#17

Kuda itu berputar-putar di depan balkon. Ringkihan nyaring disertai kedua kakinya yang diangkat dan sayap yang dikepak-kepakkannya, seperti sedang memamerkan keindahan dan kegagahannya di depan Adinullah. Zabarjad mengangkat tangannya memberi perintah agar kuda itu membalikkan tubuhnya. Kuda itu mengangkat kedua kakinya. Ringkihannya terdengar nyaring membelah hening tempat itu. Tubuhnya di dekatkan ke balkon. Adinullah terlihat takjub dengan perawakan tinggi besar dan kekar dari kuda itu. Dia membayangkan bagaimana dirinya ketika menunggangi kuda itu. Dia benar-benar akan menguasai angkasa. Keinginannya yang terpendam menjadi orang yang disegani dan mempunyai banyak pengikut akhirnya akan jadi kenyataan.

"Naiklah, ini adalah tungganganmu. Dia akan datang ketika kamu membutuhkannya. Berikan ia nama agar ia mengerti ketika kamu panggil," kata Zabarjad kepada Adinullah. Adinullah terdiam memikirkan nama yang pantas untuk kuda hitam di depannya.

"Bireng Mundung. Aku beri nama dia Jaran Bireng Mundung," kata Adinullah. Kembali kuda itu mengangkat kedua kakinya dan meringkik keras, seperti kegirangan dengan nama pemberian Adinullah.

"Sekarang, naiklah. Jarang bireng mundung sudah jadi milikmu. Dia akan mengajakmu berkeliling. Bersenang-senanglah dan nikmati surgamu. Aku akan menyuruh dayang-dayang menyiapkanmu makanan," kata Zabarjad. Adinullah menatap Zabarjad.

"Tak usah takut. Kamu tidak akan terjatuh. Apapun pikiranmu, kuda itu sudah tersambung denganmu. Dia tidak akan mencelakakan tuannya,"

Adinullah mengangguk mantap. Untuk mengetes apakah kuda itu benar-benar mengerti apa yang ada dalam pikirannya, Adinullah memejamkan matanya. Dalam hatinya, ia memerintahkan kuda itu berbalik dan memberi hormat kepadanya.

Kuda itu kembali meringkik. Adinullah membuka matanya. Ia tersenyum. Kuda itu kini sudah menghadap ke arahnya dengan posisi menundukkan tubuhnya.

Dua orang laki-laki bertubuh tinggi besar dengan wajah menyeramkan menghadap. Ia memberi hormat dengan bersimpuh di lantai.

"Yang mulia putri di suruh menghadap paduka raja," kata salah seorang dari keduanya. Zabarjad menganggukkan kepalanya. Ia menoleh ke arah Adinullah. Pundak Adinullah di pegangnya manja.

"Suamiku, bersenang-senanglah dulu dengan kudamu. Nikmati pemandangan tempat ini sepuas hatimu. Yang Mulia memanggilku.Aku akan memanggilmu jika hidangan sudah siap, " kata Zabarjad. Adinullah mengangguk.

Adinullah kemudian menaiki balkon. Kuda hitam itu mengerutkan kedua sayapnya dan mendekatkan tubuhnya ke balkon. Adinullah menaikinya pelan. Setelah posisi duduk Adinullah mantap di atas punggung kuda, kuda itu perlahan bergerak maju. Perlahan kedua sayapnya dikepakkannya. Semakin cepat dan cepat, sehingga menciptakan deru angin yang keras. Dan tak berapa lama kemudian, kuda itu melesat dengan kencangnya.

* * * * *

Zabarjad memasuki ruangan gelap setelah melewati lorong panjang yang dipenuhi berhala-berhala yang berjejer sepanjang lorong. Berhala-berhala itu keseluruhannya dalam posisi berdiri dengan sikap menghaturkan sembah. Berhala-berhala besar dengan tatapan mata yang seolah-olah hidup seperti sedang menatap kemana tubuh Zabarjad bergerak.

Zabarjad bersimpuh di lantai dan menghaturkan sembah kepada sosok yang seluruh tubuhnya menyala penuh api, yang sedang duduk di atas sebuah singgasana. Deru suara api yang membara terdengar memenuhi ruangan. Di sisi kiri dan kanannya, masing-masing telah duduk tiga orang. Dia menoleh ke arah satu kursi kosong di sisi sebelah kanan sosok misterius itu. Sosok menakutkan itu berdiri. Jubahnya yang menyala disibakkannya. Dia adalah Raja Jin yang sudah berumur empat ratus tahun. Namanya Prabu Kale Marge. Lima puluh tahun yang lalu dia berhasil merebut kerajaan jin golongan putih dari tangan pemimpinnya, Fathul Bar, yang berlokasi di bukit bako tinggi. Dia tergolong Jin paling kuat. Kesaktian yang dimilikinya berhasil memperdayai pengikut raja Fathul Bar yang lemah imannya untuk membantunya memberontak dan mengusirnya pergi. Karna kesaktian dan kekuatannya itulah yang membuatnya tak mampu tertandingi. Dia juga menobatkan dirinya menjadi Raja bangsa Jin.

