melepaskan tarikan tangan laki-laki tersebut.
"Katanya elo mau tanggung jawab?. "
Laki-laki itu kembali menggenggam erat tangan si gadis lalu menariknya. Gadis itu terpaksa mengikutinya. Kali ini genggaman tangan laki-laki itu terasa sangat kuat, sementara jalanan sangat sepi ingin teriak juga rasanya tidak akan ada yang mendengarnya. Gadis itu melangkahkan kakinya dengan pasrah mengikuti langkah kaki lali-laki didepannya, tangannya masih digenggam oleh laki-laki itu.
Setelah berjalan sekitar 2 menit mereka sampai di depan sebuah mobil sedan berwarna merah terang. Laki-laki itu kembali menariknya lalu membuka pintu samping kiri mobil dan melemparkan kantong kresek berisi pakaian lelaki itu ke kursi belakang, terlihat juga ada kantong kresek lainnya entah apa isinya. Laki-laki itu lalu mendorong si gadis masuk ke dalam mobilnya ia sendiri bergerak ke sisi yang lain dan ikut masuk ke mobil sedan berwarna merah terang itu. Laki-laki tersebut kemudian menutup dan mengunci mobilnya.
Gadis itu meemoerhatikan sekelilingnya ternyata ada orang lain juga di dalam mobil itu, seseorang yang duduk di balik kemudi. Seorang pria paruh baya.
"Jalan pak. " Perintah lelaki itu kepada seseorang di balik kemudi yang ternyata adalah supir pribadinya.
"Eh ini mau kemana mas? Pakkk?. " Ucapnya panik, gadis itu berfikir apakah ia sedang berhadapan dengan mafia penjual organ tubuh manusia, batinnya.
Gadis itu bergidik ngeri tak ingin membayangkan apa yang akan terjadi setelah ini. Mobil sedan itu melaju kencang, membelah hujan deras yang tiba-tiba saja turun dari langit.
"Ini apa-apaan apakah saya di culik? Apakah organ saya akan di ambil? Aduhh pak? Mas maafin saya? Saya gak sengaja tadi, saya baru aja gajian saya ganti aja bajunya mas pake uang saya, asal saya jangan di bunuh."
Gadis itu tambah panik karna melihat si sopir yang terkekeh.
" Toloooongggggg. " Gadis itu berteriak berharap akan ada orang yang mendengar suara jeritannya di luar sana.
"Mba tenang mbaaa kami gak jahat kok" Ucap supir menenangkan.
"Tolooongggg sayaaaa pak, saya belum nikah pak? Mas? Saya belum nikah mas, saya belum mau mati, hiksssssss. " Gadis itu memberontak menggedor-gedor pintu mobil berharap siapapun di luar sana ada yang akan mendengarkan suaranya.
Namun nihil, suaranya tentu saja tidak akan dapat menembus kaca tebal mobil itu.
Gadis itu memperhatikan sekitarnya, mendekatkan wajahnya ke kaca sambil tetap mencoba membuka pintu mobil yang terkunci rapat berharap akan ada seorang pengendara yang memperhatikannya dan dapat membantunya menghentikan laju mobil ini. Namun, tidak ada satupun pengendara yang berpapasan dengan mobil ini yang melihatnya, hujan di luar sana membuat pengendara lain lebih fokus pada jalan raya yang basah dan licin.
Gadis itu menurunkan tangannya dari pintu mobil, ia merasa lelah usahanya sia-sia saja tidak akan ada satu orangpun di luar sana yang akan bisa menolongnya. Gadis itu menutup mukanya, matanya sudah berkaca-kaca menahan tangis. Apakah ini akhir dari hidupnya? Ia tidak boleh menangis dan terlihat lemah di mata laki-laki brengsek ini, gadis itu melirik sinis ke laki-laki yang duduk di sampingnya sedari tadi. Tak ingin ambil pusing laki-laki itu terlihat santai dan membuang muka menatap ke jendela kaca mobilnya, ia sama sekali tak peduli. Masa bodoh bila gadis itu menangis hingga meraung-raung sekalipun.
Hening. Gadis itu kemudian berpikir untuk melarikan diri dari laki-laki ini setelah mobilnya sampai pada tujuan. ia mulai berpikir dan mengatur strategi, jika mobil ini sudah berhenti melaju dan pintu mobil terbuka ia akan langsung mengambil ancang-ancang menonjok laki-laki itu, keluar dan lari meninggalkannya, lalu jika laki-laki ini mengejar ia akan langsung lari ke tempat yang ramai dan berteriak sejadi-jadinya.
###
Bersambung...
#kimel"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments