Kini Jelita sudah memulai aktivitasnya kembali bekerja di café. Waktu weekend sudah cukup baginya untuk mengistirahatkan diri dari penatnya pekerjaan. Sekarang waktunya untuk bekerja lagi. demi Ethan.
Dan hari ini juga Jelita akan memulai rutinitasnya mengantar kue dan minuman ke kantor Raffael. Entah kenapa ada rasa gugup saat akan kembali bertemu pria itu. terlebih setelah pertemuannya kemarin.
Raffael yang masih bersikukuh dengan pendiriannya, pria itu tidak ingin pergi meskipun sudah diusir secara halus oleh Jelita setelah mengakuan tentang masa lalunya. Bahkan Raffael semakin menunjukkan keseriusannya untuk segera menikahinya dengan alasan Ethan. Ethan yang semakin besar pasti suatu saat akan menanyakan tentang keberadaan Ayahnya. Namun bagi Jelita tidak semudah itu ia menerima Raffael. Bagaimana dengan keluarga besar Raffael jika mengetahui status dan masa lalunya.
“Lita? Apa ada yang kurang dengan pesanan kuenya?” tanya Bu Alin tiba-tiba.
Sejak tadi memang Bu Alin melihat sikap Jelita yang cenderung diam. wanita itu sangat penasaran tentang apa yang sebenarnya terjadi dengan Jelita.
“Oh, maaf Bu. Sudah lengkap semuanya. Baiklah, Lita akan berangkat sekarang.” jawab Jelita.
“Kamu punya masalah, Nak?” tanya Bu Alin, dan Jelita menjawab dengan gelengan kepala.
“Bicaralah dengan jujur! Apa semua ini berhubungan dengan Raffa? Apa yang dia lakukan padamu?” tanya Bu Alin.
Jelita heran. Kenapa Bu Alin tahu kalau dirinya sedang memikirkan Raffael. Apakah Bu Alin tahu sesuatu?
“Maafkan Ibu, Lita. Beberapa hari yang lalu Raffa datang menemui Ibu. Dia meminta ijin pada Ibu untuk mengenal kamu lebih dekat. Maaf, jika Ibu justru mempersilakannya. Ibu yakin kalau Raffa adalah pria yang baik. Tapi semua itu tergantung kamu sendiri.” Ucap Bu Alin dengan jujur.
“Iya, Bu. Mas Raffa sudah menemuiku. Dia juga bilang seperti itu. tapi Jelita sepertinya tidak pantas bersanding dengan pria sempurna seperti Mas Raffa. Apalagi keluarganya yang belum tentu bisa menerima masa laluku.”
“Tuan Reno dan Nyonya Abi itu orang baik. Ibu yakin mereka tidak akan memandang seseorang dari masa lalunya. Lagi pula Ethan semakin lama semakin tumbuh besar. Dia pasti sangat membutuhkan sosok Ayah. Saran Ibu, mulai sekarang cobalah untuk membuka hatikamu, Jelita. Kalau masih sulit, lakukan demi Ethan. Ibu akan selalu ada di sisi kamu, Nak!”
Mata Jelita berkaca-kaca mendengar penuturan Bu Alin. Sungguh wanita yang sudah ia anggap seperti ibu kandungnya sendiri itu sifatnya melebihi ibu kandungnya sendiri yang sudah membuangnya begitu saja.
“Terima kasih banyak, Bu! Baiklah, Jelita mengantar pesanan dulu.” Jawab Jelita. Dia memang tidak mengiyakan atau menolak saran yang diberikan Bu Alin. Jujur saja dia masih ragu. Tapi mungkin jika demi Ethan, ia akan melakukannya.
**
Seperti biasa, Jelita akan masuk ke ruangan CEO setelah dipersilahkan oleh resepsionis yang sebelumnya sudah menerima amanat khusus dari Raffael.
Jelita mengetuk pintu ruangan Raffael. Namun tiba-tiba saja pintu itu terbuka dan muncullah Livy yang kebetulan habis bertemu dengan atasannya.
“Permisi, Nona!” sapa Jelita dengan sopan.
Livy diam saja tak menanggapi sapaan Jelita. Dia memang tidak begitu suka dengan Jelita. Tapi juga tidak berani lagi ikut campur mengani wanita itu.
“Nona Livy! Apakah anda tidak mempunyai sopan santun?” tanya Raffael. Ternyata Raffael yang sedang berada di dalam memperhatikan reaksi adiknya yang sangat tidak peduli dengan kedatangan Jelita.
“Ya, silakan masuk!” ucap Livy akhirnya. Setelah itu ia pergi dari ruangan Raffael.
Jelita meletakkan beberapa box kue dan juga minimun di atas meja. Setelah itu ia segera pamit undur diri dengan mencoba bersikap biasa seperti tidak ada apa-apa.
“Jelita! Kenapa kamu diam? apakah hari ini kamu baik-baik saja?” tanya Raffael.
“Saya baik-baik saja, Tuan.” Jawab Jelita dengan menundukkan pandangannya.
