Adinullah masih tertegun mendengar suara tanpa wujud itu. Suara terdengar jauh namun terasa dekat di telinganya. Adinullah menoleh kesana kemari. Ia masih menunggu suara itu muncul kembali.
"Adinullah, kemarilah."
Suara lembut terdengar memanggil, membuat Adinullah terbuyar dari diam panjangnya. Di depannya, kira-kira tiga galah dari tempatnya berdiri, ia melihat perempuan berambut panjang itu berdiri sembari tersenyum manis ke arahnya. Perempuan itu melambaikan tangannya, memintanya mendekat. Jantung Adinullah berdegup kencang. Seluruh persendiannya bergetar.
Adinullah melangkahkan kakinya pelan. Semakin dekat, ia melihat aura yang begitu menakjubkan dari perempuan itu. Masya Allah, dia merasa tidak pernah melihat wanita secantik itu. Dia merasa, perempuan itu adalah jelmaan bidadari yang sering ia dengar. Sangat putih. Bahkan, cahaya kulitnya sampai menembus pakaian hitam yang dikenakannya. Tak salah lagi. Perempuan itu mungkin benar seorang bidadari. Lehernya yang putih, yang terlihat di antara rambut panjangnya yang terurai menampakkan, air pun akan terlihat mengalir jika ia minum.
"Apakah yang kulihat ini benar adanya?" batin Adinullah takjub sembari mengusap kedua matanya tak percaya. Ia terus melangkahkan kakinya. Dan ketika ia telah berada sangat dekat dengan perempuan itu, mulut Adinullah seperti terkunci. Sekujur tubuhnya seperti mati rasa. Kecantikan perempuan itu telah membiusnya sehingga kini ia hanya bisa berdiri mematung dengan bibir yang bergetar. Perempuan di depannya tersenyum. Tatapannya seperti menyimpan ketertarikan yang dalam kepada Adinullah.
* * * * *
Pak Mas'ud menyalakan kembali mesin mobilnya ketika beberapa kali klakson yang dibunyikannya tak membuahkan hasil. Adinulah seperti hilang di balik semak-semak. Di tunggu beberapa lama, ia belum juga melihat Adinullah kembali. Ia bertanya-tanya kemana Adinullah pergi selama itu.
Pak Mas'ud mengarahkan mobilnya ke arah semak-semak dan berhenti didepan jalan setapak dimana tadi Aminullah berlari. Senter di dalam laci mobil dikeluarkannya. Setelah terdiam sejenak mengumpulkan keberaniannya, Ia perlahan turun dari mobilnya.
"Pak Adin!" teriak pak Mas'ud ketika telah berdiri di depan jalan setapak. Suaranya menggema menembus gelap. Tak ada jawaban. Pak Mas'ud memperhatikan sekelilingnya. Gelap dan sunyi. Kembali ia terdiam lama. Keberanian yang telah ia kumpulkan perlahan hilang. Bulu kuduknya berdiri. Kengerian terasa di sekujur tubuhnya yang bergetar. Kembali ia terdiam cukup lama. Antara meninggalkan Adinullah atau menyusulnya mulai jadi pertimbangannya.
Pak Mas'ud mendesah. Ia merasa tak enak meninggalkan Adinullah setelah tadi mereka bersama-sama ke pesantren. Dia mengambil keputusan untuk menyusul Adinullah. Dia mengangkat senternya dan mulai berjalan pelan. sambil terus berjalan pelan. Beberapa kali ia berhenti saat sinar senternya menangkap tikus-tikus yang berlarian dari semak-semak. Mulutnya komat-kamit membaca doa dan melanjutkan langkahnya.
Pak Mas'ud menghentikan langkahnya ketika menemukan sebuah batu besar di depannya. Ia mengarahkan senternya kesana kemari dengan mata yang tetap awas memperhatikan sekitarnya. Kedua telinganya tetap terjaga mendengar setiap suara yang tertangkap. Suasana sekitar benar-benar menakutkan. Di depannya tampak berjejer kokoh pepohonan besar. Jalan setapak yang ia lalui sudah berakhir di tempatnya kini berdiri. Dia mulai merasa ketakutan. Dia belum menemukan Adinullah. Dia mungkin sudah masuk ke dalam hutan. Dia mulai berpikir untuk meninggalkan Adinullah. Dia tak mau mengambil resiko memasuki hutan di depannya. Hawanya begitu berbeda. Lebih berat dari suasana yang ia rasakan saat Adinullah tiba-tiba menghentikan mobil.
Pak Mas'ud membalikkan badannya perlahan. Tiba-tiba saja ia merasakan kedua kakinya seperti hendak membawanya lari sekencag mungkin. Tapi baru saja ia hendak melangkahkan kakinya, tiba-tiba ia mendengar suara dari arah belakangnya. Pak Mas'ud terdiam dan perlahan menoleh. Suasana di belakangnya tetap sepi dan mencekam. Dadanya berdebar-debar. Suara seperti orang yang sedang berbicara itu kembali terdengar. Pak Mas'ud menahan nafasnya Perlahan ia mulai mengenal suara itu. Itu suara Adinullah.
