...We...
...|Dua|...
...Selamat membaca...
...[•]...
Hari ini terasa begitu berat. Masalah yang terjadi semakin runyam karena pemilik perusahaan mendengar berita tentang kekecewaan Tyra pada perusahaan mereka karena pembatalan kontrak secara sepihak yang mengharuskan perusahaan membayar penalti.
Tapi, sebenarnya letak kesalahan tidak sepenuhnya ada padanya karena isi perjanjian tertulis yang ada di lembar surat perjanjian itu sudah jelas. Atan menulis beberapa poin yang bisa memperkuat diri jika pihak nya dituntut. Diantaranya pencantuman tenggat waktu dua bulan untuk persetujuan, atau jika tidak sesuai dengan isi surat perjanjian tentang waktu itu, kontrak bisa di batalkan secara otomatis.
Cuma mungkin Atan sedang apes, dia harus berhadapan dengan sang Presdir Earth Beauty, Nolan Aresta Suwandi.
“Jadi, apa yang membuat kamu harus mengeluarkan dua kontrak tanpa sepengetahuan dariku?” tanya Nolan tegas penuh intimidasi, namun tak membuat nyali Atan menciut begitu saja. Dia sudah biasa menghadapi hal runyam seperti ini.
“Deadline menuntut saya untuk membuat opsi itu.”
“Harusnya kamu juga memikirkan dampaknya!” kata Nolan dengan suara sedikit meninggi. Ia tidak mau masalah ini melebar dan terdengar media. Nolan juga tau hal apa yang akan terjadi jika harus membatalkan kontrak kerja dengan model yang menjadi rival Tyra. Sama-sama harus membayar penalti. “Sekarang aku mau tanya sama kamu. Gimana solusi kamu untuk masalah ini, huh?!”
Atan mendengus kan nafas diam-diam. Bawahan seperti dirinya memang harus tunduk. Dia harus kembali memutar otak dan mencari solusi agar masalah ini segera menemukan solusi.
Ia kembali mengingat percakapannya bersama sang model tadi pagi. Mereka akan bertemu di restoran Clarkson malam ini.
“Saya dan Tyra akan bertemu di Clarkson untuk membicarakan hal ini, nanti malam.”
Nolan masih tidak habis pikir dengan leader tim pemasaran produknya ini. Keputusan yang dibuat terlalu beresiko, tapi dia dengan berani melakukan itu. Benar-benar nekat.
“Aku tidak mau tau. Masalah ini harus berakhir baik agar produk kita tidak tersangkut masalah hukum dan berakhir buruk di mata konsumen.”
Atan mengangguk paham. Ini kesalahannya, jadi dia akan berusaha keras untuk mencari solusi, walau dia akan berakhir mengenaskan dengan membayar penalti dengan uang pribadinya. Ya, dia akan rela menempuh jalur itu dengan kehilangan banyak uang tabungannya, jika pihak Tyra nanti bersikukuh dengan keputusan mereka membawa kasus ini ke meja hukum.
“Baik, pak.”
Nolan mengakhiri pertemuan dadakan dengan Atan karena harus melanjutkan pekerjaannya ditempat lain. Sedangkan Atan yang masih duduk diruang pertemuan, menghela nafas berat dan menatap ballpoint yang ada di antara jari telunjuk dan jari tengahnya. Ia menatap lurus sembari berfikir untuk mencari solusi.
Lalu ia meraup wajahnya dengan kasar ketika menemukan jalan buntu. Ini memang tidak akan berakhir damai jika pihak Tyra tidak mau menerima. Atan kembali menatap kosong tembok yang berada tepat di depan sorot matanya. Ia harus merelakan uangnya terbang begitu saja sebab kesalahannya sendiri sebagai upaya tutup mulut untuk pihak Tyra. Perusahaan jelas tidak mau tau karena Nolan merasa tidak diikut sertakan dalam hal ini.
Ditengah pikiran yang kacau, ponsel dalam saku celananya bergetar. Atan meluruskan kaki dan merogoh saku celana yang ia kenakan. Nafasnya kembali berembus berat dari mulut dan hidung karena pasti akan terjadi adu ego sekali lagi dengan kekasihnya.
“Eum, ada apa sayang?” sapa Atan setelah menjawab panggilan dari Winda, sang kekasih.
“Jemput aku ya? Kita makan malam sekalian.” pinta Winda tanpa bertanya terlebih dahulu apa yang akan dilakukan Atan malam ini.
“Aku ada janji bertemu dengan klien malam ini, Win. Maaf nggak bisa jemput kamu.”
Tak perlu menunggu waktu berubah menjadi menit, Atan sudah tau apa yang akan dikatakan kekasihnya itu. Dan sekarang, atas sedang mendengarkan kemarahan perempuan yang sudah ia pacari selama hampir dua tahun itu tanpa bisa berkata apapun. Winda sosok yang keras kepala dan selalu ingin dimengerti tanpa mau mengerti. Sebenarnya, Atan lelah dengan hubungan mereka. Tapi Winda selalu menolak jika Atan berujar ingin mengakhiri hubungan tidak sehat itu.
“Kamu tuduh aku bertemu wanita lain, sedangkan aku, memang hanya akan bertemu klien, win. Aku ada masalah berat hari ini dan harus aku selesaikan karena pihak perusahaan tidak mau tau.” terang Atan mencoba memberi pengertian. “Tolong, ngertiin aku kali ini meskipun kamu nggak pingin. Aku benar-benar dalam masalah.”