“Hei, kita sedang berdua sekarang. tidak bisakah kamu memanggilku seperti biasanya? Aku sangat merindukan panggilan itu.” seloroh Raffael dengan tersenyum hangat.
Jelita menatap wajah Raffael. Bisa-bisanya pria itu bersikap santai seperti ini saat sedang berada di kantor. bagaimana jika ada orang lain yang tahu atau mendengarnya.
“Yahh, sepertinya kamu memang tidak nyaman. Ok lah, kalau kita sedang di luar, panggil aku seperti kemarin, ya?”
Jelita menganggukkan kepala. Setelah itu ia segera memutus kontak matanya dengan Raffael yang sejak tadi terus mengamatinya. Sungguh jantung Jelita tidak aman berada di posisi seperti ini.
“Saya permisi dulu, Tuan!” pamit Jelita dengan sopan.
“Jangan pergi dulu! Nanti sore aku jemput kamu. Aku akan mengajak kamu makan malam di rumah.” ucap Raffael. Sontak saja Jelita sangat terkejut.
“Apa maksud, Tuan? Maaf, saya tidak bisa.” Tolak Jelita.
“Hei, aku tidak memberi tawaran. Sekarang kamu boleh pergi.” Ujar Raffael dan langsung kembali ke mejanya. Mengabaikan Jelita yang masih shock.
Jelita ingin melayangkan protesnya karena tidak mau diajak Raffael pergi makan malam di rumahnya, namun sayang, ada seseorang yang mengetuk pintu ruangan itu. akhirnya Jelita memutuskan langsung pergi begitu saja.
Ternyata orang yang mengetuk pintu itu adalah Sania. Kedua perempuan itu berpapasan di depan pintu ruangan CEO. Seperti biasa, Jelita selalu bersikap sopan kepada siapa pun. Tapi sayangnya Sania tidak terlalu mempedulikannya.
“Kak Raffa! Kenapa sih nggak angkat teleponku?” rengek Sania dengan manja saat pintu itu masih terbuka. Dan Jelita bisa mendengarnya dengan jelas.
Raffael melihat sekilas ke arah luar pintu kalau Jelita baru saja pergi. Sepertinya wanita itu juga mendengarkan apa yang diucapkan oleh Sania baru saja. namun Raffael tidak mengejarnya, karena nanti akan semakin membuat Sania curiga.
“Ada apa kamu ke sini?” tanya Raffael dengan suara datar.
“Aku tadi ingin mengajak Kak Raffa makan siang. Tapi Kakak tidak mengangkat panggilanku.”
“Maaf, aku sibuk. Kamu bisa keluar dari ruangan ini sekarang juga kalau tidak ada hal penting lagi.”
Sania benar-benar kesal. Kenapa Raffael selalu bersikap seperti ini padanya. Padahal selama ini sudah berusaha sabar menuggu Raffael pulang. tapi ternyata sikapnya dari dulu tetap sama. Akhirnya tanpa mengucapkan sesuatu, Sania keluar dari ruangan Raffael begitu saja.
***
Sore hari usai jam kantor selesai, Raffael langsung menjemput Jelita. Dia juga membawa sebuah paper bag berisi pakaian yang akan dikenakan untuk Jelita saat makan malam nanti.
Ya, Raffael akan mengenalkan Jelita kepada kedua orang tuanya. Sekaligus ingin meminta restu pada Mama dan Papanya. Biar saja semua orang menilai ini terlalu cepat. Raffael tidak peduli. Sekali lagi, ia tekankan bahwa cinta itu bisa datang kapan saja.
Setelah mencoba berbagai cara untuk membuju Jelita, akhirnya wanita itu mau pergi bersama Raffael untuk makan malam bersama keluarganya. Bahkan Bu Alin juga ikut turun tangan membujuk Jelita. Sedangkan Ethan sementara dititipkan pada Bu Alin.
“Kamu gugup?” tanya Raffael saat mobilnya baru saja memasuki halaman rumahnya.
Jelita menjawabnya dengan anggukan kepala. Bukan hanya gugup saja. namun dia juga minder. Apalagi melihat begitu megahnya rumah Raffael. Bagaimana jika nanti kedua orang tua Raffael mengusirnya.
“Ayo!” Raffael menggandeng lembut tangan Jelita lalu mengajaknya masuk ke dalam rumah.
.
.
.
*TBC
Happy Reading!!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 101 Episodes
Comments
Sulaiman Efendy
INI SANIA GK ADA HARGA DIRI DN URAT MALU, UDH DITOLAK BRKALI2 MSH SAJA KEJAR2 DN NGEMIS2 CINTA SAMA RAFFA...
2023-10-08
0
Mulyanthie Agustin Rachmawatie
yup bisa di bayangkan , spti apa pikiran nya Jelita psti gugup dlsbgai nya lah , smga org tua Raafa menyetujui hub an mrk berdua..
2023-04-10
1
Cahyani Sutopo
bener2 definisi laki2 sejati,, semoga papa Reni dan mama abi merestui Rafael dan jelita,,
2023-02-23
1