Mendadak Jelita menjadi salah tingkah karena melihat senyum menawan dari pria tampan yang sedang duduk di hadapannya itu. tapi buru-buru ia menepis pikiran yang tak masuk akal itu. bagaimanapun juga, walau secara fisik Raffael adalah sosok pria yang sangat sempurna. Wajah rupawan, postur tubuh memikat, dan masih banyak lagi yang lainnya.
Jelita tidak mungkin dan tidak ingin mengagumi Raffael. Pria seenaknya sendiri yang tiba-tiba saja muncul di kehidupannya dan mengaturnya sesuka hati. Terlebih mengingat dirinya siapa dan berasal dari mana.
Dalam hidup Jelita sejak tiga tahun yang lalu hanya ada Ethan seorang. Tidak ada lagi yang lainnya. Semua jerih payahnya dalam bekerja hanya untuk kebahagiaan Ethan.
“Kenapa malah melamun?” tanya Raffael membuat Jelita terkejut.
“Nggak. Saya ijin pulang lebih dulu. Anda jangan khawatir tentang perjanjian pekerjaan kita. Terima kasih atas traktirannya.” Ucap Jelita segera beranjak dan menghampiri Ethan.
Raffael pun tidak melanjutkan makannya. Dia mengeluarkan beberapa lembar uang dan meletakkannya di atas meja. Setelah itu mengejar Jelita yang sudah menggendong Ethan.
“Jelita!” panggil Raffael sudah tidak pakai embel-embel Nona lagi.
“Ayo aku antar saja!” ujar Raffael menarik tangan Jelita menuju mobilnya.
“Lepas! Tuan tolong jangan seperti ini. saya menerima pekerjaan dari anda sebagai pelunas hutang saya. tapi anda jangan berbuat seenaknya sendiri dengan memaksakan kehendak seperti ini.” tolak Jelita dengan wajah menahan amarah.
“Bunddaa… Ethann mau naik obil..”
Tiba-tiba saja Ethan berceloteh seperti itu. jelas senyum kemenangan terbit dari bibir Raffaeel. Kalau Jelita menolaknya, sudah bisa dipastikan Ethan akan menangis bahkan sampai tantrum. Apalagi anak itu baru saja keluar dari rumah sakit. Sedangkan Raffael masih diam menunggu reaksi Jelita.
“Ethan sayang mau naik mobil? Kita naik mobil yang lain saja ya? Kita cari di sana, nanti pasti ada mobil yang akan mengntar Ethan dan Bunda pulang.” bujuk Jelita dengan menunjuk tepi jalan dimana taksi akan melintas.
“Gak mau… ethan mau cama Om ituu.” Tolak Ethan sambil menunjuk Raffael.
“Ethan mau pulang sama Om? Ayo Om gendong!” Ucap Raffael lalu meraih Ethan dari gendongan Jelita.
Jelita membiarkan saja Ethan digendong Raffael. Dia juga bingung, bagaimana bisa Ethan bisa secepat itu dekat dengan orang baru ia kenal. Selama ini anaknya itu sangat susah beradaptasi dengan orang baru.
“Ayo! Kamu mau ikut nggak? Kalau tidak mau, ya sudah. Kamu pulang saja sendiri naik taksi.” Ucap Raffael dan segera berlalu masuk ke dalam mobilnya membiarkan Jelita yang masih diam.
Jelita terkejut saat melihat Raffael masuk ke dalam mobil dengan membawa Ethan. Dia tidak akan membiarkan pria itu membawa anaknya pergi.
“Tunggu dulu! Apa anda mau membawa kabur anak saya?”
“Siapa yang membawa kabur Ethan? Aku sudah mengajak kamu, tapi kamu malah melamun. Cepat masuk, sebelum aku berubah pikiran.” Ujar Raffael dengan suara tegas.
Mau tidak mau Jelita masuk ke dalam mobil Raffael. Mengambil alih Ethan yang sejak tadi berada dalam gendongan pria itu.
Sepanjang perjalanan Jelita tampak diam. lebih tepatnya menahan kesal pada pria yang sedang duduk di sampingnya. Sedangkan Raffael sejak tadi menimpali celotehan Ethan yang menurutnya sangat lucu dan menggemaskan.
Beberapa saat kemudian mobil Raffael sudah berhenti tepat di depan sebuah rumah sederhana milik Jelita. Rumah yang jaraknya tidak jauh dari rumah Bu Alin. Bahkan rumah itu adalah rumah milik Bu Alin yang sengaja diberikan untuk Jelita, tapi Jelita menolaknya. Dia memilih mengontraknya.
“Terima kasih!” ucap Jelita setelah keluar dari mobil Raffael.
