MSM 7

Raffael tampak mengulas senyum penuh kemenangan. Hampir setiap hari ia pergi ke rumah sakit untuk melihat keadaan Ethan. Lebih tepatnya dia ingin memastikan kapan bocah kecil itu diperbolehkan pulang.

Raffael ingin menebus kesalahan yang sempat membuat Jelita sakit hati karena sok ikut campur dengan kehidupan wanita itu. mungkin dengan mengganti biaya pengobatan Ethan bisa menebus kesalahannya. Tapi Raffael tidak serta merta membayarnya begitu saja.

Hingga akhirnya saat tadi dia sedang duduk seorang diri, dia melihat Jelita sedang berjalan menuju ruang administrasi. Raffael melihat raut wajah Jelita yang tampak sedih. Lantas ia duduk di kursi antrian di depan ruang administrasi itu dengan pura-pura membaca koran. Dia mendengar dengan jelas kalau uang dalam ATM Jelita tidak cukup untuk melunasi biaya rumah sakit Ethan.

Sebenarnya hati Raffael miris mendengarnya. Sesulit itukah kehidupan Jelita dan anaknya selama ini. kemana ayah dari bocah itu. meskipun sudah berpisah, setidaknya pria itu masih memiliki tanggung jawab. Akhirnya Raffael terpaksa memanfaatkan keadaan itu. dia mendekati Jelita sebagai dewa penolongnya. Tentu saja akan memberikan syarat lain agar Jelita tidak berpikiran buruk padanya.

**

“Raffa? Kenapa kamu bisa ada di sini?” Tanya Bu Alin yang tampak terkejut saat melihat Raffael sedang berdiri di depan ruang perawatan Ethan.

“Tante Alin? Oh ini aku tadi kebetulan bertemu dengan Jelita, karena masih ada urusan yang belum selesai, akhirnya aku menunggunya di sini. sekalian saja aku antar dia pulang sambil membahas masalah yang belum selesai.” jawab Raffael dengan tenang. Padahal dia terkejut karena tidak tahu kalau ada Bu Alin di sana.

Sedangkan Jelita tampak membelalakkan matanya saat mendengar ucaan Raffael. Sungguh pria itu bertindak semaunya sendiri. Bahkan sok kenal dekat dengannya.

“Kamu punya masalah apa, Lita?” bisik Bu Alin terlihat cemas.

Bagaimana tidak cemas, Bu Alin sangat tahu siapa Raffael dan kedua orang tuanya. Wanita sangat takut jika Jelita terlibat masalah serius dengan keluarga Raffael.

“Bukan masalah apa-apa, Bu. Bu Alin tenang saja.” jawab Jelita mencoba menenangkan Bu Alin.

“Kalau begitu Raffa pinjam Jelita dulu ya, Tan! Besok Raffa juga kan datang ke café untuk menemui Tante Alin. Ada hal penting yang ingin Raffa bicarakan dengan Tante.” Ujar Raffael cukup yakin lalu menarik tangan Jelita membawanya pergi.

Ethan yang keadaannya sudah sehat, anak itu terlihat aktif lagi. apalagi saat berada di dalam mobil Raffael. Bocah itu terlihat sangat senang seperti baru pertama kalinya naik mobil.

Jelita hanya diam saja sepanjang perjalanan. Dia juga tidak tahu kemana pria seenaknya sendiri itu akan membawanya pergi.

Tak lama kemudian mobil Raffael tiba di sebuah restaurant kecil pinggir kota lengkap dengan playground-nya. Raffael meminta Jelita untuk turun dan masuk ke dalam restaurant. Ethan yang melihat tempat bermain dan banyak anak kecil di sana, tentu saja sangat kegirangan dan langsung berlari ke sana.

“Sudah biarkan saja! kita pantau dari sini kan bisa.” Cegah Raffael pada Jelita yang hendak mengejar anaknya.

“Silakan kamu pesan makanan yang kamu inginkan!” titah Raffael saat melihat pelayan resto datang.

“Saya tidak lapar!” tolak Jelita cukup ketus, karena sama sekali tidak mengerti maksud Raffael mengajaknya ke sini.

Karena tidak sabar, akhirnya Raffael memesan makanan untuknya sendiri. Sedangkan untuk Jelita disamakan saja dengan menunya.

“Sebenarnya apa maksud anda mengajak saya ke sini, Tuan?” tanya Jelita setelah cukup lama bungkam.

Raffael mengeluarkan sebuah amplop dari saku jasnya. Amplop yanbg berisi surat perjanjian. Lalu diberikan pada Jelita sekaligus bolpoin untuk menanda tangani surat itu.

