...We...
...|Enam|...
...Selamat membaca...
...[•]...
Winda dan Atan bertemu di salah satu cafe yang biasa mereka kunjungi berdua saat berkencan. Ekspresi Atan terlihat acuh, dingin dan lelah, Winda bisa melihat itu dengan jelas dan membuatnya semakin kesal saja.
“Aku nggak suka kamu dingin ke aku. Masalahmu di kantor, ya urus di kantor. Jangan di bawa-bawa kalau lagi sama aku.”
Atan menatap tidak percaya pada apa yang baru saja didengarnya. Winda berkata demikian tanpa melihat situasi dan kondisi dirinya yang begitu keruh. Atan dalam masalah besar, dan kekasihnya itu bukannya memberi semangat atau dukungan agar dia tetap kuat, malah memojokkannya seakan tidak mau tau.
“Makanya, Win. Aku nolak ketemu kamu, biar kamu nggak ikut-ikutan kena dampak sikap aku yang kayak gini. Tolong lah, ngerti aku sedikit.” pinta Atan dengan nada rendah, memohon. Selama menjalin kasih dengan Winda, belum pernah sekalipun dia meninggikan nada suaranya ketika kesal atau menahan amarahnya saat Winda tidak mau sama sekali mengerti dirinya.
“Kurang ngerti gimana lagi aku? Kamu butuh waktu buat ketemu klien, aku oke. Kamu nggak bisa ketemu karena alasan sibuk, aku terima. Bahkan kamu ngebiarin aku nunggu sampai dua jam karena kamu nganterin ibu kamu periksa, aku juga rela. Kurang apa lagi? Cewek lain belum tentu mau ngelakuin itu.”
Diam-diam, Atan meremas tangannya sendiri saat Winda mulai membawa ibunya untuk dijadikan alasan kekesalan pada dirinya. Sejak dulu, Atan begitu menghormati dan menyayangi ibunya lebih dari menyayangi dirinya sendiri. Dia rela menjadi apapun, asalkan ibunya berkenan. Tapi, mendengar orang lain menyamakan ibunya dengan hal yang tidak masuk akal seperti itu, Atan geram. Tidak seharusnya Winda bicara seperti itu jika memang mencintai dirinya. Seharusnya, Winda bisa lebih bersabar dan mau menerima keadaannya yang memang jauh dari kata sempurna. Dan satu hal lain yang ingin Atan tegaskan kepada Winda. Ibunya, jauh lebih berharga dari Winda, jauh lebih berharga dari hubungan asmara yang ternyata sudah tidak lagi pas di hatinya.
“Kalau kamu merasa terbebani seperti ini, mengapa selalu nolak saat aku ajak udahan?”
Akhirnya, kalimat itu lagi yang muncul dan menjadi tuntutan Atan kepada Winda yang sama sekali tidak mau mengerti keadaannya.
“Ibu sudah tua, butuh aku, tapi kenapa kamu bandingin kesehatan ibuku dengan satu hal yang sekarang semakin membuat aku sadar, jika kita tidak lagi berada dalam satu jalan tujuan yang searah.”
Mendengar Atan bicara dengan nada rendah dan dingin seperti itu, Winda memucat. Ia sadar sudah salah bicara.
“Bukan begitu maksud ku,”
“Lalu apa?” sela Atan yang sudah tidak mau lagi didebat. Ia lelah menjalani hubungan toxic bersama Winda, yang nyatanya tidak mau menerima sang ibu. “Jelas-jelas kamu bicara seperti itu agar aku mau terus merhatiin kamu, tanpa peduli sekitar, terutama kesehatan ibuku. Nggak masalah sebenarnya, karena ibuku memang bukan sesuatu yang patut kamu khawatirkan karena kita hanya sebatas pasangan kekasih.”
Winda semakin kelabakan.
“Sebelum aku mutusin untuk nerima kamu dulu, aku sudah pernah bilang ke kamu bukan? Kalau ibu adalah prioritas untukku karena bapak udah nggak ada. Kamu nggak lupa ‘kan?”
Atan menelan ludah susah payah ketika melihat wajah Winda yang sudah seperti ingin menangis. Dia tidak ingin menyakiti hati siapapun, termasuk Winda yang notabenenya memang menempati satu sisi hatinya yang butuh perhatian dari orang lain selain dari keluarga. Atan sudah rela beberapa kali membiarkan ibunya pergi untuk memeriksakan kesehatan ke klinik dengan naik angkot berdesakan, demi memenuhi keinginan Winda untuk bertemu dengannya. Ibunya rela, karena menganggap Winda adalah wanita yang pas dan baik untuk putranya. Lastri juga sudah memberi izin kepada Atan yang beberapa bulan lalu berkeinginan untuk melamar Winda dan menjadikannya bagian dari keluarga. Tapi apa? Semua seperti terbongkar perlahan saat dirinya punya niat. Winda seolah berat menerima keadaan dan juga keluarganya.
“Tapi sepertinya kamu keberatan untuk itu.”
“Enggak sayang. Aku cuma—”
“Kita akhiri saja kalau memang kamu nggak mau nerima kekurangan aku.”
