...Ayo teman-teman, ramaikan lapak TyTan dengan memberi like dan komentar pada tiap paragraf. Jangan lupa juga untuk subscribe, vote dan beri hadiah jika berkenan....
...Terima kasih ☺️...
...We...
...|Sembilan belas|...
...Selamat membaca...
...[•]...
Jika timur adalah tempat terbit, maka barat adalah tempat terbenam. Begitu kodrat alam yang tidak lagi bisa di ubah oleh siapapun. Semua sudah ada tempat, porsi, dan fungsi masing-masing. Dengan demikian, Atan berharap jika akan ada pelabuhan yang baik setelah dia melewati semua perjalanan hidupnya. Seperti mentari yang selalu disambut oleh senja sebelum benar-benar menutup hari.
Tidak jauh halnya dengan jodoh. Tuhan sudah menggariskan kepada setiap umat manusia yang lahir ke dunia, semuanya tanpa terkecuali. Akan tetapi, hanya Tuhan yang tau bagaimana cara dan waktu untuk mereka akan dipertemukan.
“Brina nggak berhenti main boneka yang kamu beliin tempo hari. Tidur juga dia bawa terus, nggak dilepas sama sekali.”
Senyuman hangat terbentang di bibir Atan, dia merasa senang jika barang pemberiannya berguna. Lantas, ia menyendok es dogernya dan melahap dengan gerakan juga sikap tenang. Berhadapan dengan putri kadang memang membuatnya bingung bagaimana cara menempatkan dirinya sendiri.
“Syukurlah kalau dia suka.” jawabnya pelan, namun tak bisa menyembunyikan ekspresi senang di wajahnya.
“Dia bahkan minta ketemu sama kamu lagi, tapi aku larang.”
Atan menatap lurus pada Putri. “Kenapa?”
Saat Putri menerima pertanyaan yang sudah ia duga itu, bibirnya tertawa. Lalu menyendok es campur dari mangkuk dan memasukkan kedalam mulut.
“Brina itu anaknya manja dan kalau sudah akrab, bakal susah di pisahin.” jawab Putri mencoba memberi clue pada Atan tentang kebiasaan anaknya yang sampai sekarang menjadi ketakutan tersendiri untuknya. Dia takut, memisahkan Brina yang mulai nyaman dengan Atan akan sulit dan berimbas pada kehidupan pribadi Atan. Ada sedikit rasa segan dari putri untuk Atan. “Jadi aku coba nggak terlalu deketin dia sama kamu. Takut nanti ganggu kamu. Ganggu privasi kamu.” katanya memberi alasan.
Atan kembali meletakkan sendok kedalam mangkuk es. “Dia cuma anak kecil, Put. Wajar kalau anak kecil nyaman sama seseorang, sulit dipisahin begitu. Pasti ada cara-cara tersendiri untuk membuat dia bisa melepas orang yang sudah terlanjur dekat dengannya.”
Putri mengangguk paham. Kenapa dulu dia tega meninggalkan Atan hanya demi menerima Dio yang justru menyakitinya? Sedangkan Atan, dari dulu selalu memperlakukan dirinya dengan baik dan tidak pernah menyakitinya sedikitpun. Atan selalu menghargai dan menjadikannya prioritas. Sekarangpun, pria ini bahkan mau menerima Brina yang notabenenya adalah anak dari pernikahannya bersama Dio, anak dari seorang perempuan yang pernah membuatnya patah hati lalu meninggalkannya demi pria lain, dengan alasan perjodohan.
Putri mengaku jika dirinya buruk, karena pernah membuat Atan patah hati dulu. Sekarang, tinggal penyesalan yang tersisa dalam benaknya untuk Atan. Akan tetapi jika diberi kesempatan, dia akan memulai semuanya dari awal. Dia akan berjuang jika memang Atan berkenan untuk kehadirannya kali ini.
Dia butuh berjuang karena Linda, pasti akan menganggapnya tidak tau malu dan juga tidak tau diri kalau sampai mengetahui kakaknya kembali didekati olehnya. Karena adik mantan kekasihnya itu, sudah pernah memergoki belangnya. Linda pernah melihatnya jalan dengan laki-laki lain selain Atan, dan Dio. Hanya saja, Atan tidak pernah tau kebenaran itu karena, putri memohon pada Linda agar tidak bicara apapun pada kakaknya.
Putri tersenyum lembut sambil menyorot hangat manik mata Atan yang masih terlihat memandangnya dengan rasa sayang. “Kamu bener, sih. Tapi aku kadang capek harus membujuk Brina yang selalu ngotot dan berakhir nangis kalau di alihkan. Jadi single parent itu nggak gampang Zio. Kadang capek, pingin ngeluh, tapi malu.”