"Pak Adin!" teriak pak Mas'ud. Dia mengarahkan senternya sekali lagi ke arah lebatnya pepohonan. Pak Mas'ud mengernyitkan dahinya. Sinar senternya kini menangkap sebuah sosok gemuk di sela-sela batang pohon. Pak Mas'ud memberanikan diri mendekat. Sekali lagi pak Mas'ud mengernyitkan dahinya ketika melihat Adinullah sedang berbicara sendiri dengan kedua tangan hendak meraih akar pohon beringin di depannya.
* * * * *
Perempuan berambut panjang itu tersenyum, ketika Adinullah mengutarakan keinginannya untuk ikut bersamanya. Dia belum mau menyambut kedua tangan Adinullah yang berusaha meraih tangannya. Ia hanya tersenyum sehingga membuat Adinullah tak bisa menahan diri. Adinullah bersimpuh di tanah. Adinullah menangis memohon.
"Ku mohon, ajak aku menemui Tuhan. Aku sudah mendengar dia memanggilku. Ini saatnya aku mengecap hasil zikir panjangku," kata Adinullah menghiba. Perempuan berambut panjang itu kembali tersenyum. Setelah lama menatap Amdinullah, ia menjulurkan tangannya. Melihat itu, Adinullah bangkit dan berusaha menangkap tangan perempuan itu.
"Pak Adin!" teriak pak Mas'ud sembari menarik tangan Adinullah dan memaksanya keluar dari hutan. Adinullah menoleh kesana kemari. Bingung. Tiba-tiba saja ia mendapati sekitarnya gelap. Dia berusaha ingin kembali ke dalam hutan sembari terus berteriak memanggil nama seseorang. Tapi pak Mas'ud dengan sekuat tenaga menahan tubuh Adinullah.
"Fatimah, dimana kamu. Jangan tinggalkan aku. Kembali!" teriak Adinullah.
"Pak Adin, sadar, Pak. Tak ada seorangpun di sini. Ini hutan, Pak," kata pak Mas'ud disela-sela menahan rontaan tubuh Adinullah. Adinullah menoleh dan menatap tajam ke arah pak Mas'ud. Wajahnya memerah menyimpan amarah. Dengan sekuat tenaga, ia mendorong tubuh pak Mas'ud hingga terjungkal di tanah. Tubuh pak Mas'ud berguling-guling hingga tersangkut di rerimbunan semak-semak. Dorongan yang tiba-tiba dan kekuatan luar biasa dari Adinullah membuatnya tak mampu menahannya. Ia meringis kesakitan sambil melihat Adinulah yang berlari masuk ke dalam hutan.
Pak Mas'ud bangkit dan menatap ke arah hutan. Tubuh Adinullah sudah tak terlihat lagi dalam gelap. Dia sudah kehilangan senternya sehingga tak bisa melihat lebih jelas ke arah hutan. Pak Mas'ud mendesah panjang. Ada yang tak beres dengan Adinullah. Apapun kata orang nanti, sebaiknya ia tinggalkan tempat itu. Dia merasa takut dengan apa yang terjadi dengan Adinullah. Ia membalikkan badannya dan segera berlari menuju mobilnya.
"Berhenti kamu, Iblis. Kamu datang menghalangiku bertemu dengan yang Hak. Kembali! Akan kubunuh kamu!"
Pak Mas'ud menoleh. Dilihatnya Adinullah kini seperti sedang mengejarnya. Dan sepertinya Adinullah juga sedang melemparinya. Itu terdengar dari beberapa batu yang terdengar menggelinding di belakangnya. Perasaan pak Mas'ud bertambah cemas. Ia semakin menambah kecepatan larinya.
Pak Mas'ud segera membuka pintu mobilnya. Sambil menoleh ke arah sampingnya, ia terlihat kesulitan memasukkan kunci mobilnya. Pak Mas'ud menyalakan lampu di atas kepalanya. Suasana di dalam mobil tampak terang. Pak Mas'ud menghela nafas panjang. Setelah mesin mobil berhasil di hidupkannya,ia langsung tancap gas.
Pak Mas'ud begitu kaget ketika sebuah batu sebesar kepalan tangan orang dewasa memecahkan kaca spion mobilnya. Saking kagetnya, tangannya di atas kemudi mobil jadi tak seimbang. Dia hampir saja menabrak pohon di tepi jalan sebelum dia dengan sigap membanting setir mobilnya dan kembali ke jalan. Pak Mas'ud terus menggeber kecepatan mobilnya. Suara mobil yang jatuh di lubang-lubang jalan, riuh membuyarkan hening malam.
Jauh di belakangnya, Adinullah berdiri dengan tatapannya yang menyala. Ia berdiri tegap menatap mobil yang dikemudikan pak Mas'ud, hingga tak terlihat lagi dalam kegelapan. Yang terdengar hanyalah suara mobil yang bertubruk dengan lubang-lubang jalan. Beberapa saat kemudian, suasana kembali hening. Adinullah menoleh ke arah semak-semak lebat di sampingnya. Setelah untuk beberapa saat terdiam, ia melangkahkan kakinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 122 Episodes
Comments
Dwi Giatno Alkissy
serem
2023-04-24
1