“Tan,”
“Kamu bisa cari laki-laki yang punya waktu lebih banyak buat kamu, bisa perhatiin kamu penuh, dan jadiin kamu prioritas utama mereka. Bukan laki-laki pas-pasan seperti aku yang lebih mengutamakan ibu, daripada kamu. Yang sibuk nyari uang buat menghidupi keluarga, dan juga—” kata Atan. Pikirnya yang sudah kacau semakin tidak karuan saat Winda menuntutnya untuk menjadi apa yang dia mau.
“Maaf, Atan. Aku nggak bermaksud seperti itu.”
Winda sudah berderai air mata. Tapi Atan tetap meneguhkan hati, dia tidak ingin Winda nanti menyesal sudah memilih dirinya yang memanglah bukan seperti yang wanita itu inginkan.
“Maaf juga, Win. Kita udahan aja.”
***
“Mana Retno?!” teriak Tyra yang baru sampai di lokasi pemotretan setelah meminta waktu break untuk urusan pribadi, yang tentu saja tidak dia sebutkan tujuannya untuk menemui Atan.
“Lagi ke toilet, mbak.” jawab salah satu staf yang terlihat masih baru di penglihatan Tyra.
Dengan langkah kasar, Tyra menuju toilet yang dimaksud, dan menuggu Retno keluar dari sana. Setelah itu,
“Eh kampret!” pekik Retno ketika tangannya ditarik paksa seperti maling sandal di rumah tetangga.
“Sini Lo!” kata Tyra dengan ekspresi wajah yang sudah tidak lagi bisa dilihat dan dipandang dengan syahdu. Retno rasa dia sedang dalam bahaya sekarang.
“Ada apa sih? Balik-balik kok mukanya udah kayak jagal sapi aja?!” celetuk Retno yang membuat Tyra semakin murka. Masa wajah cantik yang bisa di sandingkan dengan wajah Kendall Jenner itu disamakan dengan muka jagal sapi? Hukuman buat Retno akan bertambah. Titik.
Tyra menepuk moncong Retno yang sudah persis seperti moncong si banteng merah, lalu meremasnya sedikit kuat.
“Rex, apaan sih Lo?” kesal Retno karena Tyra memang terlihat tidak bersahabat sekarang. Retno jadi ketar-ketir sendiri menunggu si nyonya bertitah.
“Lo cabut sumpah Lo buat gue nggak?” kata Tyra menuntut.
“Sumpah apaan sih?” tukas Retno yang memang tidak ingat apapun yang dimaksud Tyra.
“Nggak usah berlagak be-go.” sarkas Tyra dengan wajah semakin horor dimata Retno.
“Gue kagak ngerti lu ngomong apaan, sumpah.”
Tyra memejamkan mata dengan tarikan nafas terlalu kuat hingga hidungnya mengembang.
“Lo nyumpahin gue bucin ke si Atan. Cabut sumpah serapah itu sekarang juga.” titahnya tak mau dibantah.
Retno ingin menyemburkan tawa, tapi tidak tega melihat wajah Tyra yang sepertinya sedang tersiksa. Dan bukannya memenuhi keinginan Tyra, Retno semakin ingin menggoda temannya itu.
“Jadi sumpah serapah gue didengar Tuhan? Lo OTW bucin?”
Tyra membolakan kedua matanya kesal. “Gaji Lo, gue potong enam puluh persen.”
Setelah mengatakan itu dengan telapak tangan menggores leher, Tyra meninggalkan Retno yang masih ingin tertawa. Tidak peduli Tyra mengancam akan memotong gajinya dengan prosentase sebesar itu, Retno malah meneriaki Tyra. Ia yakin Tyra tidak akan pernah melakukan itu padanya. Dia tau siapa Tyra yang sebenarnya. Gadis baik, yang kebaikannya sering tertutup oleh sikapnya yang terkesan jutek.
“Makanya, jangan suka bikin para pria nyumpahin elu. Kapok nggak Lo sekarang?!”
***
Atan mendatangi cafe temannya setelah bertemu dan menyudahi hubungannya dengan Winda. Reza adalah teman seperjuangan dulu di perusahaan, tapi Reza memutuskan untuk mengundurkan diri dan membuka usaha cafe yang sekarang sudah bisa dikatakan berhasil. Cafe itu tidak pernah sepi pengunjung.
“Aku udah putus sama Winda.”
“Lho, kenapa? Perasaan selama ini kalian kelihatan baik-baik aja?”
“Udah nggak satu tujuan.” jawab Atan simple yang memang tidak suka terlalu banyak bicara. “Dia terlalu nuntut aku jadi sempurna. Dia terlalu berharap besar aku jadi seperti yang dia inginkan, tanpa mau melihat keadaan, Re.” lanjut Atan dengan nada suara tenang, namun terdengar sedih. “Dan aku, nggak bisa mengabaikan keluarga demi keegoisan Winda.” []
###
Yang sabar ya mas Atan. Orang sabar asmaranya lancar.
*Eh 😂✌️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments
MFay
ciee.., si mba Tyra cinta butuh perjuangan 🤭 seru Thor ceritanya 👏👏
2023-11-26
1
nobita
ya ampun aku suka sikapnya babang Atan... dia begitu menyayangi ibunya lebih dari dirinya sendiri... biasanya lakii laki yg seperti itu nanti dia kalo punya pacar atau udah nikah akan meratukan wanitanya...
2023-10-13
2
yumin kwan
atan yang sabar ya....jodohmu otw.... 😁
2023-01-09
1