"Zabarjad, aku sangat senang dan puas dengan usahamu menyesatkan salah satu pengikut Tuan Guru Alamsyah Hasbi. Sesatkan sebanyak-banyaknya orang-orang yang hendak menuju Allah dengan tipu dayamu. Aku akan menganugrahimu pangkat dan drajat yang tinggi di sisiku. Bangunlah dan duduklah bersama pengikut-pengikutku yang punya prestasi gemilang sepertimu," kata Kale Marge sambil mengarahkan telanjuk panjangnya yang menyala ke arah satu kursi kosong di sisi kanannya.

Zabarjad kemudian bangkit. Setelah menghaturkan sembahnya lagi, ia melangkah menuju kursi kosong yang ditunjukkan. Zabarjad tersenyum dan duduk.

"Sekarang jalan kita untuk menyesatkan pengikut-pengikut Tuan Guru Alamsyah Hasbi akan lebih terbuka dengan adanya Adinullah. Persapkan dia dengan sebaik mungkin untuk mengemban misi itu. Tapi ingat, jangan sampai dia berhadapan langsung dengan Tuan Guru Alamsyah Hasbi. Tuan Guru Alamsyah Hasbi bukanlah lawan Adinullah. Jikapun itu tidak bisa dihindarkan, beri dia bantuan untuk menghadapi Tuan Guru Alamsyah Hasbi. Kamu boleh meminta bantuan Darharah dan Getih Merah," kata Kale Marge sambil menunjuk kepada dua orang yang duduk di sebelah kirinya. Keduanya menghaturkan menganggukkan kepalanya menghaturkan hormat.

Kale Marge mengangkat tongkat apinya dan mengarahkannya ke arah dinding yang gelap. Beberapa percikan api meluncur dari ujung tongkat dan melesat ke arah dinding gelap. Seketika dinding yang gelap berubah terang dan menampilkan sebuah layar besar, dimana mereka bisa menyaksikan bagaimana Aminullah berteriak kegirangan di atas kuda hitamnya yang terbang kesana kemari. Zabarjad tersenyum puas melihat Kale Marge tersenyum mengangguk-anggukkan kepalanya.

"Sekarang pergilah, temui Adinullah. Jamu dia.Setelah itu berikan dia keinginannya untuk menghabiskan waktu-waktu pengantinnya bersamamu. Berikan dia pelayanan yang membuatnya rindu mengunjungi tempat ini lagi." kata Kale Marge kepada Zabarjad. Zabarjad bangkit dan menghaturkan sembah. Setelah itu ia pergi meninggalkan tempat itu.

* * * * *

Adinullah perlahan turun dari atas kuda setelah beberapa lama tadi dibawa terbang ke dunia yang seperti tak bertepi. Ia merasa keyakinannya kini sudah sampai pada tahap Haqqul Yaqin, yaitu tingkat kayakinan dalam diri seseorang yang paling tinggi drajatnya. Apa yang telah dilihatnya di tempat itu diyakini sebagai surga. Semuanya seperti yang dikatakan para ulama tentang gambaran surga.

Zabarjad tersenyum melihat Adinullah. Sikap tubuhnya kini telah berubah. Kepercayaan diri yang tinggi terlihat dari kedua pundak yang sedikit dinaikkannya. Cara melangkahnya pun tak membungkuk seperti biasanya. Dadanya yang dibusungkan saat berjalan, membuat Zabarjad yakin, ada kesombongan yang mulai hinggap di hati Adinullah. Sifat yang akan menjadikan Adinullah dapat memuluskan tugasnya membawa sebanyak mungkin manusia menjadi pengikutnya.

Zabarjad segera menghampirinya. Tangan Adinullah dirangkulnya dengan kepala disandarkan manja di pundak Adinullah. Para dayang-dayang yang berdiri berjejer membentuk pagar betis, menundukkan kepala mereka saat keduanya lewat memasuki ruang utama. Suara pintu menuju balkon terdengar ditutup. Zabarjad kemudian mengajak Adinullah menuju ke tempat hidangan yang telah disiapkan diatas meja panjang terbuat dari emas. Di atas meja makan, wadah-wadah yang terbuat dari emas dan perak berkilauan. Aroma makanan yang tersaji membuat lapar perut Adinullah.

"Bukankah ini daging babi?" tanya Adinullah setelah beberapa saat memandang ke arah wadah besar yang di atasnya diletakkan daging babi utuh.

Zabarjad tersenyum. Dia mengajak Adinullah duduk. Setelah itu ia mengambil sebuah garpu emas dan menusukkannya ke perut babi. Daging babi yang menempel di ujung garpu kemudian di letakkannya di atas piring depan Adinullah duduk.

"Makanlah. Hari ini yang haram telah dihalalkan khusus untuk hamba-hamba yang percaya kepada tuhan kita," kata Zabarjad. Adinullah mengambil garpu dan menusukkannya ke potongan daging babi itu kemudian menyantapnya.