Raffael hanya mengangguk. Setelah memastikan Jelita dan Ethan masuk ke dalam rumah, barulah Raffael melajukan mobilnya pulang.
***
Keesokan harinya, seperti biasa Raffael sudah siap dengan setelan kerjanya hendak pergi ke kantor. kali ini dia tidak berangkat bersama Livy. Dia meminta Livy pergi bersama Papanya.
“Ah Kak Raffa nggak asyik nih mau ke kantor sendirian. Memangnya mau kemana sih, Kak? Kok kelihatannya nggak mau aku ganggu.” Tanya Livy penuh selidik.
“Mau aku pergi kemana pun bukan urusan kamu, Vy! Sana cepat bersiap pergi sama Papa!” titah Raffael tak ingin berdebat lebih lama dnegan adiknya yang cukup bawel.
Dengan malas akhirnya Livy beranjak dari duduknya menyusul Papamya yang sudah lebih dulu keluar rumah. Livy sejak dulu memang kurag begitu suka berangkat ke kantor bersama Papanya. Sudah bisa dipastikan telinganya akan panas karena nasehat yang terus-menerus diucapkan oleh Papanya.
“Tunggu dulu, Vy!” cegah Raffael membuat Livy tersenyum, berharap kakaknya berubah pikiran dan mengajaknya berangkat bersama.
“Tolong nanti kamu mundurkan jadwal meeting setengah jam. Aku masih ada urusan penting di luar.” Ucap Raffael lalu kembali sibuk dengan ponselnya. Mengabaikan raut wajah Livy yang semakin terlihat kesal.
Setelah mobil Papanya berangkat, kini giliran Raffael yang berangkat. Dia tidak pergi ke kantor, melainkan ke Alin’s Café n Cake.
Setibaanya Raffael di café Bu Alin, Raffael segera masuk ke dalam. Bukan ke Café, melainkan rumah Bu Alin yang berada tepat di sebelah café tersebut. Karena memang waktu masih pagi, dan café baru buka pukul sebelas siang nanti.
Dari luar Raffael mendengar suara teriakan anak kecil yang sedang bermain di dalam. Raffael sangat mengenal suara itu. siapa lagi kalau bukan Ethan. Seketika itu Raffael semakin penasaran dengan hubungan Bu Alin dan juga Jelita.
“Raffa? Kenapa diam saja di sana?” tanya Bu Alin yang hendak keluar rumah.
“Selamat pagi, Tante!” sapa Raffael dengan ramah.
“Pagi. ada apa tumben pagi-pagi sudah ke sini? café buka jam sebelas loh, Raf.” Tanya Bu Alin penuh selidik. Pasalnya wanita itu merasa aneh dengan sikap Raffael semenjak mempunyai urusan dengan Jelita.
“Raffa databg ingin mengajukan kerjasama dengan Tante. Bisa kita bicara, Tan?” jawab Raffael.
Tak lama kemudian Bu Alin mencari tempat yang nyaman untuk bicara berdua dengan Raffael. Sedangkan Ethan ia suruh mainan di dalam.
Raffael pun mengatakan tujuannya datang ke sini yang tak lain untuk bekerja sama dengan Bu Alin, dimana perusahaan Raffael akan memesan kue dan minuman dari Alin’s café setiap hari dengan jumlah yang belum bisa ditentukan. Mungkin untuk hidangan makan siang para peserta meeting do kantornya, atau hanya untuk dirinya saja.
Raffael meyakinkan pada Bu Alin kalau dia baru saja pulang dari luar negeri dan sejak dulu sangat menyukai kue buatan dari Alin’s Café n Cake. Jelas Bu Alin tahu akan hal itu. wanita itu juga sangat senang dengan kerjasama yang diajukan oleh Raffael. Sudah bisa dipastikan kalau omzetnya akan semakin naik dan lebih terkenal lagi.
“Tante sangat setuju dengan kerjasama itu, Raff. Terima kasih banyak atas niat baik kamu.” Ujar Bu Alin dengan bahagia.
“Tapi ada syaratnya, Tan.” Ucap Raffel membuat Bu Alin mengerutkan dahi.
“Raffa minta yang mengantar kue pesanan itu ke kantor adalah karyawan Tante yang bernama Jelita.”
.
.
.
*TBC
Happy Reading!!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 101 Episodes
Comments
Sulaiman Efendy
MODUS BANGET SI RAFFA,, TAPI YG PARAH ADIKNYA SILIVY, SELINGKUH MA SUPIRNYA HINGGA HAMIL..
2023-10-08
0
Mulyanthie Agustin Rachmawatie
Raffa oh Raffa...mulai tertarik dg jelita Dy wwwkkkk...
2023-04-09
1
Etik Etik
ada maunya ternyata
2023-03-10
1