Jelita sangat terkejut saat membaca surat perjanjian itu. yang mana isinya Jelita harus mengantar semua pesanan kue dari Alin’s Café n Cake setiap hari sampai hutangnya lunas. Memang kedengarannya biasa saja, karena hanya mengantar kue saja. tapi yang membuat Jelita terkejut adalah, Raffael sudah merencanakan semua ini.

“Sebenarnya apa tujuan anda memanfaatkan kelemahan saya, Tuan?” Tanya Jelita dengan amarah yang sudah berada di ubun-ubun.

“Anda sengaja melakukan semua ini. bahkan sudah menyiapkan surat perjanjian tidak masuk akal seperti ini, hah? Saya memang orang kecil dan tidak mampu membayar biaya rumah sakit yang begitu banyak. Tapi tidak dengan cara seperti ini.” ucap Jelita lalu merobek surat itu dan membuangnya ke muka Raffael.

“Saya tidak sudi menjadi orang yang dengan mudah anda suruh-suruh! Secepatnya saya akan mengembalikan uang anda tadi.” lanjut Jelita dengan geram dan langsung pergi meninggalkan Raffael yang masih duduk dengan santai.

“Tunggu dulu, Nona!” cegah Raffael, dan Jelita menatap pria itu dengan malas.

“Baiklah. Aku akan memberi kamu waktu untuk membayar hutangmu tadi. asal dengan jaminan anak kamu ikut dneganku. Kamu lihat dua orang berbaju hitam di sana? Mereka akan membawa anak kamu ikut pergi bersamaku setelah ini.” ucap Raffael dengan nada serius.

Jelita melihat ke arah anaknya yang sedang asyik bermain dan ditunggui dua orang berbadan kekar. Sekeitak tubuhnya merosot ke bawah. Jelas dia tidak rela anak semata wayangnya harus dibawa pergi orang lain begitu saja demi jaminan hutang. Jelita berusaha untuk tidak mengeluarkan air matanya. karena sudah cukup pahit kehidupannya selama ini. air matanya terlalu berharga untuk dikeluarkan dalam hal seperti ini.

Raffael sebenarnya sangat iba melihat Jelita seperti itu. tapi dia tidak punya pilihan lain. Dia tertarik dengan Jelita, jadi terpaksa menggunakan berbagai macam cara agar bisa dekat dengan wanita itu.

“Tenang saja, suarat yang kamu sobek masih ada file aslinya. Kamu pilih yang mana? Menanda tangani surat itu atau merelakan anak kamu sebagai jaminan hutang?” ucap Raffael memberikan pilihan.

Jelita bangkit lalu kembali duduk di depan Raffael. “Baiklah, saya memilih menanda tangani surat itu saja.” jawab Jelita dengan lemah.

Raffael memberi syarat pada orang yang berjaga di sekitar playground untuk datang membawakan surat asli yang sudah disiapkan olehnya sejak tadi.

Jelita tidak banyak lagi berkomentar. Apalagi dengan kelicikan pria didepannya itu. kemudian ia meraih bolpoin dan menanda tangani surat perjanjian itu.

“Selamat bekerjasama denganku, Nona Jelita!” ucap Raffael sambil mengulurkan tangannya.

Dengan terpaksa Jelita menyambut uluran tangan Raffael. Tak lama kemudian pesanan makanan mereka datang. entah kenapa makanan di hadapan Jelita itu benar-benar menggugah selerannya. Dia juga tidak sungkan-sungkan lagi untuk segera menikmati makanan itu.

Raffael tersenyum dalam hati melihat sikap Jelita yang menurutnya sangat unik. Baru saja wanita itu marah-marah. Kini terlihat sangat lahap menikmati makanannya. Tenyata marah-marah juga membuang banyak tenaga.

“Pelan-pelan, Nona! Aku tidak akan merebut makanan kamu.” Ucap Raffel sukses membuat Jelita menghentikan kegiatannya. Lalu Raffael tersenyum menatap Jelita. Sebuah senyuman yang sangat menawan.

.

.

.

*TBC

Happy Reading!!

Terpopuler

Comments

Mulyanthie Agustin Rachmawatie

Mulyanthie Agustin Rachmawatie

Waaah..Raffa kog bgtu caranya yaa...hrs nya yg lbih lembut lgi dunk..

2023-04-09

2

Cahyani Sutopo

Cahyani Sutopo

Rafael modus bgt deh

2023-02-23

2

Ana

Ana

ehem 😁😁😁Rafa pantang mundur

2023-01-15

1

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!