“Tapi ada syaratnya, Tan.” Ucap Raffel membuat Bu Alin mengerutkan dahi.
“Raffa minta yang mengantar kue pesanan itu ke kantor adalah karyawan Tante yang bernama Jelita.”
Bu Alin semakin tidak mengerti mengapa Raffael meminta Jelita yang mengantar kue pesanan untuk di kantornya. Sebenarnya ada hubungan apa antara Jelita dengan Raffael. Pikiran Bu Alin semakin banyak dipenuhi pertanyaan. Apalagi kemarin Raffael mengatakan ada urusan dengan Jelita.
“Bisa kan, Tante?” tanya Raffael membuyarkan lamunan Bu Alin.
“Oh.. i.. iya bisa. Tapi apakah Tante boleh tahu alasannya kenapa kamu memilih Jelita? Masih banyak karyawan Tante yang lainnya, Raff.” Tanya Bu Alin takut menyinggung Raffael.
“Nggak apa-apa, Tante. Saya suka dengan cara kerja dia saja. dia ramah dan easygoing.” Jawab Raffael asal. Karena dia juga terkejut dengan pertanyaan Bu Alin. Dan dia tidak ingin Bu Alin tahu tentang ketertarikannya pada sosok Jelita.
Bu Alin mengangguk mencoba percaya dengan ucapan Raffael. Meskipun tidak dapat dipungkiri kalau perasaan wanita itu cemas karena takut terjadi sesuatu dengan Jelita. Bu Alin sangat menyayangi Jelita seperti anaknya sendiri.
“Baiklah. Maaf sebelumnya, Raff. Tante hanya khawatir saja dengan Jelita. Dia sudah Tante anggap seperti anak sendiri. Kalau kamu memang memilih dia sebagai pengantar kue, Tante tidak bisa menolaknya.” Jawab Bu Alin pasrah.
Raffael semakin penasaran dengan Jelita. Sampai-sampai pemilik café itu sangat menyayanginya. sebenarnya apa yang sudah terjadi dalam kehidupan Jelita selama ini. jika hanya seorang janda yang mempunyai anak satu, lantas kenapa sikap Bu Alin terkesan sangat melindungi dan mengkhawatirkan Jelita.
Mungkin suatu saat Raffael akan bertanya lagi pada Bu Alin tentang Jelita. Karena sekarang juga dia harus pergi ke kantor.
“Ya sudah ini surat perjanjian kerja kita ya, Tan? Mulai nanti siang Raffa sudah mulai memesan kue dan minuman dari Café Tante. Biar nanti Raffa kirim pesan apa saja yang Raffa inginkan. Kebetulan juga ada meeting menjelang makan siang.” Ucap Raffael sebelum beranjak.
“Iya. Tante sangat berterima kasih banyak atas kerjasama ini, Raff. Semoga perusahaan kamu semakin berkembang dengan pesat. Tante titip salam pada Papa dan Mama kamu.” Balas Bu Alin.
Raffael pun segera pergi. Dia merasa lega bisa bekerjasama dengan Bu Alin. Namun yang lebih bahagia lagi, mulai nanti siang dia akan bertemu dengan Jelita.
Dukk
Tiba-tiba saja Raffael merasa ada sesuatu yang jatuh menimpa punggungnya. Tidak sakit, hanya saja dia terkejut. Setelah itu dia menoleh, ternyata ada anak kecil yang sedang berlari mengambil bolanya.
“Ethan, nenek bilang kan mainnya di dalam saja. tuh kan jadi bolanya kena Tuan Raffael.” Ucap Bu Alin yang berjalan di belakang Ethan.
Raffael tersenyum melihat Ethan yang tampak ketakutan. Setelah itu dia berjongkok mensejajarkan tubuhnya dengan Ethan, lalu mengambil bolanya.
“Ini bola kamu?” tanya Raffael dijawab anggukan kepala oleh bocah itu.
“Mau Om belikan mainan yang lain?” tanyanya lagi dan kali ini Ethan mengangguk dengan antusias.
“Nggak usah, Raff! Mainan Ethan sudah banyak.” Tolak Bu Alin dengan halus.
“Nggak apa-apa, Tante. Ya sudah kalau gitu Raffael ke kantor dulu. Bye Ethan! Tunggu nanti ya mainannya.” Ujar Raffael sambil mengacak rambut Ethan dengan gemas.
Selepas kepergian Raffael, Bu Alin langsung mengajak Ethan masuk. Wanita itu juga akan menemui Jelita untuk membahas kerjasamanya dengan Raffael.
Saat ini Jelita sedang sibuk ikut membantu membuat kue dengan karyawan lainnya. Bu Alin memanggil Jelita sebentar.
“Ada apa, Bu?” Tanya Jelita.
Bu Alin pun menceritakan semua tentang kerjasamanya dengan Raffael. Termasuk menunjuk Jelita sebagai pengantar kue itu ke kantor pria yang selalu berbuat seenaknya sendiri. Jelita juga sudah tidak terkejut lagi. karena memang dia sudah tahu semuanya.