Tapi apa? Winda malah mematikan panggilan itu secara sepihak, dan semakin membuat mood Atan kacau. Hatinya terasa begitu marah, tapi dia tetap berusaha profesional ditempat kerja. Dia lelah, dan akan memantapkan diri untuk berpisah dari Winda meskipun dia masih menyayangi perempuan itu, setelah masalah ini selesai.
***
Clarkson restaurant, 7.00 PM.
Tyra duduk seorang diri di salah satu meja yang dekat dengan bentangan kaca bangunan berlantai tiga ini. Ia mengedarkan pandangan ke arah bawah, dimana kendaraan terlihat indah karena lampu yang menyala. Sudah lama dia tidak melihat pemandangan seperti ini. Kalau perlu, dia akan berterima kasih pada leader pemasaran Earth Beauty nanti, karena bisa mencuri sedikit waktu untuk dirinya sendiri menikmati hidup.
Tak lama kemudian, Tyra mendapati dari ekor matanya sosok yang berdiri dengan jas abu-abu tak jauh darinya. Ia mendongak, dan melihat seorang pria tampan dengan gaya rapi dan rambut yang terlihat pas di wajah rupawan nya.
“Saya Atan, leader tim pemasaran Earth Beauty.” kata si pria itu memperkenalkan diri tanpa Tyra minta.
Sontak mata Tyra terbelalak, karena semula mengira Atan adalah pria tua berperut buncit dalam bayangannya. Namun, yang muncul justru pria berusia kisaran tiga puluh tahun, bertubuh proporsional, berwajah tampan, dan tentu saja beraroma khas maskulin yang belum pernah Tyra hirup sebelumnya. Pria ini memiliki aroma khas lembut dari pengharum pakaian yang berpadu dengan aroma coklat yang tentu saja Tyra suka. Tyra sangat menyukai coklat, apapun bentuknya. Parfum pun jadi.
“Ah, silahkan duduk dan pesan minuman terlebih dahulu. Saya yakin pembicaraan kita nanti akan membuat kepala terasa panas sampai mengebul kayak cerobong asap kereta api jadul. Jadi untuk berjaga-jaga, mari memesan minuman dingin terlebih dahulu.” cerocos Tyra sedikit membuat Atan ilfill. Pasalnya, Atan lebih suka gadis penurut dan tidak terlalu banyak bicara, seperti dirinya. “Mbak!” panggil Tyra menginterupsi salah satu pegawai restoran dengan cepat mendatangi mereka.
Setelah memeriksa menu minuman dingin, pilihan Tyra jatuh pada sebuah minuman full coklat, yang mungkin jika dia datang bersama Retno, pria itu akan langsung melarangnya.
“Ice Coklat Oreo with brown sugar Float, satu. Kamu pesan apa?” tanya Tyra pada Atan dengan nada sedikit ketus namun terdengar bersahabat.
“Hot Capucinno dengan sedikit gula, satu.”
Sontak jawaban Atan membuat Tyra melirikkan mata pada Atan sembari menarik sudut bibirnya angkuh. Selera mereka benar-benar berbeda. Sangking berbedanya sampai terdengar mustahil bersatu, seperti bumi dan langit. Seperti matahari dan bulan. Astaga, Tyra sampai geleng-geleng kepala.
“Aneh.” gumam Tyra yang bisa didengar jelas oleh Atan. Perempuan itu menyorotnya penuh dengki. Selain itu, Atan bisa merasakan aura kemarahan yang menguar dari sosok Tyra.
Mendengar Tyra menyebutnya aneh, Atan hanya mampu tersenyum diujung bibir. Dia pikir, perempuan seperti ini lah yang memang harus ia jauhi.
“Saya membawa lembar kedua surat perjanjian yang sudah saya ajukan kepada anda, nona Tyra—”
“Saya justru membawa yang asli dan lengkap dengan tanda tangan saya diatas materai.” sahut Tyra ketus. Mungkin percobaan perdamaian kali ini akan terasa sulit dalam sejarah hidup Atan. Rivalnya bukan kaleng-kaleng. Wanita didepannya ini seperti manusia yang tidak butuh uang karena sudah berlebih-lebihan di rekeningnya. Kesuksesan juga membuatnya antipati pada sebuah permintaan maaf. Dan itu adalah salah satu poinnya, poin yang paling krusial dari diri seorang manusia. Sifat sombong.
“Baiklah. Kita langsung saja membicarakan ini karena waktu juga sudah terlalu malam untuk berbasa-basi.” sarkas Atan tidak peduli dengan airmuka Tyra yang semakin keruh.
“Aku tidak akan membiarkan ini berakhir dengan mudah.” kata Tyra langsung menyita perhatian Atan yang sedang menyamankan posisi duduknya.
“Apa maksud anda, nona?” tanya Atan dengan dahi berkerut tidak mengerti. Apa maksud ucapan Tyra dengan berakhir tidak mudah?
“Aku hanya akan berdamai jika kamu, mau menuruti apa yang aku mau.” []
...—To be continue—...
Jangan lupa dukungan untuk karya ini ya teman-teman ... 😊
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments
nobita
apa yg kamu mau nona Tyra?? saya akan mencoba mengabulkan kata Atan... wkwkkw
2023-10-13
1
Kustri
pindah nyangkut disni stlh baca JyRu
2023-07-07
1
Putu Suciptawati
aku mampir kak, kuncul lagi nama nolan disini🤣
2023-01-07
2