"Emmmh..Enak, luar biasa," kata Adinullah sambil manggut-manggut mengikuti kunyahan giginya. Zabarjad tersenyum.

"Makanlah sepuasnya. Semua makanan yang dihidangkan di atas meja ini bisa meningkatkan hasrat laki-lakimu seratus kali lipat." Zabarjad mendekatkan mulutnya ke telinga Adinullah.

"Setelah ini, kamu harus memuaskanku. Habiskan makananmu, aku tunggu di kamar," kata Zabarjad. Senyumnya yang penuh birahi membuat sesuatu yang ada diantara kedua pahanya melonjak kaget. Darahnya berdesir. Sudah lama sekali ia tidak melakukannya. Tubuh Johani sudah tidak bisa lagi membangkitkan hasratnya. Tak ada yang menarik. Tubuhnya terlalu mengembang. Dia sendiri sudan memvonis kepunyaannya sudah tidak bisa berdiri lagi sebab terlalu lama tidak melakukannya. Tapi ajaibnya, mendengar desah nafas Zabarjad ketika berbisik ditelinganya spontan membuat sesuatu itu tegak kembali. Dan anehnya, ia merasa sesuatu itu terasa lebih besar dan panjang.

Deru nafas Adinullah terdengar. Ia merasa sudah tidak sabar lagi. Tanpa berkata-kata lagi, ia segera melahap makanan di depannya.

Episodes
1 #1
2 #02
3 #03
4 #04
5 #05
6 #06
7 #07
8 #08
9 #09
10 #10
11 #11
12 #12
13 #13
14 #14
15 #15
16 #16
17 #17
18 #18
19 #19
20 #20
21 #21
22 #22
23 #23
24 #24
25 #25
26 #26
27 #27
28 #28
29 #29
30 #30
31 #31
32 #32
33 #33
34 #34
35 #35
36 #36
37 #37
38 #38
39 #39
40 #40
41 #41
42 #42
43 #43
44 #44
45 #45
46 #46
47 #47
48 #48
49 #49
50 #50
51 #51
52 #52
53 #53
54 #54
55 #55
56 #56
57 #57
58 #58
59 #59
60 #60
61 #61
62 #62
63 #63
64 #64
65 #65
66 #66
67 #67
68 #68
69 #69
70 #70
71 #71
72 #72
73 #73
74 #74
75 #75
76 #76
77 #77
78 #78
79 #79
80 #80
81 #81
82 #82
83 #83
84 #84
85 #85
86 #86
87 #87
88 #88
89 #89 Pertarungan Zabarjad dan Tuan Guru Alamsyah Hasbi
90 #90
91 #Akhir Zabarjad
92 #92
93 #93
94 #94
95 #95
96 #96
97 Tiga Hari menuju penyerangan
98 #98
99 #99
100 Tertawannya Adinullah
101 #101
102 #102
103 103
104 #
105 #105
106 #Pertempuran di kediaman Tuan Guru Alamsyah Hasbi
107 107
108 108
109 109
110 110
111 111
112 112
113 113
114 114
115 115
116 116
117 117
118 118
119 119
120 120
121 121
122 Kembalinya Istana Bako Tinggi
Episodes

Updated 122 Episodes

1
#1
2
#02
3
#03
4
#04
5
#05
6
#06
7
#07
8
#08
9
#09
10
#10
11
#11
12
#12
13
#13
14
#14
15
#15
16
#16
17
#17
18
#18
19
#19
20
#20
21
#21
22
#22
23
#23
24
#24
25
#25
26
#26
27
#27
28
#28
29
#29
30
#30
31
#31
32
#32
33
#33
34
#34
35
#35
36
#36
37
#37
38
#38
39
#39
40
#40
41
#41
42
#42
43
#43
44
#44
45
#45
46
#46
47
#47
48
#48
49
#49
50
#50
51
#51
52
#52
53
#53
54
#54
55
#55
56
#56
57
#57
58
#58
59
#59
60
#60
61
#61
62
#62
63
#63
64
#64
65
#65
66
#66
67
#67
68
#68
69
#69
70
#70
71
#71
72
#72
73
#73
74
#74
75
#75
76
#76
77
#77
78
#78
79
#79
80
#80
81
#81
82
#82
83
#83
84
#84
85
#85
86
#86
87
#87
88
#88
89
#89 Pertarungan Zabarjad dan Tuan Guru Alamsyah Hasbi
90
#90
91
#Akhir Zabarjad
92
#92
93
#93
94
#94
95
#95
96
#96
97
Tiga Hari menuju penyerangan
98
#98
99
#99
100
Tertawannya Adinullah
101
#101
102
#102
103
103
104
#
105
#105
106
#Pertempuran di kediaman Tuan Guru Alamsyah Hasbi
107
107
108
108
109
109
110
110
111
111
112
112
113
113
114
114
115
115
116
116
117
117
118
118
119
119
120
120
121
121
122
Kembalinya Istana Bako Tinggi

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!