“Apa kamu keberatan jika mengantar kue pesanan untuk ke kantor Tuan Raffael, Lita?” tanya Bu Alin memastikan.
Tentu saja sangat keberatan. Namun itu hanya diucapkan Jelita dalam hati. Dia juga sudah sepakat dengan Raffael kemarin. Kalaupun menolak, dia tidak ingin anaknya yang akan menjadi jaminannya. Jelita juga tidak ingin mengatakan tentang urusannya dengan Raffael hingga membuat pria itu memintanya jadi pengantar kue. Kalau dipikir-pikir pekerjaan itu tidak terlalu berat baginya. Yang berat itu jika terus bertemu dengan Raffael.
“Nggak kok, Bu. Jelita sama sekali tidak keberatan.” Jawab Jelita yakin.
Bu Alin pun lega mendengarnya. Setelah itu Bu Alin mengatakan kalau kerjasamanya dengan Raffael lancar, otomatis akan menambah pemasukan café. Jelita menanggapinya dengan senyuman. Bagaimana dia bisa menolak permintaan Raffael, kalau dengan kerjasama itu membuat Bu Alin senang.
***
Kerjasama Raffael dan Bu Alin dimulai hari ini juga. dan siang ini juga Jelita mengantar beberapa pesanan kue yang sudah dipesan oleh Raffael.
Awal yang bagus bagi Bu Alin. Raffael memesan banyak kue beserta minuman dari cafenya. Jelita mengantarnya dengan menggunakan motor yang memang disediakan oleh Bu Alin untuk keperluan karyawannya.
“Yakin bisa bawa semuanya, Lit?” tanya Bu Alin yang ikut menyiapkan pesanan Raffael dan memasukkannya ke dalam box.
Sebelumnya Alin’s Café n Cake juga melayani delivery. Hanya saja tidak rutin. Tergantung dari customer saja yang memesan. Jadi Bu Alin sudah menyediakan box khusus untuk mengantar beberapa kue pesanannya.
“Bisa, Bu. Tenang saja! ini sangat mudah bagi Lita.” Jawab Jelita penuh semangat.
“Ya sudah hati-hati bawa motornya!” Ucapa Bu Alin sebelum Jelita berangkat.
Setelah beberapa menit perjalanan dan membelah kemacetan jalanan ibu kota, akhirnya Jelita tiba di depan gedung perkantoran sesuai dengan alamat yang diberikan Bu Alin tadi.
Seorang satpam langsung mempersilakan jelita masuk dengan membawa motornya ke dalam basement. Sepertinya memang Raffael sudah mengatakan pada satpam itu agar langsung menyuruh Jelita masuk kalau sudah datang.
Karena pesanan Raffael cukup banyak, alhasil Jelita tidak bisa membawanya sekaligus. Dia membawa kuenya dulu, baru nanti akan kembali membawa minumannya.
Setelah diminta oleh resepsionis untuk langsung naik ke lantai lima, akhirnya Jelita langsung berjalan menuju lift.
Ting
Lift itu terbuka. Jelita langsung menuju ruangan yang dikatakan oleh resepsionis tadi. yaitu ruangan meeting.
Hanya dengan mengetuk pintu satu kali, Jelita sudah dipersilakan masuk. Di dalam sana banyak orang sedang meeting. Raffael sempat menghentikan presentasinya saat kedatangan bidadari yang sejak tadi ia tunggu-tunggu.
“Break sebentar!” ucap Raffael dan membiarkan Jelita meletakkan kuenya.
“Minumannya mana?” tanya Raffael.
“Maaf Tuan. Sebentar lagi akan saya ambil.” Jawab Jelita dengan menunduk hormat.
“Tolong yang lain, silakan diambil satu-satu kue itu.” ujar Raffael menginterupsi pada peserta meeting.
Livy yang ikut meeting di ruangan itu sama sekali tidak mengerti saat tiba-tiba ada karyawan Alin’s Café n Cake datang dengan membawa kue. Karena Raffael tidak mengatakan apapun padanya. Terlebih dia merasa aneh dengan tatapan kakaknya yang tertuju pada perempuan pengantar kue itu.
“Permisi, saya ambil minumannya dulu.” Ucap Jelita sebelum keluar ruangan meeting.
“Tunggu! Biar aku bantu.” Ucap Raffael spontan, sontak membuat semua orang yang ada di ruangan itu dibuat heran.
.
.
.
*TBC
Happy Reading!!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 101 Episodes
Comments
Mulyanthie Agustin Rachmawatie
Hmm...asyeeek nya mulai pdkt Raffael...dg Jelita...😄
2023-04-09
1
Cahyani Sutopo
aduhh, aduh,, aduhh babang Rafa dah mulai bucinnya,, 🤣🤣🤣
2023-02-23
2
Neneng cinta
kelihatan bgt tuh Raffa udh mulai nunjukin ketertarikannya...CEO turun tangan lgsg nyiapin minuman,,padahal kan ada OB jg....itulah seninya kl lg jatuh cinta....🤭😍
2023-01-16
1