Atan menunduk dan tersenyum getir. Ia mengaduk beraneka macam isian minuman yang sore ini ia nikmati bersama Putri, karena perempuan itu meminta tolong agar mengantarnya ke bengkel mobil untuk mengambil mobil yang sudah selesai di servis. Namun sebelum pergi ke bengkel mereka menyempatkan diri mampir ke sebuah kedai aneka minuman manis yang dulu sering mereka datangi saat pacaran. Tingkah putri terbaca jelas oleh Atan, tapi dia terus mencoba berfikir positif saja. Mungkin putri hanya ingin menyambung pertemanan dengannya, tidak lebih dari itu meskipun, Atan juga sempat ingin kembali membuka hati.
Akan tetapi, saat hati itu hendak kembali memberi celah, ingatan saat berbicara berdua dengan Tyra semalam membuatnya berfikir dua kali. Hatinya sedang bimbang sekarang.
“Ya kamu yang sabar aja, Put. Siapa tau nanti Brina akan sangat menyayangi kamu karena tau perjuangan kamu yang nggak mudah ini.”
Manik mata mereka bertemu. Putri tersenyum masam, hatinya perih karena ucapan Atan itu terdengar seperti sebuah penolakan untuknya. Tidak inginkah Atan kembali bersamanya seperti dulu? Seperti itulah suara hati Putri yang tertahan di kerongkongan dan tidak pernah berani ia sampaikan.
“Eum, kamu bener. Aku hanya perlu berjuang, sen-di-rian untuk membangun pribadi baik pada Brina agar di masa depan, dia bisa menghargai dan menyayangi perjuanganku.” katanya, menekankan kata ‘sendirian’ agar Atan menangkap maksudnya.
Tatapan Atan berubah penuh arti. Pria itu merasa iba dengan Putri yang seperti ini. Seorang wanita yang berusaha membesarkan anaknya seorang diri. Atan ingin mengulurkan tangan, menawarkan bantuan pada Putri. Akan tetapi ia kembali teringat ucapan Linda. Adiknya itu memang sejak dulu tidak menyukai putri. Entah apa yang membuat dia begitu tidak menyukai Putri, Atan tidak pernah tau. Ingin mencari tau pun, Linda selalu mengelak.
“Ah, ayo kita ke bengkel. Keburu gelap. Kamu kan juga perlu jemput Brina di tempat penitipan anak kan?” tukas Atan menyudahi pertemuan. Dia tidak ingin terseret kembali terlalu jauh oleh perasaannya sendiri. Dia akan membantu Putri, dalam konteks pertemanan. Ya, sebatas teman saja tidak lebih.
Tapi, mengapa sulit sekali menempatkan Putri hanya sebagai teman?
“Oh, iya. Kamu nggak bungkus buat ibu dan Linda?” tawar Putri sambil mengeluarkan selembar uang seratus ribu untuk membayar minuman mereka. Tapi Atan sudah lebih dulu berjalan ke arah kasir dan membayarnya. Putri tersenyum. Atan tidak pernah berubah. Dia masih sama baiknya seperti dulu, dan dia menyesal sudah menyia-nyiakan perasaan cinta Atan padanya.
***
Setelah membersihkan diri, menunaikan kewajiban sebagai seorang hamba kepada Tuhannya, Atan duduk bersandar pada kepala ranjang sambil memangku laptopnya. Ia harus memeriksa lagi pekerjaannya sebelum besok diserahkan kepada bu Ruya.
Wajahnya sudah dia pasang seserius mungkin dengan kaca mata bertengger di hidung bangirnya. Layar laptop mulai menyala, dia memasukkan password, lantas membuka dokumen yang sudah dia copy dari E-mail sebelum pulang dari kantor tadi.
Tiba-tiba ponsel yang dia letakkan diatas meja kecil di samping tempat tidurnya bergetar. Nama Hilarious muncul di kotak obrolan WhatsApp miliknya. Atan mengu-lum senyuman dan membaca isi pesan yang masuk dalam ponselnya.
Sudah sampai rumah? Lagi ngapain?
Atan mengetuk kolom reply dan mengetik balasan.
Udah sejam yang lalu. Tadi sempet nganterin temen ngambil mobil di bengkel.
Atan sadar sekarang, jika jantungnya sedang berdebar. Bibirnya juga tidak ingin menyembunyikan senyuman yang membingkai di wajah rupawan nya.
Iseng, dia ketuk bulatan di sisi ujung pesan. Foto seseorang itu muncul. Senyumannya begitu indah, wajahnya begitu cantik, dan dadanya yang ...
Ough Shi-iiit!!!! Kenapa dia tiba-tiba berhasrat melihat itu?
Spongebob Kampret!!
...—To be continue—...
###
Hayo siapa si Hilarious yang ada di ponsel Atan, yang bikin si jantan kelimpungan? 😃
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments
nobita
jangan hadir kan kehidupan Atan di masa lalu thor... aku gak rela...
2023-10-14
1
Kustri
qu malas klu ada obrolan ttg Putri, qu skroll ajah, maaf thor😁
2023-07-07
1
yumin kwan
astaga....belangnya putri...pura2 sodorin putrinya padahal lg sodorin diri....hah....esmosi tiap ada scene putri...
2023-01-20
2